Share

Bab 3

Auteur: Avini
Begitu kata-kata itu keluar, tubuh Revano semakin menegang, sementara aku tetap berekspresi tenang. Aku kembali tersenyum. "Begitu ya, berarti kita memang berjodoh."

Mendengar percakapan itu, kakakku langsung tertawa. "Selina, sudah bertahun-tahun nggak ketemu, cara kamu dekat sama orang masih kaku begitu."

Selina mendengus, lalu menyenggol lengannya. Keduanya terlihat sangat akrab.

Revano berdiri di samping seperti seorang luar. Matanya menyipit tajam. Aku tahu itu adalah tanda dia sedang menahan amarah. "Karena kamu sudah datang, aku titip Kairen ke kamu. Aku pergi dulu."

Namun, kakakku memanggilnya sambil melemparkan sebuah kunci mobil. "Kebetulan, sekalian saja kamu antar Selina pulang."

Revano menatap kunci itu sangat lama tanpa mengambilnya. Pada akhirnya, Selina yang mendorong tangan kakakku kembali. "Nggak perlu repot, aku bisa pulang sendiri."

Setelah itu, dia berpamitan pada kami. Sebelum pergi, dia masih sempat mendoakan agar aku cepat sembuh, lalu bergegas keluar. Sepanjang proses itu, pandangan Revano tidak pernah terlepas darinya.

Kakakku menghela napas keras sambil memandang Revano. "Aduh, aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi masih saja nggak mau ambil. Cepat dikejar! Kamu mau melewatkan dia untuk kedua kalinya?"

Mendengar itu, Revano refleks menoleh ke arahku. Wajahnya langsung menjadi masam. "Kamu mabuk kopi ya? Ngomong apa sih?"

Kakakku tertegun, tidak mengerti kenapa Revano marah-marah tanpa alasan. Dengan wajah tak percaya, dia mendorong Revano dan berjalan keluar sambil memainkan kunci mobil. "Kalau kamu nggak mau antar, ya aku yang antar. Aku nggak tega lihat Selina pulang sendirian."

Tak lama kemudian, tersisa aku dan Revano dalam ruang rawat. Kami sama-sama diam.

Ketenanganku membuat Revano merasa gelisah. Saat dia hendak berbicara, perawat masuk dan berkata harus membawaku untuk pemeriksaan lanjutan.

Revano mengangguk, membantuku berdiri dengan hati-hati, kembali mengingatkan perawat agar lebih pelan. Seperti biasa, dia tetap perhatian. Hanya saja, matanya kosong, pikirannya melayang entah ke mana.

Saat mengikuti perawat, tiba-tiba aku melihat dua sosok familier di ujung lorong.

Kakakku bersandar pada pagar tangga. "Selina, dari sikapmu tadi, kamu benaran nggak mau balikan sama Revano?"

Selina menyalakan sebatang rokok, mengembuskan asap, tersenyum tipis. "Nggak mau banget!"

Saat jawaban itu dilontarkan, aku melihat Revano berdiri kaku di ujung lorong. Dia menatap Selina seolah-olah hanya mereka berdua di lorong panjang itu.

Kakakku menjepit puntung rokok dan menepuk pundak Selina. "Wah, ini bakal seru. Kalian ngobrol saja, aku tunggu di parkiran."

Setelah dia pergi, mereka bukannya mengobrol, lebih tepatnya bertengkar. Meskipun aku tidak mendengar isi percakapannya, dari gerakan Revano yang kasar dan cepat saja, aku tahu bahwa pertengkaran mereka sengit.

Aku berdiri di seberang, perasaanku campur aduk. Ini pertama kalinya aku melihat Revano kehilangan kendali. Di arena bisnis yang mengejar keuntungan, dia selalu acuh tak acuh. Dalam balapan berbahaya, dia tetap tenang.

Satu-satunya momen dia menggila adalah karena satu kalimat penolakan Selina.

Aku tak melihat lagi dan berbalik mengikuti perawat.

Saat semua pemeriksaan selesai, aku mendengar suara kakakku lagi. "Selina, kalau tebakanku benar, kamu pulang memang buat Revano, 'kan? Kamu jelas masih suka dia, tapi kenapa ngomong hal seperti tadi? Kamu nggak takut dia marah, terus benaran nggak mau sama kamu lagi?"

Selina tertawa, seperti mendengar lelucon besar. "Dia nggak mau sama aku? Dari dulu sampai sekarang, cuma ada satu hal di dunia ini yang nggak pernah terjadi, yaitu aku yang ditolak Revano."

"Lioran, kamu nggak ngerti Revano. Dia tipe yang cuma bereaksi kalau ditekan. Kalau nggak ribut, gimana caranya membangkitkan rasa sakit waktu putus dulu? Sakit itu cinta. Aku harus buat dia ingat rasanya mencintaiku."

"Rasanya mencintaimu?" Kakakku mengeluarkan ponsel, menunjukkan foto-foto Revano dan mantan-mantannya. "Kamu lihat, Revano nggak pernah lupa kok rasanya mencintaimu. Meskipun dia punya banyak pacar, semuanya mirip kamu dan semuanya cuma main-main. Begitu dengar kamu mau pulang, dia langsung putusin semuanya. Aku juga nggak nyangka dia setulus itu sama kamu ...."

Selina hanya melirik sekilas foto-foto itu, lalu menatapnya dengan makna yang sulit ditebak. "Semuanya diputusin? Aku rasa belum tentu."

Kakakku mengerutkan kening dengan bingung. "Mana mungkin? Revano cinta mati sama kamu."

Selina tidak menjelaskan. Dia hanya tertawa pelan. "Dia memang cinta aku, tapi belum cukup. Masih jauh dari cukup. Kalau dia cukup cinta, mana mungkin aku pergi? Semua orang pikir aku pergi demi karier, padahal aku diusir oleh orang tuanya Revano."

"Sejak keluargaku bangkrut, orang tua Revano melarang kami berhubungan, apalagi menikah. Jadi, aku cuma bisa pakai cara ini, biar hati Revano cuma buat aku, biar dia punya keberanian melawan orang tuanya."

Melihat kakakku terkejut, Selina menepuk pundaknya dengan tenang. "Tenang saja. Kami memang ribut besar hari ini. Tapi setelah aku bujuk sedikit, dia bakal nempel kayak anak anjing."

Selesai berbicara, dia berjalan turun bersama kakakku. Sebelum pergi, dia menoleh ke lantai atas. Aku berdiri di sana dan dengan jelas menangkap tatapan menantangnya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 16

    Aku berbaring di atas ranjang. Darian berjalan ke sisi tempat tidur dan mengangkat bajuku dengan alami.Aku langsung merasa tegang, tetapi dia malah tersenyum. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Tangannya menyusuri bekas luka itu, lalu dia mulai menggambar sesuatu di atas kertas desain."Kamu adalah karya baruku. Dan juga akan menjadi karya favoritku."Ujung jarinya menyapu lembut perutku, menimbulkan rasa geli dan hangat yang membuat tubuhku gemetar. Hatiku ikut terusik, aku tidak tahan lagi. Aku menahan jarinya, lalu menarik kerah bajunya dan menariknya mendekat."Darian, apa sebenarnya hubungan kita sekarang?"Dia menatap langsung ke mataku dan menjawab dengan sangat serius, "Kalau kamu mau, satu detik dari sekarang kita bisa jadi pasangan. Setahun setelah itu, kita bisa menjadi suami-istri."Aku tertawa kecil, memeluk lehernya dan mencium bibirnya.Melihat aku mengambil inisiatif, Darian jelas menjadi bersemangat. Dia menahan kepalaku dan mencium semakin dalam. Caranya mencium sama s

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 15

    Sejak aku dan Darian melewati keraguan terakhir itu, hidupku tidak lagi setenang dulu. Dia semakin sering datang dan juga semakin terus terang terhadapku.Pendekatan Darian berbeda dengan Revano. Revano menghabiskan uang untukku, mengatakan kata-kata manis padaku. Darian malah bergadang beberapa malam berturut-turut demi membantuku memperbaiki konsep desain, bahkan menuliskan pengalaman profesionalnya menjadi sebuah buku yang hanya diberikan kepadaku seorang.Dia juga memasang kamera pengawas di pintu vila milikku, menempatkan banyak penjaga di sana, berjaga-jaga agar orang gila itu tidak mencelakakanku.Namun, sehebat apa pun penjagaan itu, tetap tidak bisa menahan tekad Revano.Hari itu aku keluar rumah untuk menghadiri sebuah pesta, tiba-tiba sebuah mobil berhenti mendadak di depanku. Beberapa pria berjas hitam melompat turun, menutup mulut dan hidungku, lalu melemparkanku dengan kasar ke dalam mobil.Saat aku kembali sadar, aku berada di sebuah rumah yang tampak familier bagiku."S

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 14

    Setelah pesanku terkirim, Revano tidak pernah membalas lagi. Aku kembali membuka akun sosialku dan mengirim satu postingan yang bisa dilihat semua orang.[ Semua hal yang berhubungan dengan Revano tidak perlu diberitahukan padaku lagi. Kami sudah putus. ]Lucu juga jika dipikir-pikir. Aku dan Revano bahkan tidak pernah mengumumkan hubungan kami, tetapi pertama kali diumumkan justru saat berpisah.Tak lama setelah postingan itu terkirim, banyak orang langsung memberi like, termasuk satu akun asing.Itu Darian. Dia baru mendaftar tiga menit yang lalu.Sekejap, perhatian semua orang langsung tertuju padanya. Bagaimanapun, dia terkenal misterius dan tidak pernah punya akun sosial apa pun.[ Ternyata ini akun sang dewa seni! Jangan bilang dia dan Kairen .... ][ Apa cuma aku yang merasa mereka cocok banget? ]....Saat aku sedang membaca komentar, tiba-tiba ponselku berbunyi. Itu telepon dari kakakku. Dia bilang Revano semalam minum sampai masuk ruang gawat darurat dan sekarang sedang dalam

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 13

    Waktu berlalu begitu cepat. Besok, Revano dan Selina akan menikah.Awalnya aku sama sekali tidak tahu, tetapi Selina datang ke rumahku dan langsung melemparkan undangan itu ke wajahku.Begitu berbalik, dia menabrak Darian. Empat mata itu saling bertemu, lalu dia mendengus dingin."Kairen, apa kamu punya kecenderungan aneh? Suka menggoda sahabat kakak laki-lakimu?" Sambil berkata begitu, dia melirik Darian dengan provokatif."Pak Darian, aku sarankan kamu sadar sedikit, jangan sampai tertipu oleh perempuan ini. Mantan pacarnya adalah tunanganku. Waktu putus itu heboh sekali. Bahkan dia bohong bilang dirinya hamil pun tetap nggak bisa mempertahankan hubungan mereka."Selina sengaja menekankan kata "hamil", tetapi aku sama sekali tidak peduli. Karena itu memang kenyataan. Lagi pula, hamil bukan hal memalukan.Wajah Darian menjadi murung. Dia tersenyum sinis. "Terus? Kamu sendiri bangga banget karena ambil sampah yang ditinggalkan orang lain ya?""Kamu ...!" Wajah Selina memerah, tetapi di

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 12

    Aku menyetujui undangannya.Melihat gaun pesta indah yang dia kirimkan, aku merasa seperti sedang bermimpi. Situasi seperti ini benar-benar di luar dugaanku.Hanya saja, aku tidak menyangka kejutan yang lebih besar masih menunggu di belakang.Di pesta itu, aku bertemu Selina dan Revano. Saat melihatku lagi, Revano jelas terpaku sesaat.Hanya beberapa hari tidak bertemu, dia tampak jauh lebih kurus. Mata yang belum pulih itu kini ditutupi penutup mata hitam. Anehnya, hal itu justru membuatnya terlihat berbeda.Harus kuakui, tidak peduli berdiri di mana pun, Revano selalu menjadi pusat perhatian. Namun, saat Darian melangkah masuk, dia bukan lagi pusat perhatian itu.Hari ini Darian memakai setelan ungu dengan manset emas, tampak sangat berkelas. Ungu juga merupakan warna favoritku.Aku tak kuasa memandangnya lama. Saat menoleh kembali, aku justru berpapasan dengan tatapan Revano.Dia tertegun sesaat, lalu langsung memalingkan wajah seperti tersengat listrik dan tidak melihatku lagi.Aku

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 11

    Sudut Pandang Kairen:Ajang kompetisi ini membuat seluruh dunia desain geger. Bukan hanya karena nilainya sangat tinggi, tetapi juga karena Diske akhirnya menampakkan wajahnya.Itu adalah wajah yang luar biasa tampan ....Sebelumnya, karena karya-karya Diske menyapu bersih semua penghargaan, semua orang mengira dia pasti adalah seorang pria tua yang sangat berpengalaman.Tak disangka, orangnya justru masih sangat muda. Kesan pertamaku tentang dia adalah dia tidak terlihat seperti seorang seniman, melainkan seperti seorang pemilik perusahaan.Setelannya rapi, tubuhnya tegap, bibirnya terkatup rapat, tatapannya dingin. Dia terlihat agak galak.Tanpa sadar, aku menjadi sedikit gugup. Peserta di depanku satu per satu selesai memperkenalkan karya dan turun. Saat giliranku naik, telapak tanganku sedikit berkeringat.Sorotan lampu menyinari tubuhku. Aku mendorong sebuah cincin ke hadapan para juri. Semua orang langsung tertegun. Karena itu adalah cincin yang sangat amat sederhana.Di bagian t

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status