Share

Bab 4

Auteur: Avini
Ketika aku kembali ke ruang rawat, Revano sudah tidak ada. Di atas ranjang hanya ada satu lembar bukti pembayaran dengan tanda tangannya.

Perawat di sampingku menjelaskan, "Dia baru saja bayar semua biayanya, lalu buru-buru pergi. Mungkin ada urusan mendadak."

Aku menatap lekat-lekat lembar itu, lama sekali, sebelum akhirnya bertanya pelan, "Waktu dia pergi ... seperti apa wajahnya?"

Perawat mengingat sebentar, lalu menjawab, "Kelihatannya kurang baik. Matanya merah, seperti habis menangis."

Menangis? Genggaman tanganku pada kertas itu pun mengencang. Sepertinya aku benar-benar meremehkan seberapa besar rasa suka Revano pada Selina.

"Bu, kamu baik-baik saja? Apa kamu merasa nggak enak badan lagi?" Aku menggeleng, lalu menoleh ke perawat. "Tolong bantu aku urus prosedur pulang."

Perawat terkejut. "Tapi tubuhmu belum ...."

"Aku nggak mau tinggal di sini lagi."

Aku tidak mau tinggal di tempat yang masih menyimpan aroma parfum Selina.

Setelah keluar dari rumah sakit, aku tidak kembali ke vila, melainkan ke rumahku sendiri. Begitu melihatku, kakakku terkejut. "Kairen? Bukannya kamu dirawat? Kenapa tiba-tiba pulang?"

Mataku memerah dan aku langsung menerjang ke pelukan kakakku. Air mata membasahi bahunya.

"Eh? Ada apa?" Suara Selina terdengar dari samping.

Aku sontak melepaskan pelukan kakakku, lalu menoleh menatapnya. "Kenapa kamu ada di sini?"

Kakakku menjelaskan, "Kami lagi bikin pesta penyambutan buat Selina. Dia 'kan bintang utama hari ini."

Aku dan Selina saling menatap. Di matanya jelas ada provokasi dan ejekan.

Kakak mengusap kepalaku. "Kairen, kamu kenapa barusan? Kok sampai nangis? Ada yang ganggu kamu?"

Aku menggeleng, menghapus air mata secara asal, lalu menyangkal dan beranjak menuju pintu.

"Eh? Kamu mau ke mana lagi? Kairen, kamu kenapa sih?" Kakakku hendak mengejar, tetapi Selina menahan tangannya. "Biar aku yang ngomong sama dia. Kamu nggak ngerti cara pikir cewek."

Suara langkah sepatu hak tinggi terdengar mendekat. Selina mendekat ke telingaku. "Kairen, kita ngobrol sebentar?"

Aku langsung mundur menjauh. "Nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita."

Dia tidak marah, malah tertawa. "Nggak ada? Masa sih?"

Dia menunduk, menurunkan suara hingga hanya aku yang bisa mendengar. "Bagaimanapun juga ... kita pernah tidur dengan pria yang sama."

Tubuhku seketika bergetar. Selina menarikku kembali ke ruang tamu, tempat penuh teman-temannya yang menatapku penuh kebencian. Jelas, Selina sudah memberi tahu mereka identitasku.

Namun, dia tetap memperkenalkan, "Inilah sampah yang belum sempat Revano bersihkan."

Mendengar hinaannya, aku menatapnya dengan dingin. "Kalau begitu, kamu apa? Penipu cinta yang ingin mendapat Revano lewat taktik tarik-ulur?"

Selina tertegun, tidak menyangka aku membalas. Wajahnya langsung menjadi masam.

Teman-temannya segera menyerangku.

"Penipu cinta?"

"Heh, setidaknya Selina dapat hati Revano, nggak kayak kamu!"

"Tadi dia bahkan lari sambil nangis. Kasihan banget."

"Ayo taruhan, berapa hari lagi Revano bakal campakkan dia?"

"Aku taruhan sehari!"

"Aku satu jam!"

Prang! Aku menghantamkan gelas ke lantai hingga pecah berantakan. Seketika, ruangan hening.

Kakakku yang sedang sibuk di dapur langsung berlari ke luar.

Selina cepat-cepat memunguti pecahan gelas, memegang tanganku, bertanya dengan lembut apakah aku terluka.

Saat itu, aku tidak merasa jijik, hanya merasa lega. Jadi, selama ini wanita penuh siasat seperti ini yang selalu Revano rindukan.

Aku tiba-tiba bertanya-tanya, kalau Revano tahu bahwa semua rasa sakit dan amarah yang dia rasakan untuk Selina ternyata hanya permainan belaka, kira-kira seperti apa reaksinya?

Tentu itu bukan urusanku. Aku berbalik menuju kakakku. "Aku dengar dari Pak Revano, kamu mau kenalin aku ke seseorang?"

Kakakku tertegun sebentar, lalu tertawa. "Ya, dia sampai bilang itu ke kamu? Sejak kapan kalian sedekat itu?"

Saat itu, aku ingin bilang bahwa kami bukan hanya dekat. Kami berciuman setiap hari, saling menyentuh, memanggil satu sama lain "Sayang".

Namun, begitu hendak berbicara, yang keluar hanyalah senyuman pahit. "Kami nggak dekat. Aku setuju buat ketemu orang itu."

Aku berjalan keluar sambil membuka kontak pria itu. Foto profilnya adalah pemandangan laut, kelihatannya cukup kolot.

Tak lama, dia menerima permintaan temanku dan mengirim pesan.

Darian. Aku melihat nama itu dan merasa familier, seperti pernah melihatnya di suatu tempat.

Tiba-tiba, ponselku disambar seseorang. Revano entah sejak kapan sudah berdiri di pintu. Dia tampak tidak senang. "Kenapa nggak bilang ke aku kalau sudah keluar rumah sakit?"

Matanya melirik ponselku, alisnya mengerut. "Darian? Kedengarannya kayak nama cowok. Siapa dia? Kenapa aku nggak pernah dengar?"

Aku merebut ponselku kembali, tidak menjawab rentetan pertanyaannya. Aku hanya menyahut dengan dingin, "Kamu juga pergi tanpa bilang apa-apa."

Revano terdiam, hendak berbicara, tetapi kakakku memanggilnya. "Kebetulan kamu datang. Hari ini pesta penyambutan Selina. Ayo minum sedikit."

Revano menatap Selina di tengah kerumunan, mengucapkan setiap kata dengan berat, "Pesta penyambutan yang nggak kuketahui?"

Melihat suasana menegang, teman-teman lain buru-buru menjelaskan.

"Duh, Selina cuma undang teman dekatnya, jangan tersinggung."

"Ya, lagian hari ini ada orang yang dia suka. Ronny. Kalau undang kamu, rasanya kurang cocok."

"Orang yang dia suka? Ronny?"

Wajah Revano langsung menjadi suram. Aku tahu dia hampir menggila. Kalau aku tidak ada di sana, mungkin dia sudah menerjang dan menuntut Selina di depan semua orang.

Melihat dia gemetar karena marah, aku tersenyum pahit. Aku berkata kepada kakakku, "Aku pulang dulu."

Karena demamku belum turun, langkahku goyah. Revano refleks hendak menopangku, tetapi ketika melihat Selina, tangannya jatuh kembali.

"Kairen, kamu kelihatan belum pulih. Biar Revano antar kamu pulang ya? Lagian dia juga nggak ada kerjaan di sini. Aku masih harus layani tamu." Selina melewati Revano, langsung meraih tanganku.

Revano menatap Selina. Tatapan penuh luka itu menusuk dadaku.

Aku menggeleng. "Nggak perlu repot-repot, Pak Revano."

Tubuh Revano menegang. Dia hampir mengejarku, tetapi tetap berhenti.

Akhirnya, kakakku yang mengantarku pulang. Aku bersandar di kaca mobil tanpa mengucapkan apa pun.

Sebuah notifikasi muncul. Permintaan pertemanan dari Selina. Dia mengirimkan sebuah foto. Wajah samping Revano yang duduk di kursi pengemudi.

[ Hais, dia picik banget. Kamu baru pergi, dia langsung tinju Ronny, terus bawa aku pergi. ]

[ Kasihan deh temanku yang bantu aku akting. Nanti aku harus bayar kompensasi ke dia. ]

[ Adik Manis, kamu masih nggak ngerti cara menaklukkan pria. ]

[ Pria itu harus ditampar sekali, lalu dikasih permen. Baru dia akan terus teringat. ]

Aku memperbesar foto itu. Di ujung bibir Revano ada darah. Pasti akibat perkelahian barusan.

"Kairen, kamu kenapa sebenarnya?" Kakakku menghentikan mobil di pinggir jalan. Dia menoleh dan menatapku dengan mata merahnya. "Dari tadi kamu nggak seperti biasanya. Bilang sama Kakak. Kakak akan bela kamu!"

Aku menggigit bibir, hendak berbicara, tetapi sebuah Porsche tiba-tiba berhenti di depan mobil kami.

Selina dan Revano turun. Revano menarik Selina dengan kasar. Mereka mulai bertengkar lagi, tetapi kali ini tidak berakhir dengan perpisahan.

Dia mendorong Selina ke pintu mobil, lalu menunduk dan menciumnya dengan ganas. Tangannya memegang pinggang Selina, sementara ciumannya semakin dalam ....

Aku menatap dalam diam. Tubuhku gemetaran. Kakakku malah mengira aku penasaran dan tertawa kecil.

"Jangan heran, mereka memang begitu. Ribut sebentar, lalu ke hotel. Aku sudah biasa. Mereka sudah lama nggak bertemu, tapi Selina masih sehebat itu, bisa bikin Revano takluk."

"Eh? Kairen, kamu kenapa?" Kakakku panik melihatku yang penuh keringat dingin.

Aku memegang perutku. Suara bergetar saat berkata, "Bawa aku ... ke rumah sakit ...."

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 16

    Aku berbaring di atas ranjang. Darian berjalan ke sisi tempat tidur dan mengangkat bajuku dengan alami.Aku langsung merasa tegang, tetapi dia malah tersenyum. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Tangannya menyusuri bekas luka itu, lalu dia mulai menggambar sesuatu di atas kertas desain."Kamu adalah karya baruku. Dan juga akan menjadi karya favoritku."Ujung jarinya menyapu lembut perutku, menimbulkan rasa geli dan hangat yang membuat tubuhku gemetar. Hatiku ikut terusik, aku tidak tahan lagi. Aku menahan jarinya, lalu menarik kerah bajunya dan menariknya mendekat."Darian, apa sebenarnya hubungan kita sekarang?"Dia menatap langsung ke mataku dan menjawab dengan sangat serius, "Kalau kamu mau, satu detik dari sekarang kita bisa jadi pasangan. Setahun setelah itu, kita bisa menjadi suami-istri."Aku tertawa kecil, memeluk lehernya dan mencium bibirnya.Melihat aku mengambil inisiatif, Darian jelas menjadi bersemangat. Dia menahan kepalaku dan mencium semakin dalam. Caranya mencium sama s

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 15

    Sejak aku dan Darian melewati keraguan terakhir itu, hidupku tidak lagi setenang dulu. Dia semakin sering datang dan juga semakin terus terang terhadapku.Pendekatan Darian berbeda dengan Revano. Revano menghabiskan uang untukku, mengatakan kata-kata manis padaku. Darian malah bergadang beberapa malam berturut-turut demi membantuku memperbaiki konsep desain, bahkan menuliskan pengalaman profesionalnya menjadi sebuah buku yang hanya diberikan kepadaku seorang.Dia juga memasang kamera pengawas di pintu vila milikku, menempatkan banyak penjaga di sana, berjaga-jaga agar orang gila itu tidak mencelakakanku.Namun, sehebat apa pun penjagaan itu, tetap tidak bisa menahan tekad Revano.Hari itu aku keluar rumah untuk menghadiri sebuah pesta, tiba-tiba sebuah mobil berhenti mendadak di depanku. Beberapa pria berjas hitam melompat turun, menutup mulut dan hidungku, lalu melemparkanku dengan kasar ke dalam mobil.Saat aku kembali sadar, aku berada di sebuah rumah yang tampak familier bagiku."S

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 14

    Setelah pesanku terkirim, Revano tidak pernah membalas lagi. Aku kembali membuka akun sosialku dan mengirim satu postingan yang bisa dilihat semua orang.[ Semua hal yang berhubungan dengan Revano tidak perlu diberitahukan padaku lagi. Kami sudah putus. ]Lucu juga jika dipikir-pikir. Aku dan Revano bahkan tidak pernah mengumumkan hubungan kami, tetapi pertama kali diumumkan justru saat berpisah.Tak lama setelah postingan itu terkirim, banyak orang langsung memberi like, termasuk satu akun asing.Itu Darian. Dia baru mendaftar tiga menit yang lalu.Sekejap, perhatian semua orang langsung tertuju padanya. Bagaimanapun, dia terkenal misterius dan tidak pernah punya akun sosial apa pun.[ Ternyata ini akun sang dewa seni! Jangan bilang dia dan Kairen .... ][ Apa cuma aku yang merasa mereka cocok banget? ]....Saat aku sedang membaca komentar, tiba-tiba ponselku berbunyi. Itu telepon dari kakakku. Dia bilang Revano semalam minum sampai masuk ruang gawat darurat dan sekarang sedang dalam

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 13

    Waktu berlalu begitu cepat. Besok, Revano dan Selina akan menikah.Awalnya aku sama sekali tidak tahu, tetapi Selina datang ke rumahku dan langsung melemparkan undangan itu ke wajahku.Begitu berbalik, dia menabrak Darian. Empat mata itu saling bertemu, lalu dia mendengus dingin."Kairen, apa kamu punya kecenderungan aneh? Suka menggoda sahabat kakak laki-lakimu?" Sambil berkata begitu, dia melirik Darian dengan provokatif."Pak Darian, aku sarankan kamu sadar sedikit, jangan sampai tertipu oleh perempuan ini. Mantan pacarnya adalah tunanganku. Waktu putus itu heboh sekali. Bahkan dia bohong bilang dirinya hamil pun tetap nggak bisa mempertahankan hubungan mereka."Selina sengaja menekankan kata "hamil", tetapi aku sama sekali tidak peduli. Karena itu memang kenyataan. Lagi pula, hamil bukan hal memalukan.Wajah Darian menjadi murung. Dia tersenyum sinis. "Terus? Kamu sendiri bangga banget karena ambil sampah yang ditinggalkan orang lain ya?""Kamu ...!" Wajah Selina memerah, tetapi di

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 12

    Aku menyetujui undangannya.Melihat gaun pesta indah yang dia kirimkan, aku merasa seperti sedang bermimpi. Situasi seperti ini benar-benar di luar dugaanku.Hanya saja, aku tidak menyangka kejutan yang lebih besar masih menunggu di belakang.Di pesta itu, aku bertemu Selina dan Revano. Saat melihatku lagi, Revano jelas terpaku sesaat.Hanya beberapa hari tidak bertemu, dia tampak jauh lebih kurus. Mata yang belum pulih itu kini ditutupi penutup mata hitam. Anehnya, hal itu justru membuatnya terlihat berbeda.Harus kuakui, tidak peduli berdiri di mana pun, Revano selalu menjadi pusat perhatian. Namun, saat Darian melangkah masuk, dia bukan lagi pusat perhatian itu.Hari ini Darian memakai setelan ungu dengan manset emas, tampak sangat berkelas. Ungu juga merupakan warna favoritku.Aku tak kuasa memandangnya lama. Saat menoleh kembali, aku justru berpapasan dengan tatapan Revano.Dia tertegun sesaat, lalu langsung memalingkan wajah seperti tersengat listrik dan tidak melihatku lagi.Aku

  • Cintaku Adalah Cinta Pertama Kakakku   Bab 11

    Sudut Pandang Kairen:Ajang kompetisi ini membuat seluruh dunia desain geger. Bukan hanya karena nilainya sangat tinggi, tetapi juga karena Diske akhirnya menampakkan wajahnya.Itu adalah wajah yang luar biasa tampan ....Sebelumnya, karena karya-karya Diske menyapu bersih semua penghargaan, semua orang mengira dia pasti adalah seorang pria tua yang sangat berpengalaman.Tak disangka, orangnya justru masih sangat muda. Kesan pertamaku tentang dia adalah dia tidak terlihat seperti seorang seniman, melainkan seperti seorang pemilik perusahaan.Setelannya rapi, tubuhnya tegap, bibirnya terkatup rapat, tatapannya dingin. Dia terlihat agak galak.Tanpa sadar, aku menjadi sedikit gugup. Peserta di depanku satu per satu selesai memperkenalkan karya dan turun. Saat giliranku naik, telapak tanganku sedikit berkeringat.Sorotan lampu menyinari tubuhku. Aku mendorong sebuah cincin ke hadapan para juri. Semua orang langsung tertegun. Karena itu adalah cincin yang sangat amat sederhana.Di bagian t

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status