Di pesta ulang tahunnya, Gilena sedang berharap dalam bahasa Jerman di depan kue ulang tahunnya. “Semoga tahun ini Tante Jolin bisa jadi ibuku.” Suami mengelus kepala Gilena sambil tersenyum, lalu berkata, “Keinginanmu akan segera terwujud.” Aku tercengang, kue di tanganku langsung jatuh ke lantai. Suami bertanya dengan penuh perhatian, “Kau kenapa?” Aku menggelengkan kepala dan jawab sambil tersenyum, “Tanganku licin.” Hanya aku sendiri yang tahu, aku panik karena mengerti bahasa Jerman, sampai-sampai kue pun terjatuh dari tanganku.
View MoreSimon beneran tahu kabar perceraiannya itu saat dia pulang ke Jagaraya.Begitu pulang, dia menerima paket yang sudah kusediakan di depan pintu.Melihat ini, Gilena berteriak senang, “Hore! Aku beneran bisa ganti ibu!”Hanya Simon yang berwajah muram dan ingin merobek surat ini.“Kenapa? Kenapa bisa berhasil cerai?”“Kau juga! Kenapa kau sengaja memprovokasi Josie?”Jolin terkejut, lalu membantah dengan lantang, “Aku cuman beri tahu dia fakta saja. Kenapa? Kau mau cerai sama dia, ‘kan?”Simon membuang kopernya keluar dan berteriak, “Pulang sana!”Melihat ini, Gilena terkejut. Dia langsung memeluk Simon dan meminta ampun atas Jolin, “Kenapa mau usir Ibu Jolin? Ini ‘kan hal yang kita inginkan.”Tapi kini Simon menyesal.Dia menyesal telah mengiyakan keinginan Gilena di hari ulang tahunnya dan bahkan membuatku mendengarnya.Simon menatap Gilena dan berkata dengan dingin, “Kalau gitu, kau ikut dia pergi.”Mendengar ini, Gilena bingung dan bertanya, “Kenapa Ayah?”Bahkan Jolin pun tercengang
Awalnya aku kira aku nggak akan berhubungan dengan Simon lagi.Tapi ternyata Jerman nggak seluas itu. Baru 2 hari, aku sudah berpapasan dengan Simon.Kebetulan sekali, dia kelihatan nggak lagi kerja dan aku juga nggak.Aku menyapanya dalam bahasa Jerman dengan percaya diri, “Halo!”Mendengar ini, Simon langsung tercengang.“Ternyata kau bisa?”Sebelum aku berbicara, ibuku juga menyapanya, “Bajingan! Aku juga bisa!”Aku dibuat tertawa oleh ibuku. Melihat wajah Simon yang makin pucat, aku rasa dia pasti teringat bahwa aku sejak kecil dibesarkan di Jerman.“Apa yang kau tahu?”Aku mengulangi apa yang kudengar saat pesta ulang tahun kemarin.Mendengar semua ini, Simon berkata, “Itu cuman bercanda saja.”Aku mencibir, lalu menunjukkan riwayat percakapan dengan Jolin padanya dan berkata, “Lalu ini? Ini juga bercanda?”Simon langsung menyambar ponselku.Aku melihat wajahnya langsung pucat, lalu badannya goyah dan hampir menjatuhkan ponselku.Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan pelan,
Hari ini, Simon kembali seperti biasanya.Rencana liburan mereka bersama Jolin juga sedang berlangsung.Simon mencari alasan bahwa dia juga harus dinas. Sementara Gilena pura-pura memilih untuk ikut Simon.Bagus sekali, sama-sama berbohong mau dinas.Aku juga dinas.Cuman saat melihat aku membawa semua barang-barang penting, Simon tercengang.Dia lalu berkata, “Josie, sebagian barang kayaknya nggak perlu dibawa deh.”Aku nggak berpaling dan terus meletakkan barangku ke dalam koper sambil menjawab, “Semuanya harus dibawa.”Simon diam-diam menatapku, berharap bisa melihat sesuatu dariku.Demi menenangkan dia, aku berpaling dan berkata sambil tersenyum, “Toh aku bakal pulang lagi. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untukmu.”“Seminggu lagi kau sudah bisa menerimanya.”Mendengar ini, mata Simon berbinar dan Gilena juga bergegas kemari sambil berkata, “Bu, gimana dengan hadiahku?”Aku mengelus kepala Gilena sambil berkata, “Kau tentu juga ada.”Hanya saja, aku masih agak menyesal nggak bisa
Hari keberangkatanku ke Jerman tinggal 3 hari lagi.Setelah bangun, Simon sudah melupakan banyak hal karena mabuk. Begitu bangun, dia langsung bersandar di pundakku dan berbisik malam ini dia masih mau lagi.Secara refleks, aku muntah kering di depannya sampai kepalaku pusing.Aku nggak nyangka rasa jijikku segitu mendalam, sampai sentuhan yang agak mesra pun terasa menjijikkan.Simon langsung sadar, lalu menepuk punggungku dan bertanya, “Josie, kau kenapa? Ada yang sakit?”Aku berbohong sesuai dengan pertanyaannya, “Perutku nggak enak.”Simon langsung panik dan segera berdiri, lalu ganti pakaian dan hendak membawaku ke rumah sakit.Saat hendak keluar, Gilena kebetulan bangun.Dia tercengang, lalu berlari kecil ke arah kami dan berkata, “Ibu, kau kenapa?”Aku nggak jawab, melainkan Simon yang jawab.Kemudian, Gilena juga ribut mau ikut ke rumah sakit.Kalau dulu, aku pasti terharu melihat anakku yang pintar dan perhatian.Sekarang, aku cuman berpikir, jangan-jangan dia makin benci aku.
Sejak pacaran dengan Simon, aku sudah jarang pulang ke Jerman.Beda dengan orang tuaku. Mereka sudah lama tinggal di sana dan cuman pulang saat aku nikah dan hari raya tiap tahunnya. Tapi bahasa Indonesianya masih fasih dan mereka juga nggak pernah ungkit soal tinggal di Jerman.Jadi bagi Gilena, kakek dan nenek tinggalnya jauh, makanya jarang berkunjung.Aku sudah berkali-kali bicarakan hal sama-sama pergi ke Jerman dengan Simon. Tapi tiap kali dia menolaknya dengan alasan sibuk kerja.Pelan-pelan, aku pun nggak pernah mengatakannya lagi.Dia juga nggak tanya kenapa aku nggak pernah pulang ke rumah orang tua.Tapi sekarang Jolin mengirimiku pesan berisi visanya dan menuliskan, [Percuma kau larang Simon ketemu denganku. Dia sudah janji mau main ke Jerman bersamaku.][Kau awasi di rumah saja. Perhatikan gimana anak dan suamimu lebih suka sama aku.]Aku nggak menyangkal.Aku malah pengen mereka cepat pergi.Jolin lalu mengirim pesan provokasi lagi: [Tunggu saja. Lihatlah gimana aku mereb
Saat itu juga, aku langsung sadar bawah ini adalah Tante Jolin yang mereka sebut. Dia sengaja menambahkanku buat cari gara-gara.Kini aku cuman ingin menampar diriku sendiri.Tadi kok aku bisa sesaat merasa iba pada mereka. Sampai kepikir buat tinggal dan melanjutkan hidup enak bersama mereka.Bajingan tetap bajingan. Mereka cuman ditutupi oleh akting saja.Aku nggak balas pesannya. Jolin juga nggak peduli. Dia mengirimiku sebuah foto.Itu foto langsung dirinya dan Simon minum air dari gelas yang sama.Dari pantulan kaca, aku melihat yang jepret foto adalah Gilena. Bahkan dari foto itu, terdengar suara.“Ibu Jolin cocok sekali sama Ayah!”Jolin mengirimiku pesan lagi: [Gimana? Foto pasangan kami cantik nggak?]Bukan hanya ini saja, tapi masih banyak lagi.Aku membalikkan ponselku di atas meja, lalu tanpa sadar terus muntah kering.Menjijikkan sekali!Aku muntah kering ke tong sampah sambil berpegangan pada meja.Segera, derap langkah kaki tergesa-gesa terdengar mendekatiku. Simon menep
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments