Share

Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai
Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai
Penulis: Bertha

Bab 1

Penulis: Bertha
Pada hari Tamara Raveena memutuskan untuk bercerai, ada dua hal yang terjadi.

Pertama, cinta pertama Carlos kembali ke negara ini. Demi menyambutnya, Carlos menghabiskan puluhan miliar untuk memesan kapal pesiar dan menghabiskan dua hari dua malam yang penuh gairah bersama wanita itu di sana. Berita tentang mereka yang akan kembali bersama pun menyebar di mana-mana.

Kedua, Tamara menerima undangan dari seniornya untuk kembali ke perusahaan yang dulu mereka dirikan bersama dan menjabat sebagai direktur. Sebulan lagi, dia akan pergi.

Tentu saja, tidak ada yang peduli dengan apa yang akan dia lakukan. Di mata Carlos, dirinya hanyalah pembantu yang menikah dengannya dan menjadi bagian dari Keluarga Suratman.

Jadi, tanpa memberi tahu siapa pun, Tamara menghapus semua jejak keberadaannya di rumah Keluarga Suratman selama dua tahun terakhir. Dia diam-diam membeli tiket pesawat untuk pergi.

Tiga hari lagi, segala sesuatu di sini tak ada hubungannya lagi dengannya. Dia dan Carlos akan menjadi orang asing.

[ Kirimkan sup pereda mabuk, dua porsi. ]

Ponsel Tamara tiba-tiba menerima pesan masuk. Melihat nada perintah dalam pesan itu, mata Tamara sedikit meredup dan tangannya terkepal.

Sekarang pukul 9.40 malam. Carlos sedang menghadiri pesta penyambutan Verona. Dulu, Carlos tidak pernah meminta Tamara mengantarkan sup pereda mabuk. Jika ingin minum, dia akan meminumnya di rumah. Ini karena dia merasa kehadiran Tamara memalukan dan tidak ingin mengakui keberadaannya.

Jika ini dulu, mungkin Tamara akan senang, mengira Carlos akhirnya mau mengakuinya di depan orang lain. Namun, sekarang ....

Matanya tertuju pada kata "dua porsi". Dia tahu semua ini untuk Verona. Di hadapan cinta sejatinya, dia tentu bisa mengakui bahwa istrinya tidak lebih dari sekadar pembantu rendahan.

Tamara menurunkan tangannya dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sup. Kontraknya dengan Arham tersisa 29 hari. Dia melirik ponselnya, melihat hitungan mundur yang tersisa. Begitu kontrak berakhir, dia akhirnya bisa bebas ....

Selama dua tahun pengorbanan ini, dia tidak mendapatkan sedikit pun ketulusan. Pada akhirnya, harapannya yang terlalu tinggi. Dia ... sudah tidak sanggup mencintai Carlos lagi. Ini bulan terakhirnya. Dia hanya perlu menyelesaikan tugas terakhirnya sebagai seorang "istri".

Di dalam panci, sup panas mendidih, aroma kaldu memenuhi ruangan. Ini adalah keahlian Tamara. Selama dua tahun terakhir, dia telah memasak sup ini berkali-kali untuk Carlos. Tamara melamun, hatinya diselimuti ketenangan yang dingin dan getir.

Setengah jam kemudian, termos yang berisi sup untuk dua orang pun tertutup rapat. Tamara lantas memanggil taksi menuju Hotel Tiger.

Di dalam mobil, Tamara duduk diam. Matanya tertuju pada pesan dari nomor tak dikenal yang masuk pagi tadi.

[ Rara, masih ingat aku? Aku Verona. Aku sudah kembali. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Meskipun kamu merebut Carlos dariku, kita tetap sahabat. Ayo makan malam bersama nanti! ]

Carlos memang tidak menyebutkan acara penyambutan itu. Tamara mengetahui acaranya justru dari Verona sendiri, yang mengundangnya dengan "tulus".

Melihat setiap kata dalam pesan itu, seolah-olah lawan bicaranya begitu dermawan, Tamara tak kuasa mencibir.

Merebut Carlos? Bukankah dulu kakek Carlos yang memisahkan mereka? Verona bahkan sudah menerima 20 miliar sebagai uang putus dan pergi ke luar negeri. Bagaimana mungkin itu disebut sebagai merebut?

Tamara mengakui bahwa dia pernah serakah dan mengikuti arus yang ada, tetapi dia tidak pernah ikut campur dalam hubungan mereka.

Mengenai sifat Verona yang tulus dan baik hati ini, dulu mungkin Tamara masih akan percaya. Namun, saat mereka masuk SMA, dia baru menyadari bahwa semua itu hanya topeng Verona.

Sayangnya, saat itu sudah terlambat. Tamara telah dijauhi semua temannya, dikucilkan, bahkan ditindas. Setelah itu, dia menyadari bahwa Verona juga ikut andil di balik itu semua.

Banyak teman SMA mereka juga hadir di pesta malam ini, termasuk "teman baik" yang dulu mengkhianati Tamara. Tanpa perlu diragukan, mereka pasti masih berdiri di pihak Verona.

Tamara tidak ingin menghadiri acara itu. Dia tahu itu hanya jebakan. Dia juga tidak ingin melihat wajah teman-teman lamanya yang menjijikkan. Jadi, dia hanya akan mengantar sup dan pergi.

Setibanya di depan ruang privat, Tamara menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, lalu mengetuk pintu.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Bukan Carlos yang muncul, melainkan Verona yang mengenakan gaun putih elegan.

"Tamara, kamu datang juga! Ayo masuk, semua orang nungguin kamu!" Verona tersenyum cerah, riasannya sempurna, seperti seorang tuan putri.

Di lehernya tergantung kalung safir berwarna biru laut. Itu adalah kalung yang Tamara lihat di rumah beberapa hari lalu. Carlos baru saja membelinya dalam lelang dan ternyata itu untuk Verona.

"Nggak perlu, aku cuma antar sup ini," timpal Tamara dengan ekspresi tenang dan nada dingin.

"Tamara, kita cuma nggak ketemu dua tahun, kenapa kamu jadi begitu dingin padaku? Aku saja nggak menyalahkanmu karena merebut Carlos dariku," kata Verona yang menggigit bibirnya dan berpura-pura sedih.

Tamara benar-benar muak dengan akting jalang ini. Dia berniat masuk untuk menaruh sup, tetapi Verona menghalanginya. Tangannya memegang termos itu, lalu ibu jarinya diam-diam bergerak.

"Kalau kamu nggak ingin masuk, biar aku saja yang kasih ke Carlos," kata Verona dengan ramah.

Tamara mengerutkan alis. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi dia memang tidak ingin berlama-lama. Dia lantas menyerahkan termos itu. Dalam hitungan detik, termos itu malah terjatuh.

Tutupnya terbuka, sup panas tumpah ke lantai. Verona langsung melangkah mundur dan menjerit, "Ah! Kakiku! Sakit sekali!"

Jeritan itu langsung menarik perhatian semua orang di dalam ruangan. Carlos segera bangkit dan berjalan ke arah mereka. Sementara itu, Verona mulai menangis kesakitan.

"Tamara, kenapa ceroboh sekali sih? Hal sepele seperti ini saja nggak bisa dilakukan dengan baik!" Suara Carlos dingin dan penuh teguran. Dia berjongkok, lalu melepaskan jasnya yang dibuat secara khusus untuk menyeka kaki Verona.

"Aku ...." Tamara hendak menjelaskan, tetapi Verona segera menyela, "Carlos, jangan salahin Tamara. Aku yang nggak memegangnya dengan baik."

Carlos menatap termos di lantai, mengambil tutupnya, lalu memelototi Tamara. "Tutup ini masih utuh, bahkan nggak ada retakan. Jadi, ini benar-benar tangan Verona yang licin atau kamu sengaja membukanya?"

Tamara menunduk dan tertegun mendengar pertanyaan itu. Termos itu berkualitas tinggi. Kalau jatuh, seharusnya tidak akan terbuka semudah itu. Namun, sekarang tutupnya bukan hanya terbuka, tetapi juga tidak rusak ....

"Aku nggak pernah membukanya. Kalau nggak, mana mungkin aku bisa membawanya ke sini tanpa tumpah?"

"Ngaku saja kalau sengaja, untuk apa berdalih?" Suara Carlos semakin dingin.

Baginya, Tamara hanya wanita yang menggunakan segala cara agar bisa menjadi bagian dari keluarga kaya. Dulu, pasti wanita ini yang menghasut kakeknya untuk menyingkirkan Verona dan membujuk kakeknya agar menikahkan mereka berdua. Jadi, bagaimana mungkin dia memercayainya?

Tanpa berkata apa-apa lagi, Carlos bangkit dan menggendong Verona. Seketika, matanya menangkap kulit kaki Tamara yang juga memerah karena terkena sup panas. Wanita ini juga tersiram, bahkan lebih parah daripada Verona.

Alis Carlos berkerut. Sebuah pemikiran melintas di benaknya, tetapi hanya sesaat. Pada akhirnya, dia tetap pergi. Bukankah itu akibat dari perbuatan Tamara sendiri? Siapa suruh dia ingin mencelakai orang?

Verona yang digendong pun merangkul leher Carlos. Dengan malu dan cemas, dia berkata, "Carlos, Tamara ...."

"Biarkan saja, dia nggak bakal mati. Dia juga bisa ke rumah sakit sendiri," sela Carlos dengan tidak acuh. "Kamu ini model, kakimu nggak boleh terluka sedikit pun."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Isabella
pergi aja ............
goodnovel comment avatar
Maria Helena
dasar laki laki bodoh sudah tahu pelakor licik .
goodnovel comment avatar
Fie thri
aku kok sdh bosan membaca novel di sini dengan isi yang hampir mirip.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 376

    Saat ini, di dalam kafe.Kopi milik Zoya sudah habis, tetapi sampai sekarang pun dia masih belum menerima pesan dari kakaknya. Dia mencoba menelepon Zayn, tetapi tidak diangkat. Dia mengirim pesan pada ibunya untuk bertanya apakah kakaknya sudah pulang. Namun, ibunya bilang kakaknya belum pulang sejak keluar tadi siang dan mengira kakaknya masih bersama dengannya dan Tamara.Zoya berpikir jangan-jangan apa yang dikatakan Tamara benar, kakaknya memang ada janji siang ini. Namun, apa perlu sampai begitu sibuk? Karena kakaknya tidak bisa dihubungi dan tidak mendapatkan jawaban untuk rasa penasarannya, dia pun hanya bisa menahan dirinya sampai pulang nanti malam.Setelah keluar dari kafe, keduanya sempat jalan-jalan sebentar lagi dan baru pulang ke rumah setelah makan malam. Saat itu, ternyata kakaknya sudah pulang terlebih dahulu, sehingga dia pun mengetuk pintu ruang kerja dan Zayn mengangkat kepala untuk menatapnya."Kenapa tadi siang nggak balas pesanku? Tebakanku benar ya? Aku juga ng

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 375

    "Ck. Ada orang yang mulutnya beda dengan hatinya. Luarnya kelihatan tegas, tapi kenyataannya diam-diam kasih hadiah," sindir Alex.Zayn terdiam. Dia memang berniat membelikan tas untuk Tamara, tetapi dia masih belum sempat membelinya. Dia menyuruh Zoya yang membelinya dan dia akan menggantikan biayanya. Namun, dia belum sempat mendapatkan perincian pembayaran dari adiknya, yang datang malah kabar tasnya sudah dikirim kepada orangnya.Zayn menggeser tubuhnya sedikit, lalu kembali memeriksa ponselnya. Jika tas itu bukan hadiah darinya, siapa lagi?"Haeh. Kalau kamu yang kasih hadiah, mengaku saja. Kenapa harus sembunyikan dari aku?" kata Alex sambil menatap punggung sahabatnya dan menggelengkan kepala dengan tak berdaya."Bukan aku yang beli, Zoya salah paham," jawab Zayn. Maksud adiknya cukup jelas, ada orang yang diam-diam membelikan tas bermerek pada Tamara dengan alasan hadiah dari undian. Harganya bahkan mencapai puluhan miliar, orang itu jelas memanfaatkan Tamara yang tidak tahu ap

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 374

    Meskipun Verona yang merencanakan sebagian besar hal itu, luka-luka itu tetap langsung mengenai tubuh Tamara dan Carlos tidak tahu harus bagaimana menebus semua itu. Tas yang diberikan untuk Tamara hari ini juga bukan untuk menebus kesalahan, dia hanya ingin melihat senyuman Tamara meskipun tidak secara langsung.Selama dua tahun pernikahan, Carlos tidak pernah memberikan hadiah pada Tamara. Bahkan satu-satunya hadiah yang ingin diberikannya yaitu kalung mahkota mawar pun ditinggalkan Tamara di rumah. Pada akhirnya, kalung itu malah jatuh ke tangan Verona dan dipamerkan di internet.Saat memikirkan itu, Carlos mengepalkan tangannya dengan erat. Setiap kali mengingat hal tentang Verona, dia merasa makin marah serta muak dan makin sadar dengan sifat asli Verona yaitu serakah, pandai pura-pura, suka pamer, dan pandai memanfaatkan orang. Dia sudah menyuruh orang untuk mengambil kembali semua barang yang pernah diberikannya pada Verona dan membuangnya.Di sisi lain, di lapangan golf.Setela

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 373

    Zoya berpikir pasti kakaknya yang memberikan tas itu pada Tamara. Dia mendengus dalam hati, ternyata kakaknya bukan tipe orang yang begitu kaku dan masih tahu bermain strategi seperti ini. Zayn pasti mendengar ucapan terakhir Tamara saat di telepon waktu itu atau mungkin Zayn tahu Tamara tidak akan menerima hadiah apa pun secara terang-terangan, sehingga memilih cara seperti ini.Tamara kebingungan saat melihat ekspresi sahabatnya yang tadinya mengernyitkan alis dengan ekspresi curiga, terus menjadi serius, dan kini tiba-tiba tersenyum. Dia pun berkata, "Kalau nggak ada masalah, kenapa ekspresimu ....""Ah, aku lagi senang. Rara, selamat ya, kamu ini benar-benar orang yang paling beruntung," jawab Zoya sambil tersenyum.Tamara kembali menatap tas itu. Dari model, desain, kualitas, dan kilauannya, dia sangat menyukai semuanya. Apalagi setelah mendengar ucapan Zoya, dia pun akhirnya gembira dan merasa ini benar-benar kejutan yang menyenangkan.Keduanya pun kembali melanjutkan minum teh s

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 372

    "Nona-nona, mohon maaf sudah mengganggu waktu teh sore kalian. Tapi, nona cantik ini sudah memenangkan hadiah undian di toko kami, jadi aku sengaja datang mengantar hadiahnya," kata manajer toko itu sambil tersenyum dan memberi hormat. Setelah itu, dia menoleh ke arah Tamara dan meletakkan tas hadiahnya di tepi meja.Tamara juga menatap manajer toko itu, lalu melihat tas hadiah putih itu. Saat ini, dia baru merasakan kesenangan memenangkan hadiah, tetapi dia tidak langsung menerimanya dan hanya bertanya, "Apa aku perlu membayar biaya tambahan?"Dia berpikir hadiah ini tidak mungkin diberikan pada pelanggan yang belum pernah belanja di toko itu secara cuma-cuma, apalagi harga tas termurah mereka juga sudah mencapai puluhan juta."Nggak perlu membayar biaya tambahan apa pun, kamu adalah bintang keberuntungan hari ini. Semoga tas ini membawa keberuntungan untukmu. Aku sudah menyampaikan hadiahnya, jadi kami pamit dulu. Kalau kamu ada pertanyaan atau kebutuhan apa pun, silakan hubungi aku

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 371

    "Kenapa kalian melihatku seperti itu? Meremehkanku ya?" kata pria itu dengan kesal saat melihat tatapan curiga dan penilaian dari pramuniaga dan kasir."Bukan begitu, kamu sudah salah paham. Kami hanya nggak tahu apa hubunganmu dengan bos itu," jawab kasir itu sambil tersenyum.Pria itu tahu jelas identitasnya tidak boleh diungkapkan, sehingga dia mengarang alasan. "Aku ini sopirnya. Cepat selesaikan pembayarannya, aku sudah harus pergi."Bagi pramuniaga dan kasir itu, alasan ini kurang meyakinkan karena pria ini terlalu lusuh untuk menjadi sopir. Bukankah sopir dari keluarga kaya biasanya mengenakan jas rapi dan dasi? Namun, mereka tentu saja tidak berani menanyakan hal itu dan mana ada yang menolak orang yang datang membayar. Lagi pula, pria mencurigakan ini dari awal memang datang untuk menanyakan tentang dua pelanggan tadi.Saat ini, di sebuah kafe di dalam mal."Hah? Kamu bilang aku menang undian?" tanya Zoya melalui telepon.Setelah mendengar penjelasan dari seberang sana, ia pun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status