Share

Bab 3

Author: Sunny
"Avicent" adalah gabungan nama "Avril+Vincent". Cinta yang tak pernah bisa dia akui di depan semua orang.

Meski aku memang sudah menduganya, hatiku tetap saja terasa berat saat menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Garin berjalan menghampiriku dan berkata dengan suara lembut, "Nggak apa-apa, kamu tetap punya tempat sebagai pemeran utama wanita di dalam hatiku."

Aku hanya bisa tersenyum getir sambil menggeleng. "Terima kasih atas penghargaan itu. Tapi mungkin ... kesempatan itu nggak akan pernah ada lagi."

....

Seolah tidak tahu apa-apa, Vincent merengkuhku ke dalam pelukannya untuk menghibur, "Aku juga bisa berinvestasi beberapa film untukmu, biar kamu puas berakting, gimana? Malam ini aku sudah siapkan sebuah kejutan di tepi sungai. Percayalah, cintaku padamu lebih berharga dari sekadar peran utama."

Aku memaksakan senyuman. Kata-kata yang dulunya terasa manis, kini terdengar memuakkan. Namun agar dia tidak menaruh curiga, aku tetap memaksakan diri menjawab, "Oke."

Setelah menuntaskan ucapan terima kasih pada Garin dan para senior industri, aku berniat meninggalkan pesta lebih awal. Vincent menyuruh sopir pulang lebih dulu, berniat mengajakku jalan-jalan sendiri.

Namun tepat ketika mobil akan dinyalakan, ponselnya berbunyi. Aku melirik sekilas di layar. Aku mengenali nomor itu adalah milik Avril.

Ekspresi Vincent seketika berubah dan dia menatapku ragu-ragu. "Ariel, di kantor tiba-tiba ada sedikit urusan mendesak. Kamu bisa pergi ke tepi sungai sendiri?"

Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum tenang. "Nggak apa-apa, kamu urus pekerjaanmu." Dia melayangkan sebuah kecupan di keningku, lalu berbalik kembali menuju ruang pesta.

Aku pun menyalakan mesin mobil, tapi arah setirku bukan ke tepi sungai, melainkan menuju vila Keluarga Breymen. Malam itu, aku mempersiapkan segalanya untuk "kematianku" esok hari.

Kenangan yang kutinggalkan bersama Vincent, semuanya kukumpulkan. Yang tersimpan secara online, termasuk cadangan di cloud, telah kuhapus dengan tuntas. Yang tersisa secara fisik, kusiapkan untuk kubakar habis.

Tiba-tiba, sebuah pesan anonim muncul di layar ponsel.

Foto itu langsung menusuk mataku. Vincent berbaring di sisi Avril yang tengah tertidur dalam keadaan mabuk.

[ Padahal dia ada sakit maag, tapi tetap bantu aku nahan minuman dari orang lain. Kakak nggak akan nyalahin aku, 'kan? ]

[ Sebenarnya, meski di depan semua orang dia terlihat menentang Keluarga Hudson dan merebut semua sumber dayaku, tapi sebenarnya dia diam-diam ngasih aku kompensasi yang berkali-kali lipat. Kamu tahu kenapa? ]

[ Kamu tahu nggak Vincent itu pengikutku sejak kecil. Orang yang selalu dicintainya itu aku. Nikah sama kamu itu cuma demi mengawasimu! ]

[ Kalau nggak, masa kamu benar-benar percaya, ada orang di dunia ini yang bisa mencintaimu tanpa alasan? ]

[ Dia bilang, dia cuma bisa bermesraan sama kamu kalau membayangkan kamu jadi aku. Terus dia juga bilang, kamu itu cuma wanita bekas Darryl, bahkan pertama kalinya pun bukan untuk dia. Jijik sekali! ]

Pesan demi pesan terus berdatangan. Namun dalam hatiku, tidak ada lagi gejolak emosi. Aku hanya mempercepat langkahku membereskan segalanya.

Aku memindahkan boneka pengganti ke kamar tidur, memastikan semuanya bisa terbakar habis. Lalu, aku menyiram seluruh ruangan dengan bensin.

Semua pesan yang dikirim Avril kuteruskan ke tim paparazi paling berbahaya di dunia hiburan, lalu aku mencabut kartu SIM, mematahkannya jadi dua, dan membuangnya ke semak-semak.

Begitu jariku menekan tombol pemantik, aku pun berjalan seorang diri menuju cakrawala. Di depanku hanyalah kegelapan, tapi tidak masalah. Aku yakin ... aku pasti akan menemui fajar.

Di sisi lain, Vincent masih tidak tahu apa yang terjadi. Dia menunduk menatap Avril, nada bicaranya dipenuhi teguran, "Avril, kenapa kamu datang? Besok adalah hari jadi pernikahanku dengan Ariel. Dia bisa curiga kalau begitu."

Mata Avril memerah dan suaranya bergetar, "Jadi kamu sedang menyalahkanku?"

Vincent langsung panik dan menjelaskan dengan tergesa-gesa, "Aku nggak bermaksud begitu. Maaf, Avril, aku salah."

Avril hanya menyilangkan tangan di depan dada dan mendengus pelan, seolah enggan menerima penjelasannya.

Ponsel Vincent tiba-tiba bergetar, menunjukkan telepon dari kepala pelayan Keluarga Breymen. Dia mengernyit, lalu menekan tombol untuk memutus panggilan.

Namun telepon itu datang lagi, lagi, dan lagi ... berulang lebih dari sepuluh kali. Saat itulah Vincent akhirnya sadar, ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.

"Ada apa?"

"Tuan, gawat ... Nyonya ... bunuh diri dengan membakar diri!"

"Kami sudah berusaha memadamkan apinya, tapi ... semuanya sudah terlambat."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cintaku Padam Bersama Kobaran Api   Bab 9

    Aku juga harus mencoba melangkah ke depan. Mungkin ... aku memang seharusnya mencoba bersama orang lain?...."Deng deng deng deng ...."Lagu pernikahan mulai berkumandang.Pengantin pria dan wanita sama-sama menyukai warna putih yang menandakan kesucian. Mereka berdiri di sisi pendeta, bersiap mengucapkan janji suci.Di pagi musim semi yang penuh cahaya, cinta mereka siap dipersatukan.Aku mengenakan gaun putih sederhana, melangkah perlahan di atas karpet merah. Dalam doa dan restu semua orang, menanti kebahagiaan yang akan datang."Berhenti!"Tepat saat aku mengeluarkan cincin, pintu besar gereja mendadak terbuka lebar. Sosok Vincent yang sudah lama tak terlihat, berdiri di sana."Jangan menikah ... jangan menikah sama orang lain. Kita masih punya ikatan pernikahan, kita belum bercerai. Jangan menikah sama orang lain ...."Matanya basah dan merah saat menatap cincin di tanganku. Aku mengangkat alisku, lalu tetap menyerahkan cincin itu ke tangan orang di seberangku.Pengantin wanita b

  • Cintaku Padam Bersama Kobaran Api   Bab 8

    Kalau dia tidak percaya, biarlah. Aku sudah tidak lagi mengharapkan kepercayaannya.Yang kuinginkan sekarang hanyalah menjalani hidupku sendiri dengan baik. Di dunia ini ada begitu banyak orang. Pasti ada juga orang yang hanya hidup sendirian dari awal sampai akhir, 'kan? Mungkin dengan begitu pun masih bisa hidup dengan baik. Hanya saja ... aku sendiri belum tahu.....Setelah salju reda, Darryl pun pergi. Dunia kembali hening.Ketika musim dingin berakhir, aku juga pergi dari tempat itu. Aku ingin mencari tempat baru untuk singgah.Vincent tidak lagi mengutus orang mencariku. Hanya sesekali, aku melihat beberapa pesan lewat ponsel.Bisnisnya kini berkembang semakin pesat. Meski sempat terpuruk sepulang dari sini, Darryl juga perlahan-lahan mulai bangkit kembali.Sementara itu Avril ... meski sudah dijatuhkan oleh Vincent dan Darryl, dia tetap memiliki Keluarga Houston di belakangnya. Bagaimanapun, mereka tidak akan membiarkan Avril benar-benar terpuruk. Hanya saja, untuk saat ini dia

  • Cintaku Padam Bersama Kobaran Api   Bab 7

    Hidup ini terlalu singkat. Bisa merasakan bagaimana orang lain menjalani hidup mereka, menurutku adalah hal yang sangat menarik.Jadi, aku menjalani tugas dengan penuh kesungguhan sebagai seorang penjaga hutan setiap hari. Merasakan berbagai macam bentuk kehidupan dari sudut pandang mereka.Selain berpatroli di gunung, waktuku lebih banyak kuhabiskan di dalam kabin kecil ini untuk membaca buku. Anehnya, aku justru merasa sangat damai. Tanpa gangguan dunia luar, tempat ini benar-benar seperti surga yang tersembunyi.Namun hari ini, ada tamu tak terduga.Ketukan terdengar dari pintu. Ketika kubuka, kulihat seorang pria berpakaian hitam berdiri di luar. Dari posturnya, seakan aku melihat seseorang yang kukenal."Vincent?" tanyaku spontan.Namun saat dia mengangkat wajahnya, aku segera sadar. "Darryl."....Di luar, salju kembali turun deras. Menyuruhnya turun gunung saat ini jelas tidak mungkin.Aku berbalik menuangkan sepoci teh hangat, lalu menyodorkan kursi untuknya. Di dalam ruangan,

  • Cintaku Padam Bersama Kobaran Api   Bab 6

    "Dulu, waktu aku menitipkan Ariel padamu, aku masih merasa tenang. Aku yakin kamu nggak akan mengecewakannya. Tapi ternyata, Vincent, kamu benar-benar cuma seorang bajingan!"Vincent mendengus dan mengusap darah di sudut bibir, lalu terkekeh getir. "Kalau aku bajingan, lalu kamu apa? Berengsek yang nggak setia? Kita berdua sama saja, cuma beda tipis."Darryl menarik napas panjang, suaranya dipenuhi penyesalan, "Ariel itu kelihatannya lembut, tenang, dan nggak punya banyak emosi. Bahkan kalau kamu ucapkan kata-kata paling menyakitkan atau melakukan hal-hal yang bikin dia sakit hati, dia nggak akan marah. Dia hanya akan perlahan-lahan mencoba membicarakannya dengan suara lembut.""Tapi justru karena itu ... dia terlalu peka. Semua kebaikanmu, semua keburukanmu, dia melihatnya dengan jelas. Nggak ada yang bisa luput dari matanya.""Begitu dia sudah membuat keputusan, seperti memutuskan pergi darimu ... nggak akan ada lagi jalan kembali. Kamu nggak akan pernah bisa mendapatkannya lagi.""J

  • Cintaku Padam Bersama Kobaran Api   Bab 5

    Ariel benar-benar telah menghilang.Sejak itu, Vincent tidak pernah bisa tidur nyenyak lagi. Malam demi malam dia selalu terjaga. Sebab, selama tujuh tahun terakhir ini, selalu ada seorang wanita hangat dalam pelukannya dan menemaninya terlelap.Sebenarnya, ada sebuah rahasia yang tidak sempat Vincent katakan pada Ariel.Sejak kecil, dia menderita insomnia. Dia hanya bisa tidur satu atau dua jam setiap malam. Tekanan dari keluarga terlalu berat, membuatnya hampir tidak pernah memiliki kesempatan untuk bernapas lega.Memang benar, Keluarga Breymen kini adalah salah satu keluarga paling berkuasa. Namun bersamaan dengan itu, tanggung jawab yang harus dia pikul juga sama besarnya. Tidak ada yang benar-benar tahu seberapa besar beban yang ada di pundaknya.Hanya Ariel ... hanya dia yang pernah sungguh-sungguh merasa iba padanya. Hanya dia yang mampu melihat kelelahan Vincent, merasakan kerasnya perjuangan Vincent. Hanya saat dia memeluk Ariel, barulah Vincent bisa benar-benar tidur dengan t

  • Cintaku Padam Bersama Kobaran Api   Bab 4

    Aku menaruh koperku, lalu menatap ke luar jendela besar. Entah mengapa, untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, aku merasa begitu tenang.Sopir menatapku lama, seakan merasa wajahku familier. Aku hanya tersenyum tipis. "Ada orang bilang aku mirip sama aktris pemenang penghargaan, Ariel. Mungkin Anda salah orang." Dia pun buru-buru tersenyum minta maaf, kemudian melaju pergi.Aku menarik maskerku lebih rapat dan melangkah cepat menuju tempat yang sudah kupesan jauh-jauh hari. Satu-satunya tempat yang terlintas sebagai tempat persinggahan baruku.Hutan es di Gunung Alpines, di mana aku bisa menjadi penjaga hutan sepanjang musim dingin. Mulai sekarang, jejak Ariel di dunia ini akan benar-benar terhapus. Tak seorang pun lagi bisa menemukanku dengan identitas lamaku.....Kabar itu terdengar ke telinga Vincent bagaikan petir yang menyambar. Dia bahkan tidak bisa lagi mengendalikan volume suaranya. "Kamu bilang apa? Katakan sekali lagi!"Begitu mendapat kepastian, dia langsung be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status