BUG BUG BUG
DUGH
"Aduh!" seru seorang gadis ketika kepalanya terhantam oleh bola basket.
TAP TAP TAP
"Kamu ngapain keluyuran di jam pelajaran? laki-laki yang tadi tidak sengaja melempar bola ke atas kepala gadis itu mendekat.
"Siapa yang keluyuran? Aku habis dari toilet."
"Hn," laki-laki tadi hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas.
"Aduh, kepalaku pusing nih," bola mata yang begitu indah tersilau sorot matahari itu melirik kearah laki-laki yang tadi mengenai kepalanya.
"Lebay, sana masuk!"
Bersama dengan pencarian perhatian yang dihiraukan, laki-laki itu kembali ke lapangan basket dan bergabung bersama teman satu timnya.
"Ih sebel deh, diantar ke UKS kek. Malah pergi!"
Gadis itu adalah Kiara Azizah, usianya 18 tahun yang kini duduk dikelas 3 SMA, gadis itu tidak populer. Meski parasnya cantik dan lugu seperti boneka, rupanya itu tidak membuatnya begitu digandrungi. Jangankan orang lain, kekasihnya sendiri begitu acuh dan dingin. Namanya Angkasa Bagaskara, usianya sama dengan Kiara, laki-laki yang tadi sempat dengan tidak sengaja melempari kepala cantik Kiara dengan bola basket. Dia adalah kapten tim basket terbaik disekolah itu, sikapnya yang memang cool dan terkesan tidak peduli menjadi daya tarik sendiri bagi laki-laki itu. Sama seperti kebanyakan gadis lainnya, Kiara menjadi salah satu fans berat laki-laki itu. Bahkan dengan beruntungnya gadis itu berhasil memacari seorang pangeran dingin disekolah, meski banyak yang menganggap remeh Kiara. Karena bagi mereka para gadis-gadis lainnya kalau Kiara terlalu biasa-biasa saja jika harus di sandingkan dengan kapten basket itu. Tapi rupanya takdir manis begitu mengarah kepada Kiara.
Tidak menuruti perkataan kekasihnya tadi Kiara masih berdiri ditempat, Menatap dengan kagum aksi sang kekasih. Badan tingginya yang begitu lihai memainkan bola basket, gerak tubuhnya sangat cepat. Gadis itu bersemu menyadari atas kegagahan kekasihnya.
EHEM
"Ngapain kamu berdiri disini?" Kiara terkejut dengan deheman dan pertanyaan tiba-tiba dari salah satu guru laki-lakinya, gadis itu cengengesan begitu aksinya terendus.
"Habis dari toilet Pak, ini mau balik."
"Heh, alesan ya kamu!"
"Enggak kok Pak, beneran. Masuk kelas dulu ya Pak?" Kiara berlari dengan terbirit-birit tanpa menoleh sekalipun kebelakang.
"Dasar anak jaman sekarang, pasti lagi ngebayangin yang romantisan. Kebanyakan nonton sinetron korea kayanya tu anak."
Angkasa, si laki-laki yang kebetulan sempat menoleh ketika Kiara tengah berlari dan seorang guru yang berdecak sambil menggelengkan kepala. Tidak menyangka jika gadis itu sedari tadi tetap berdiri disana.
****
TOK TOK TOK
"Masuk!"
"Hehe permisi Bu?" Kiara sampai juga di kelasnya, kebetulan suasananya tengah senyap sehingga gadis itu menjadi pusat perhatian.
"Kiara! Kamu darimana saja?"
"Dari toilet Bu."
"Habis ngintipin anak basket tu Bu," satu gurauan dari teman laki-laki dikelas itu sukses membuat siswa disana saling menyoraki Kiara.
"Sudah-sudah, Kiara kamu kembali ketempat duduk kamu!"
"Baik Bu."
HUFT
Begitu bokong indahnya berhasil mendarat dikursi belajarnya, Kiara mendapat cubitan manis dilengan kiri. Pelakunya adalah Sari, teman sebangku sekaligus sahabat karib Kiara.
"Lo pasti habis ngintipin Angkasa, kan?"
"Ssst, jangan keras-keras dong!"
"Yaelah pada nggak denger juga kali," Kiara menatap sekeliling, teman-teman sekelasnya tampak begitu fokus kepada penerangan guru didepan.
"Ya habis gimana? Cuma dengan ngeliatin dia diem-diem aja udah bikin gue seneng banget."
"Udah pacaran kok masih diem-diem sih, samperin dong!"
"Dia yang tadi nyamperin gue."
"Ah bokis lo."
"Serius, tadi kepala gue yang bulet sempurna ini ketampol sama bola basket."
"Terus-terus?"
"Ya gue berusaha pura-pura kesakitan dong, eh dia bilang lebay."
"Ha ha ha ha."
"Sari!"
Saking lucunya penuturan Kiara membuat Sari tidak mengatur volume ketawanya. Dilain sisi Kiara menatap seorang gadis yang tengah tersenyum mengejek ke arahnya. Sorot mata yang begitu membenci sosok Kiara.
"Kalau mau ngegosip masih ada waktu satu jam lagi, perhatikan penjelasan saya!"
"Iya Bu."
Tanpa Kiara sadari, gadis tadi terus menatapnya dengan beribu umpatan yang terus dia rafalkan dibibirnya.
-------
"Pulang naik apa lo?" Sari bertanya sembari menenteng tas sekolahnya dan berdiri, Kiara sendiri masih belum selesai membereskan buku-bukunya.
"Biasa, naik bus."
"Nggak kepengen dibonceng pakai motor keren Angkasa ya?"
Sari mencolek pipi gembul Kiara yang sukses membuat gadis itu berdecak merasa sebal dengan penuturan temannya.
"Nggak usah ngeledek, tahu sendiri 'kan dia orangnya kaya gimana?"
"Yaudah deh, pulang bareng gue aja yuk!"
Sari menarik pergelangan tangan Kiara sehingga membuat keduanya kini berdiri berdampingan, Kiara berjalan lebih dulu yang disusul oleh Sari.
"Terus gue harus muter-muterin rumah orang biar lama sampai rumah gitu?" bukan tanpa alasan Kiara menolak untuk pulang bersama, rumah mereka yang jauh dan tidak se arah membuat gadis itu dengan mudah menepis ajakan Sari.
"Bercanda kali."
Lorong sekolah yang begitu ramai berisi para anak-anak yang hendak pulang kerumah itu tertangkap netra Kiara begitu tubuh sintalnya sampai diluar kelas, matanya menelusuri satu persatu yang berada disana. Matanya meredup dan sayu begitu orang yang dia cari tidak ada.
Kiara dan Sari terus melangkah hingga sampai digerbang sekolah, tidak sedetikpun mata Kiara goyah untuk mencari kekasihnya. Saat beberapa motor anak-anak saling berebut keluar gerbang sekolah akhirnya yang sedari tadi Kiara cari muncul juga. Seperti biasa laki-laki itu pulang dengan motor andalannya. Tepat ketika motor Angkasa melewari Kiara saat itu juga gadis itu melayangkan senyum termanis, namun harapan dibalas atas senyuman tadi tidak ada. Laki-laki itu hanya melirik sekilas dan tidak terlihat matanya yang menyipit tanda kalau dia tidak tersenyum karena wajahnya yang tertutupi helm.
PLUK
Sari menepuk pundak Kiara yang membuat gadis itu berjengit kaget dan mengalihkan pandangannya dari Angkasa yang kian tidak terlihat.
"Jangan dilihatin mulu, coba sekali-sekali samperin."
"Nggak ah, malu."
"Dasar, kalau cuma diem-dieman ngapain pacaran?"
Sari terus melangkah tidak menunggu jawaban Kiara, tubuhnya sampai diluar gerbang dan melambaikan tangan ke arah Kiara. Yang diberi salam perpisahan membalas dengan senyum lesu, kaki mungilnya melangkah menuju halte bus yang kebetulan letaknya tidak begitu jauh dari sekolah itu.
"Katanya pacar seorang pangeran sekolah, kok masih kaya jomblo ya?"
Kiara menoleh mendengar ucapan tiba-tiba dari gadis satu kelasnya, kini mereka saling berdiri di halte. Gadis itu adalah satu dari siswi yang tidak menyukai hubungan Kiara dan Angkasa, gadis yang tadi siang sempat menatap tajam ke arahnya.
Kiara memilih diam dan tidak menanggapi, mengingat gadis itu yang berdiri dengan angkuh bersama dua orang temannya. Tatapan mereka seolah siap membunuh ke arah Kiara, Selly adalah gadis yang menyapa tadi dan berstatus sebagai ketua genk mereka bertiga. Terganggu dan gemas dengan Kiara yang berpura-pura tidak peduli dan menganggap mereka bertiga tidak berada disana, gadis itu berjalan kebelakang Kiara dan mendorong Kiara hingga gadis itu jatuh ke jalan.
BRUGH
"Aduh."
HA HA HA HA HA
Ketawa keras dari tiga gadis itu begitu kentara di telinga Kiara, gadis itu jatuh dengan posisi berjongkok dan berada dipinggir jalan yang masih bisa diakses oleh kendaraan yang melintas. Kesal dengan Selly yang telah mendorongnya, Kiara mencoba berdiri namun dari arah kiri tubuhnya satu mobil melintas dengan kecepatan tinggi.
"Aaaaaaa."
BRAK
Bersambung-
"Gimana nih?" satu teman Selly menarik rok seragam Selly merasakan panik, setelah melakukan aba-aba mereka bertiga pergi dari halte dan meninggalkan Kiara yang masih berada dipinggir jalan."Ya Ampun, kalau gue udah di surga tapi kok masih denger suara klakson mobil ya?" Kiara membatin sembari memejamkan mata setelah pasrah akan kedatangan mobil yang tadi melaju ke arahnya, perlahan mata bulat itu terbuka dan Kiara menyadari bahwa dia masih berada di bumi.Saat matanya menoleh ke kiri dan mencari dimana mobil tadi berada gadis itu tidak menemukannya, dia berdiri dan menoleh ke belakang. Bibirnya terbuka dan matanya melotot menyadari mobil yang tadi, membelok ke arah lain dan baru saja menabrak pembatas jalan, ada begitu banyak orang disana. Tidak hanya para pejalan kaki, beberapa mobil yang sedang melintas juga ikut menyaksikan aksi kecelakaan itu.Merasa penasaran dengan keadaan mobil d
KLUNTINGKiara mengalihkan pandangannya begitu mendengar pesan yang masuk pada ponselnya, tangan mungilnya meraih benda pipih itu. Begitu melihat siapa yang telah mengirim pesan, gadis itu menekan layar ponsel itu untuk menyambungkan panggilan.TUUUT TUUUT"Iya hallo Ra?""Gue mau cerita nih.""Cerita apaan?" Kiara memindahkan ponsel yang berada ditelinga kanan menuju telinga kiri, jari telunjuknya mengelus pelan lutut yang tadi terluka."Lo pasti nggak percaya kalau tadi gue habis didorong sama Selly sampai gue jatuh ke jalan raya.""Kok bisa si?""Gue kan tadi lagi nuggu bus dihalte, tiba-tiba Selly dan genknya nyamperin gue dan sempet ngeledek. Setelah itu gue didorong dong.""What? Parah si tu anak, tapi lo nggak papa, kan?""Nggak papa si, cuma lecet doang.
Lalu lalang para siswa yang tengah beraktifitas terpatri jelas dinetra Kiara, gadis itu menatap kosong lapangan basket yang tidak berpenghuni. Jam istirahat yang biasanya ramai sorak gembira para pendukung tim basket kesayangan mereka kini tidak ada, mungkin para pemain sedang tidak bergairah untuk melakukan aktifitas seperti biasa.Dari arah barat Sari menenteng beberapa makanan ringan dan juga air mineral, gadis itu terus melangkah menghampiri Kiara."Nih pesenan lo," di sodorkannya setengah bawaan Sari tadi."Makasih.""Lagian lo ngapain si pakai acara mogok ke kantin?""Gue tu pengen nungguin Angkasa main basket.""Hari ini libur," Sari memasukkan beberapa makanan ke mulutnya."Siapa yang libur?""Anak-anak basket pada libur main.""Emangnya kenapa?"
"Bukan siapa-siapa kok mukulin kamu?" Kiara terus merayu Angkasa untuk dia gali informasi sebenarnya.TIN TIN"Woi Angkasa!"Kiara dan Angkasa sama-sama menoleh keluar, ada delapan laki-laki yang bertengger di motor mereka masing-masing."Bentar gue ganti baju dulu.""Oke," seruan tadi memutus percakapan singkat Angkasa dan teman-temannya. Laki-laki itu masuk kedalam sebuah ruangan yang Kiara yakini adalah kamar laki-laki itu.Tidak berselang lama Angkasa keluar dan sudah berganti pakaian, Kiara berdiri menghampiri kekasihnya. Mencekal lengan Angkasa yang sudah berhasil keluar rumah."Tunggu!"Angkasa berhenti dan menoleh ke arah Kiara, gadis itu memperhatikan pipi Angkasa untuk mengecek luka tadi."Memarnya belum ilang, kamu ma
"Kakak mau kemana?"Gerak Kiara yang tengah menyiapkan piring untuk makan malam terhenti ketika melihat Intan yang akan pergi, yang ditanya sama sekali tidak menggubris. Terus melangkah dan sedikit berlari ketika sudah berada dijalan."Kakak kamu kemana?""Nggak tahu Bu, langsung pergi.""Yaudah kita makan dulu aja," Kiara menurut dan memakan dengan nikmat."Oh ya Bu, tadi sore kak Intan nanyain sertifikat rumah ini lo.""Kamu kasih tahu?"Kiara menggeleng, "kan aku nggak tahu dimana ibu naruhnya.""Emang buat apa si Bu?""Pokoknya kalau Intan nanya lagi, kamu bilang nggak tahu ya!""Kan emang nggak tahu Bu."******Ada bermacam makanan tersaji dengan lezat di sebuah meja makan, sang p
"Dor!"Sari menggertak sahabatnya yang tengah melamun, Kiara mengelus dadanya menetralkan detak jantung yang tidak teratur."Nggak usah ngagetin bisa nggak si?""Nggak bisa! Ngapain si lo melongo ditengah-tengah keramaian?""Angkasa-""Nggak nongol lagi?"Kiara menatap jengah Sari yang memutus perkataannya."Yaudah si, dibawa happy aja.""Lo nggak ngerti Sar, karena lo nggak jadi gue.""Kalau gue jadi lo, udah gue putusin tuh si Angkasa. Cakep si iya, tapi nggak jelas.""Iya, yang jelas emang cuma lo doang!"Entah marah atau tidak, tetapi Kiara langsung pergi setelah mengucapkan hal itu. Sari menatap kepergian sahabatnya dengan ekspresi tidak terkendali, baru kali ini Kiara membantah perkataannya.
"Jadi?"Kiara menaruh sendok pada piring yang telah kosong, menyeruput lemon tea yang masih penuh."Dia itu om-om yang gue ceritain.""Yang hampir nabrak lo?""Iya.""Ya ampun Ra, dia mah keren banget. Angkasa lewat."Kiara memutar bola matanya bosan, Sari terus saja membandingkan dengan Angkasa."Udah deh, pulang yuk!""Bentar, gue bayar dulu."SREKKursi yang tergeser dengan semangat itu sampai berbunyi, Kiara menghabiskan minumannya sebelun keluar restoran. Sari sudah selesai membayar dan menunggu Kiara untuk keluar bersama."Makasih ya, kenyang deh ni perut.""Santai aja kali.""Eh tunggu deh Ra," Sari menghentikan lengan Kiara, membuat gadis
Tidak ada yang bisa mengobati rasa rindu Kiara terhadap Angkasa, foto maupun kenangan manis yang bisa dia lihat dengan jelas. Hanya bayangan kejadian yang pernah dia alami bersama Angkasa, sangat sedikit dan itu hampir mengelupas disebagian ingatan Kiara.Gadis itu sudah bersiap untuk mengunjungi rumah Angkasa, sedikit berdandan mengenakan dress sederhana. Wajahnya terpoles bedak tipis dan lipgloss orange, begitu pas diwajah mungil Kiara.Melangkah dengan penuh pengharapan jika kekasihnya berada dirumah dengan keadaan baik-baik saja, mulai memasuki wilayah rumah yang dia tuju. Terus melangkah dengan mantap, sampai tiba tubuhnya didepan pagar kayu. Sepi dan tertutup, Kiara mengamati beberapa tanaman yang sudah mulai kering. Seperti tidak disiram, melongok kedalam kaca yang tidak begitu jelas karena letaknya dari pagar rumah lumayan jauh."Nyari siapa Dek?"Ibu-ibu berdaster