Share

16. Penyanyi Kafe

"Luar biasa!"

Suara tepuk tangan dari tiga orang itu memenuhi ruangan kafe ini. Aku tersenyum lebar dengan hidung kembang kempis.

Walaupun sejenak, rasanya seolah aku kembali ke masa sebelum aku mengalami banyak kepedihan hati, saat jiwaku masih muda dan bebas.

"Apakah kamu bisa mulai menyanyi malam ini, Velove?" tanya Pak Benny, sang manajer kafe.

"Tapi saya belum persiapan apa-apa, Pak," dalihku seraya menutupi rasa malu.

Aku sedikit menunduk melihat pakaianku yang ala kadarnya, mana pantas untuk tampil di panggung?

"Pulang dulu saja, Velove. Sekalian minta tolong Bu Berta jagain Ricky," usul Mbak Ugi yang juga berada di ruangan bersama kami.

"Eh, betul juga, Mbak."

Kafe ini memang tidak jauh dari rusun. Kafe Edelweis namanya. Kafe yang cukup besar, dan sudah berdiri selama belasan tahun.

Mbak Ugi yang aku sebutkan tadi adalah tetanggaku di rusun, tapi ia tinggal di lantai tiga. Wanita itu bekerja di kafe ini sebagai juru masak.

Seperti aku, dia juga seorang janda, namun an
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status