Tentu saja Adena setuju dia berpikir siapa tau nanti Adi punya kehidupan yang lebih jelas kedepannya akan mapan. "Ikut saja, siapa tau nanti bisa merubah nasib kamu. Jelas Adena. "Kamu serius bolehin aku ke Jakarta itu jauh loh pulang pergi mesti naik pesawat gak bisa aku pulang begitu saja saat aku kangen kamu atau kamu rindukan aku seperti sekarang ini. Kamu sanggup LDR ? "Iya insha Allah aku sanggup, demi kebaikan kamu kebaikan hubungan kita, jelas Adena. "Kalau kamu izinin aku kesana kamu harus janji jangan macam-macam disini, jangan nanti aku kesana kerja tapi kamu disini main-main sama cowok lain, kamu harus setia Sama aku aku itu mau ke sana demi kamu, untuk kamu. Kamu tau itukan? Tegas Adi. "Tentu saja aku tau, aku pasti akan setia kok. Kapan berangkatnya? Tanya Adena. "Kalau jadi aku berangkat minggu depan (Nada lemes berat hati buat ninggalin Adena). "Oh, kamu kesana serius mau kerja kan? Jangan nanti sampai kesana cuma cari hiburan saja. Dan niat kamu pergi dari sini
Di tahun 2017, perpisahan Adi dan Adena. Adena sudah setuju Adi ke Jakarta. Sampai pada saat Adi mau berangkat, sebelum berangkat Adi jumpai Adena di kosan ajak jalan-jalan. Sebelum dia berangkat dengan koper kecil penuh pakaiannya, Adena menatapnya dengan berat hati merasa Adi akan pergi jauh ninggalin dia tidak bisa dia temui kapan saja saat dia kangen seperti selama ini. Lalu mereka keluar jalan-jalan dengan sepeda motor milik Adi, sambil Adi pamitan pada Adena mereka bersantai di tepi laut. Mereka bercerita untuk terakhir kali, sebelum Adi berangkat mereka melepaskan rindu untuk terakhir kalinya. Karena perpisahan itu mungkin akan sangat lama. Tidak tau kapan akan bertemu lagi, yang pasti mereka berpikir tidak akan bisa bertemu untuk waktu yang lama. .... Tepat di jam 17.00 mereka balik ke kosan Adi mengantar Adena pulang karena dia hendak berangkat. Dia kembali kerumah yang mengajaknya ke Jakarta. Saat dia naik mobil mau berangkat Adi mengirim chat kepada Adena. Isi pesa
Adena membaca pesan pamitan dari Adi dengan meneteskan air mata, tangan gemetar, dan terasa sesak di dada. Tidak bisa menerima kenyataan bahwa pria yang selama ini buat dia tersenyum, dan buat dia nyaman akan pergi jauh meninggalkannya. Adena membalas pesan Adi."Iya, hati-hati di jalan sayang. Tetap ingat aku meski kamu jauh disana. Tetap kabari aku ya (Disertai stiker sedih) "Jangan sedih sayang, aku check-in karena mu aku check-out untukmu haha" (Stiker ketawa) "Tapi aku tetap sedih yang, di tinggalin ayang" "Kan udah setuju aku berangkat, kok malah sedih-sedih gini sih. Kan aku jadi tidak tega ninggalin kamu" "Iyaa, tapi rasanya engga mau jauh dari ayang" "Sabar ya sayang. Udah jangan ngomong gitu lagi. Bisa-bisa aku minta putar balik nih nanti hehe" "Oke oke. Peluk ayang dari jauh" .... Sampai di bandara, Adi mengirim foto bahwa dia akan segera naik pesawat. Adena pun tiba-tiba merasakan rindu seakan-akan ingin menyuruh Adi kembali. Tapi itu tidak mungkin dia telah me
Disana Adi kerja sementara dari pagi jam 8 pulangnya jam 5 sore. Di tempat kerjanya ada perempuan juga dua orang, yang satunya sudah jadi janda beranak dua, namanya Yuyun. Namun sering bersenda gurau dengan Adi. Tiap Adena bicara di telpon dengan Adi, sudah beberapa hari ini. Adena selalu mendengar suaranya Yuyun yang bercanda dengan Adi. Adena merasa risih, lalu dia mempertanyakan siapa perempuan-perempuan itu. Adi menjelaskan dan memperkenalkan mereka pada adena. "Siapa itu yang? Bisa ngga sih kalau lagi telponan sama aku minggir jauh-jauh dari mereka" "Iya iya. Aku kedepan nih. Itu mba-mba yang kerja disini loh yang" "Lumayan akrab juga ya sama mereka?" "Engga juga, ya begitulah. Kan kamu tau sendiri aku gimana orangnya" "Iya tau suka goda-goda perempuan kan?" "Astaghfirullah, itu mba-mba sudah janda yang, sudah beranak dua" "Wah lebih enak lagi tuh, ada janda rupanya." "Jangan berpikiran yang aneh-aneh lah" Adena makin kesal dan cemburu pada rekan kerjanya Adi. Adi menc
Keretakan hubungan mereka mulai terjadi, Adi di buat pusing lagi oleh Adena. Namun Adi berusaha sabar, karena dia sudah terbiasa dengan kata sabar itu. Dia mencoba menerima alasan Adena walaupun dia tidak mempercayai Adena sepenuhnya. Dia berpikir buat apa mempermasalahkan lagi, yang ada selalu marahan dan selalu buat sakit kepala. .... Beberapa bulan kemudian, Adena ke Banda Aceh karena ada tugas praktikum dari kampus selama satu bulan. Seperti biasanya, kalau mereka sedang berbaikan mereka tetap lancar komunikasi, apalagi saat waktu Adena praktikum senggang. Saat Adena di asrama lanjut video call dengan Adi, karena mereka memang sering telponan tidak terlepas dari ponsel. Saat mereka sedang bersenda gurau di telpon tiba-tiba teman Adena menanyakan soal Akmal pada Adena? "Beb, bang Akmal gak kesini jenguk kamu?" "Sssttt..." Isyarat Adena agar temannya diam dan tidak membahas Akmal lagi. Karena takut Adi mendengarnya Adena langsung memutuskan panggilan telponnya dengan Adi.
Adi berusaha menghubungi Adena kembali, namun tidak tersambung juga. Adena masih tidak mengangkat telpon dari Adi, takut Adi masih membahas perihal tadi. Karena Adena pun merasa lelah jika harus berantem terus. Tapi dia tetap buat salah walaupun dia sendiri juga merasa lelah dengan keadaan itu. Adi berulang kali menghubungi Adena walaupun tidak di angkat juga oleh Adena. Akhirnya Adi mengalah dan mencoba berbaikan dengan adena. Dia menghubungi Adena melalui pesan suara. "Angkat sayang, capek aku telpon-telpon terus dari tadi" "Malas, selalu ngajak berantem" "Udah engga lagi kok, angkat dulu ya! Aku udah ngga marah-marah lagi. Aku janji" Karena sebenarnya Adi sendiri juga malas bertengkar selalu. Apalagi dia punya banyak pikiran, setelah beberapa bulan di Jakarta. Dia sedih kenyataan yang di terima nya di Jakarta itu tidak seperti yang dia bayangkan. Sampainya disana dia hanya di perkerjakan di sebuah toko kosmetik, bukan menjalankan proyek yang sebelumnya di omongin waktu ma
Seiring berjalannya waktu. .... Adi menceritakan kembali bagaimana keadaan dia disana. Ternyata masih sama saja seperti sebelumnya. Dia tidak pernah di anggap, masih sering di kambing hitamkan oleh orang lain. Bahkan dia juga sempat di tuduh mencuri barang di toko itu. Dikarenakan orang lain yang iri dengannya. Adena sedih mendengarnya, tidak bisa ia bayangkan bagaimana keseharian Adi disana. Karena dulu waktu di Jambi dia juga merasakan kesengsaraan di perantauan. Dan sekarang dia juga mengalami hal yang serupa. Adena sungguh tidak tega jika membiarkan Adi merasakan kesedihan seperti itu lagi. Ia tidak mau lagi Adi sengsara disana. Lalu Adena dengan berat hati bilang ke Adi. "Lebih baik kamu pulang saja, dari pada kamu di perlakukan tidak adil disana. Aku sedih mendengarnya." Tegas Adena. "Kamu yakin suruh aku pulang, aku bahkan belum setahun disini." Sahut Adi. "Dari pada kamu selalu mengeluh begitu, aku yang dengar aja kesalnya luar biasa. Apalagi kamu yang merasakan itu
Seminggu kemudian. .... Adi siap-siap untuk pulang, bahkan tiket pesawat pun sudah di belikan. Dia pergi belanja ke Mall bersama temannya, untuk mencari oleh-oleh untuk keluarganya. Sesampainya di Mall, Adi langsung belanja barang keperluan untuk keluarganya. Setelah selesai belanja, lalu Adi menghubungi Adena melalui video call. "Kamu mau di belikan apa sebagai oleh-oleh?" "Aku tidak mau apa-apa asal kamu pulang dengan selamat aja udah cukup kok" sahut Adena. "Gak apa-apa, aku mau belikan kamu sesuatu tapi gak tau mau beliin apa. Bilang aja kamu lagi mau apa, kalau sanggup aku beli aku belikan kalau terlalu mahal pending dulu hehehe." Teman Adi mendengarkan percakapan antara Adi dengan Adena. Lalu temannya membisikkan, 'kalau mau belikan sesuatu buat pacar, jangan tanya ke orangnya. Pasti dia akan jawab tidak mau apa-apa, padahal sebenarnya dia ingin kamu belikan sesuatu. Walau apapun itu pasti dia akan senang juga' "Iya benar juga ya, tumben saran Lo terpakai kali ini haha