Share

Bab 7

Author: Merspenstory
last update Huling Na-update: 2025-05-26 09:29:13

Sienna membalikkan badan, berniat melangkah pergi sejauh mungkin dari pria yang barusan menyelamatkannya dengan cara yang lebih menyakitkan daripada semua luka masa lalunya.

Tapi langkahnya tertahan ketika suara Sebastian mengudara.

“Dan kau tahu, Sienna… tidak ada jalan untuk kembali setelah ini,” kata Sebastian.

Wanita itu terdiam. Ia menarik napas panjang, lalu menoleh setengah, menatap Sebastian dari sisi bahunya.

“Kalau begitu, pastikan kau tak menyesal telah membeliku, Tuan Dellier.”

Sebastian mengangkat satu alis. “Tidak pernah.”

***

Persiapan pernikahan berlangsung bagai badai. Dalam waktu singkat, nama Sienna Hart dan Sebastian Dellier mendominasi berita utama. Desainer muda dan CEO dingin dengan reputasi cemerlang.

Kisah mereka lebih menarik daripada dongeng mana pun.

Namun di balik kemewahan dan gaun putih rancangan eksklusif, Sienna menjalani hari-harinya dalam tekanan. Tatanan pernikahan mewah dirancang nyaris tanpa campur tangannya.

Di satu malam yang tenang, beberapa hari sebelum pernikahan, Sienna berdiri di balkon kamarnya. Angin malam mengibaskan rambutnya yang panjang. Dalam dekapan malam, ia akhirnya membiarkan air mata jatuh dari pelupuk matanya.

“Tak ada yang benar-benar memilihku sebagai Sienna. Aku selalu dipilih sebagai ‘yang cocok’. ‘Yang tepat’. ‘Yang bisa dipakai’,” gumamnya getir.

Sebastian muncul diam-diam, menatapnya dari ambang pintu.

“Kau menangis?” tanyanya.

Sienna mengusap pipinya dengan cepat. “Tidak.”

Sebastian melangkah mendekat, membiarkan pintu balkon terbuka di belakangnya. “Kau tidak perlu berbohong di hadapanku, Sienna,” katanya pelan.

Sienna menatap lurus ke depan, tak menoleh. “Dan buat apa? Kau hanya akan menilainya sebagai kelemahan.”

Sebastian mendekat lagi, lalu berhenti beberapa langkah dari Sienna. “Kelemahan bukan berarti kehancuran. Justru itu yang membuktikan bahwa kau masih hidup.”

Sienna mengernyit, dan akhirnya menatap pria itu. “Dan kau? Apa kau merasa hidup, Sebastian?”

Hening sejenak. Tatapan Sebastian menajam. “Aku hidup,” katanya datar. “Tapi berbeda denganmu, aku memilih untuk tidak merasakan apa pun.”

Sienna tertawa sinis. “Itu bukan hidup.”

Sebastian tak langsung menjawab. Ia hanya mendekat satu langkah lebih dekat hingga jarak mereka begitu tipis.

“Lalu mengapa kau tetap memilih menikah denganku? Jika menurutmu aku seperti mayat berjalan?”

Sienna menghela napas panjang, lalu menatap pria itu lekat. “Karena hanya kau yang bisa membuat keluargaku tak berkutik. Dan cukup kuat untuk menghentikan mereka memperjualbelikan hidupku… lagi.”

Jawaban itu membuat Sebastian terdiam sejenak. “Aku tidak akan menjanjikanmu cinta,” ujarnya akhirnya. “Tapi aku bisa menjanjikan satu hal. Tak ada yang akan menyentuhmu tanpa seizin dariku. Tak ada yang akan memperlakukanmu seperti keluargamu memperlakukanmu selama ini.”

“Dan kau? Kau akan memperlakukanku seperti apa, Sebastian?”

Sebastian menarik napas dalam. “Aku akan memperlakukanmu seperti istri yang aku pilih sendiri. Karena aku tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan.”

Sienna mengalihkan pandangan. “Lalu jika suatu hari aku belajar mencintaimu, apa kau akan belajar mencintaiku juga?” tanya basa-basi.

Sebastian tak langsung menjawab. Ia hanya menatap Sienna lama, lalu berkata, “Aku tak tahu caranya. Tapi jika itu terjadi, mungkin kau yang akan mengajariku.”

Beberapa waktu kemudian, hari pernikahan pun tiba.

Segala kemewahan disusun dengan rapi, dari karpet putih panjang yang membelah ballroom hotel bintang lima hingga hiasan bunga peony yang menggantung di langit-langit seperti taman surgawi. Gaun Sienna menjuntai anggun, dirancang oleh desainer kenamaan Perancis yang namanya hanya bisa dibisikkan dengan kagum di kalangan sosialita.

Tapi wajah Sienna tetap datar.

Tak ada binar bahagia dalam sorot matanya. Bahkan ketika teman-temannya menghampiri dan memuji betapa beruntungnya ia—dinikahi oleh Sebastian Dellier, pria tampan, kaya raya, dan penguasa Dellier Corporation—Sienna hanya tersenyum tanpa makna.

“Seandainya aku jadi kau, aku pasti sudah menjerit bahagia,” ujar seorang teman lamanya, lalu mengedipkan mata penuh iri.

“Kau tahu, Sienna... semua wanita bermimpi menjadi pengantin Sebastian Dellier. Kau sangat beruntung!”

Sienna hanya menjawab semua perkataan itu dengan satu anggukan kecil. Dan senyum tak berarti.

Baginya, keberuntungan bukan soal berdiri di samping pria paling berkuasa di ruangan itu. Bukan pula soal gaun putih, tamu istimewa, atau kemewahan pesta.

Keberuntungan—jika itu memang nyata—mungkin hanya berarti satu hal. Hidup yang tak lagi dikendalikan orang lain.

Tapi, menikah dengan Sebastian adalah keputusannya.

‘Setidaknya aku hanya perlu menyerahkan hidupku pada satu orang. Tidak lagi dijajakan seperti dagangan,’ batin Sienna.

Ibu Sebastian tidak hadir. Tidak ada jejak wanita itu sejak keputusan menikah diumumkan. Tentu saja, wanita itu tidak setuju dan menentang keras pernikahan ini.

Namun Sebastian tidak terganggu. Pria itu berdiri tegak di altar, mengenakan tuksedo hitam dengan potongan sempurna. Tatapannya mengunci pada Sienna.

Sienna menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Perlahan, langkahnya membawa dirinya maju ke altar.

Saat pendeta mulai melafalkan janji suci, Sienna menatap Sebastian tanpa suara. Pikirannya melayang entah ke mana. Ia nyaris tak menyadari saat pendeta memanggil namanya.

“Sienna Hart, apakah kau bersedia menerima Sebastian Dellier sebagai suamimu yang sah?”

Butuh sepersekian detik untuk Sienna kembali tersadar. “Ya,” jawabnya pelan.

Sebastian menggenggam tangan Sienna perlahan dan menyematkan cincin di jari manisnya.

“Fokuslah, Sienna. Kau seperti mayat hidup,” bisik Sebastian mengingatkan.

Sienna menarik napas panjang, lalu mengambil cincin dari kotak beludru itu. Tangannya sedikit gemetar saat meraih jemari Sebastian dan menyematkan cincin ke jari pria itu.

Pandangan mereka bertemu lagi.

“Dengan ini, aku menyatakan kalian sebagai suami dan istri. Sebastian Dellier, kau boleh mencium mempelai wanitamu,” ujar pendeta.

Sebastian tidak menunggu. Tanpa ragu, ia menarik tubuh Sienna mendekat, satu tangannya bertumpu di pinggang ramping wanita itu. Lalu, di hadapan dunia yang menyaksikan, Sebastian Dellier mencium istrinya.

Sienna terdiam dalam ciuman itu. Dunia seolah berhenti berputar. Hanya detak jantungnya yang berpacu, dan rasa asing yang perlahan menyusup ke relung hatinya.

Hari ini, ia resmi menjadi istri Sebastian Dellier.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ciuman Tak Terlupakan Sang CEO   Bab 16

    Beberapa menit berlalu dalam ketegangan yang senyap. Sienna masih duduk di kursi ruang tunggu, lututnya diperban rapi dan pergelangan tangannya berdenyut nyeri. Di sampingnya, wanita berhijab yang tadi menolongnya masih duduk dengan tenang.“Terima kasih,” ucap Sienna pada wanita itu, suaranya pelan dan tulus. “AKu tidak tahu harus bagaimana jika Anda tidak muncul.”Wanita berhijab itu tersenyum hangat, matanya sempat menangkap cincin di jari manis Sienna. “Jangan dipikirkan. Siapa pun pasti akan melakukan hal yang sama.”Sienna hendak mengatakan sesuatu lagi ketika pintu klinik terbuka secara tiba-tiba.Sebastian melangkah masuk dengan gerakan cepat. Matanya menyapu ruangan sampai menemukan Sienna, lalu tatapannya langsung menajam.“Sienna,” ucapnya serak sambil tergesa menghampiri. “Apa yang terjadi?”Sienna berdiri perlahan. “Aku baik-baik saja. Hanya memar ringan, lututku—”Belum selesai ia menjelaskan, pandangan Sebastian beralih pada wanita berhijab yang berdiri di samping Sienn

  • Ciuman Tak Terlupakan Sang CEO   Bab 15

    Matahari Dubai menyelinap masuk lewat tirai tipis ketika Sienna terbangun keesokan harinya. Penthouse itu sunyi.Jam dinding menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas. Ia melirik ke sisi tempat tidur yang kosong, lalu duduk sambil menghela napas. Sebastian pasti sudah pergi.Sienna berjalan pelan ke ruang utama dan menemukan secarik catatan di atas meja.[Ada pertemuan pagi ini. Jangan keluar sendirian dan tunggu aku. – S.]Sienna mendecih pelan. “Jangan keluar sendiri? Serius? Aku bukan tahanan,” desisnya.Dengan enggan, ia menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh staf hotel, lalu berjalan ke jendela untuk menikmati pemandangan. Kota Dubai membentang luas di bawah sana, gemerlap dan asing.Sienna kembali ke kamar dan mencoba mengalihkan pikirannya. Ia membuka tablet dan mulai memindahkan beberapa sketsa desain, tapi tak lama kemudian rasa bosan mulai menyusup. Ia terlalu gelisah untuk berkonsentrasi.“Ada apa denganku hari ini?” gumamnya sambil memijat pelipis.Beberapa saat kem

  • Ciuman Tak Terlupakan Sang CEO   Bab 14

    Langit sudah gelap ketika Sienna berdiri di depan mansion dengan koper di sampingnya. Udara yang dingin menyusup ke balik mantel panjangnya, tapi bukan itu yang membuatnya menggigil. Melainkan kenyataan bahwa ia akan pergi ke Dubai bersama Sebastian.Sebastian berdiri beberapa langkah di depannya, tengah berbicara di telepon dengan seseorang. Hanya sepatah dua patah kata, dan lawan bicaranya langsung bungkam.“Pria ini benar-benar penuh kontrol,” gumam Sienna pelan, tatapannya tak lepas dari Sebastian.Begitu sambungan telepon ditutup, Sebastian menoleh padanya. “Mobil sudah siap.”Sienna hanya mengangguk dan mengikuti langkah pria itu ke arah mobil hitam yang menunggu di depan tangga utama. Brandon membukakan pintu belakang, dan Sebastian masuk lebih dulu tanpa menoleh. Sienna mengikuti, duduk di kursi bersebelahan tanpa tahu harus berkata apa.Mobil begerak stabil menuju bandara.“Berapa lama penerbangannya?” tanya Sienna basa-basi.Sebastian menoleh sedikit. “Empat belas jam. Kita

  • Ciuman Tak Terlupakan Sang CEO   Bab 13

    Keesokan paginya….Sienna menggeliat pelan di balik selimut tebal. Kepalanya sedikit berat, tapi tidak sampai pusing. Ia masih ingat anggur merah. Cocktail manis. Dan begitu banyak tawa.Lalu–Sienna membuka mata lebar-lebar.Ciuman.Kepalanya terangkat cepat, jantungnya ikut melonjak. Ia duduk, lalu memeluk lutut sambil menyandarkan dagu. “Tolong katakan itu hanya mimpi,” gumamnya pelan, tapi detak jantungnya tahu lebih dulu bahwa itu nyata.Sienna masih bisa merasakan tekstur kemeja Sebastian di bawah tangannya. Aroma samar dari tubuh pria itu. Dan... bibirnya.Sienna menenggelamkan wajah ke lutut. “Ya Tuhan, aku benar-benar menciumnya,” desisnya. “Aku menyerangnya di depan tempat tidur. Saat aku mabuk.”Wajahnya sudah pasti memerah. Sienna mengangkat kepala dan memandang sekitar, mencari keberadaan Sebastian. Tapi pria itu tidak ada.Sienna mengembuskan napas pelan. Entah lega atau kecewa, ia tak yakin. Sesuatu dalam dirinya ingin berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa, tapi....

  • Ciuman Tak Terlupakan Sang CEO   Bab 12

    Malam mulai larut ketika mereka meninggalkan restoran. Sienna bersandar malas di jok belakang, kepalanya terayun pelan ke sisi jendela, sementara pipinya bersemu merah muda. Dua gelas anggur ditambah satu cocktail manis telah membuatnya sedikit limbung.Sebastian duduk di sebelahnya, tenang dan tetap menjaga jarak. Tapi suasana tenang itu langsung terusik ketika Sienna tiba-tiba menoleh ke arah Sebastian, matanya yang setengah redup menyipit manja.“Kau tahu,” gumamnya dengan suara pelan dan sedikit serak, “kau terlihat jauh lebih tampan ketika wajahmu serius seperti itu.”Sebastian melirik cepat, lalu kembali menatap ke depan. “Kau mabuk.”“Sedikit,” ucap Sienna sambil mengangkat dua jarinya, “tapi bukan berarti aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan.” Ia mencondongkan tubuh, menyandarkan dagunya ke bahu Sebastian dan berbisik, “Aku hanya sedang menikmati suamiku yang terlalu dingin dan terlalu tampan untuk dibiarkan begitu saja.”Sebastian menarik napas panjang, mencoba untuk teta

  • Ciuman Tak Terlupakan Sang CEO   Bab 11

    Sudah satu jam sejak ia kembali ke suite hotel, namun Sienna tak kunjung merasa tenang. Emosi bergolak hebat dalam dadanya. Ia mencoba menahan diri, menggenggam erat perasaan yang kian tak terkendali.Amarah. Tapi bukan sekadar kemarahan biasa.Tapi pada siapa sebenarnya ia harus mengarahkan semua ini?Pada Nora Delacroix yang tanpa malu menyeretnya ke lobi dan menuduhnya sebagai wanita bayaran? Atau pada Sebastian yang menyembunyikan hubungannya dengan Nora?Ia sudah mengirim pesan. Hanya satu kalimat pendek. Kau bertunangan dengan Nora Delacroix?Tapi tak ada balasan. Mungkin Sebastian tengah duduk di ruang rapat dengan ekspresi tenang, sementara di sini Sienna merasa harga dirinya dihancurkan di depan publik.“Dasar menyebalkan,” desisnya sambil mendengus pelan.Tiba-tiba, pintu terbuka. Sienna menoleh cepat, lalu matanya langsung menangkap sosok Sebastian yang melangkah masuk. Tinggi dan gagah seperti biasa.Mereka sempat saling menatap. Hanya sekejap. Lalu Sienna membuang pandanga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status