Share

02. Mimpi indah

Jika cinta kita adalah tragedy lalu kenapa kau adalah penyembuhku? 

Jika cinta kita adalah kegilaan, kenapa kau adalah kejernihan ku?

-Jinny Wilson-

***

Alunan musik serta suara merdu dari penyanyi wanita dan pria yang membawakan lagu Destiny milik Jim Brickman, mengiringi langkah seorang gadis cantik, dengan balutan gaun putih, seraya tersenyum manis menatap lurus kedepan. Tampak para tamu merasakan kebahagiaan dan terhanyut dalam suasana. Gadis itu melewati lorong deretan bangku yang di penuhi para undangan menuju ke sebuah altar, dimana seorang laki-laki tampan nan gagah dengan balutan tuxedo putih menunggunya dengan senyum yang merekah.

Gadis itu menyambut uluran tangan si pengantin laki-laki setelah berdiri tepat di hadapannya. Raut bahagia tergambar jelas di wajah keduanya. Mata coklat laki-laki itu menatap dalam gadis di hadapannya, ia mencium lembut tangan mempelai wanita tepat ketika lirik lagu "you look so beautiful in white" mengalun merdu dari penyanyi pria.

Setelah mencium manis tangan mempelai wanita, laki-laki itu kemudian menatap gadis di hadapannya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya dan mencumbu bibir merah sang mempelai. Suara riuh tepuk tangan para undangan yang turut bahagia menyaksikan kedua mempelai menggema di seluruh aula.

Bruk!

Jinny terjatuh dari kasur hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Ia meringis kesakitan, ternyata pepatah yang mengatakan mimpi bisa menjatuhkanmu dengan kejam itu benar adanya. Jinny mengerang frustasi saat menyadari semua itu hanyalah mimpi. Ia bangun dan hendak kembali ke atas tempat tidur ketika suara alarm menghentikan niatnya untuk menyambung mimpi indahnya. Oh Tuhan! Ia ingin kembali ke mimpi itu lagi.

Satu jam kemudian Jinny sudah beriap untuk berangakat ke kampus. Gadis itu melangkah riang melewati kompleks perumahan, ia tak bisa berhenti tersenyum kala mengingat mimpinya tadi malam. Ya, laki-laki yang ada dalam mimpi itu kini sedang menunggunya di ujung jalan. Ingin segera menghampiri laki-laki itu, Jinny mempercepat langkahnya.

"Selamat pagi, Joe" sapa Jinny dengan wajah berseri.

"Selamat pagi, Jinny" balas laki-laki bernama Joe itu dengan senyuman yang selalu membuat Jinny berdebar. Setiap pagi Joe selalu menunggu Jinny di ujung jalan seberang halte bus. Rumah mereka hanya terpaut dua kompleks.

"Bagiamana tidurmu tadi malam? Apakah kau mimpi indah?" tanya Joe sambil berjalan mengikuti Jinny di sampingnya.

"Sangat indah" jawab Jinny bersemangat. Ia menyembunyikan senyumannya dengan memalingkan wajah ke samping kiri agar Joe tidak melihatnya. Tentu saja sangat indah, karena orang ada dalam mimpi indah itu adalah kau, Joe, batinnya.

"Baguslah, aku senang mendengarnya"

Tepat setelah Joe mengatakan itu, bis yang akan membawa mereka ke kampus sudah tiba. Joe melebarkan langkahnya mendahului Jinny yang saat itu sedang berpikir apakah mimpi itu bisa menjadi nyata suatu saat nanti? Sampai ia tidak sadar jika Joe mengulurkan tangan ke arahnya. "Cepat naik"

Ya, ia berharap suatu saat nanti mimpi itu menjadi nyata, dan laki-laki yang ada dihadapannya kini adalah jodoh yang dipilihkan Tuhan untuknya. Dengan mantap Jinny meraih uluran tangan Joe dan naik ke bus. Namun pertanyaannya sekarang adalah, apakah Joe juga mengharapakan hal sama seperti dirinya. Tepat setelah Jinny meraih tangan Joe dan naik, pintu bus tertutup dan perlahan berjalan.

***

Keadaan kampus pagi itu tampak ramai oleh mahasiswa yang menghadiri jadwal mata kuliah pagi, tidak semua mata kuliah di adakan pada pagi hari, oleh karena itu ada beberapa kelas yang kosong karena hanya di gunakan pada siang hari dan juga malam. Jinny dan Joe mengambil mata kuliah yang sama, maka dari itu mereka selalu datang bersama. Tak sedikit yang mengira jika mereka adalah pasangan kekasih. Jinny berharap seperti itu, namun sepertinya tidak dengan Joe.

Jinny mengekor di belakang Joe, mereka melangkah menuju kelas Mr. Edward dosen bisnis manajemen yang sebentar lagi akan di mulai. Seperti biasa, Jinny akan mengambil tempat yang sama dengan Joe ketika seseorang menyambar dan menempati tempat itu lebih dulu hingga membuat Jinny mundur ke belakang. Baru saja ia akan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu Mr. Edward datang. Ia mengembuskan nafas berat, menahan dirinya untuk tidak mencakar wajah orang yang merebut tempatnya.

Alis Joe terangkat ketika seseorang menyambar dan duduk di sampingnya secara tiba-tiba kemudian ia beralih menatap Jinny yang saat itu berjalan menuju kursi belakang.

"Selamat pagi, Joe" sapa gadis itu dengan tersenyum polos.

Joe mendesah pelan "Pagi, Kessie" balas Joe malas.

"Ayolah, Joe, bisakah kau membalas sapaan orang lain dengan ramah?" kata Kessie dengan nada merajuk.

Tanpa mempedulikan ucapan Kessie, Joe menoleh ke belakang, ke arah Jinny. Gadis itu tersenyum samar seakan ia memberitahu jika dirinya baik-baik saja, dan tak apa jika Kessie duduk di sebelahnya. Joe melempar pandangannya ke bawah, mengembuskan nafas lalu kembali menatap ke depan.

Joe mendekatkan tubuhnya dan berbisik ke telinga Kessie "Jika kau ingin aku ramah padamu, mulai besok jangan duduk di dekatku" setelah itu ia kembali menjauhkan tubuhnya.

Ia tak peduli seperti apa respon gadis di sampingnya, ia hanya memperhatikan Mr. Edward yang sedang mempersiapkan materi perkuliahan.

Kessie mengerutkan alis, kemudian menatap sinis ke arah Joe. Ini bukan pertama kalinya Joe mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu padanya. Ia tahu jika Joe tidak menyukainya, mungkin sangat membencinya karena perlakuan semena-menanya pada Jinny. Laki-laki itu memang selalu menjadi pelindung bagi Jinny, siapapun yang berani menyentuhnya Joe tidak akan tinggal diam. Meski orang itu wanita sekalipun.

Jinny yang duduk di belakang melihat Joe membisikkan sesuatu pada Kessie. Ia hanya menatapnya datar, ia seakan tahu apa yang dikatakan Joe pada gadis itu.

***

Siang itu Jinny memutuskan untuk membeli sandwich di kantin setelah mata kuliah statistik selesai karena perutnya meronta untuk segera di isi. Joe kala itu tidak bisa ikut bersamanya karena ada rapat dengan anggota senat untuk membahas acara bazzar yang akan di adakan tiga minggu lagi.

Kantin saat itu cukup ramai hingga membuatnya harus mengantri untuk mendapatkan sandwich yang menjadi makanan favoritenya. Ia melongokkan kepalanya ke depan melihat berapa orang yang juga mengantri seperti dirinya. Well, dia ada di urutan ke lima.

"Hei, Banny, cepat sedikit! Aku sudah sangat lapar" teriak salah satu mahasiswa pada penjual sandwich.

Pria bertubuh tambun itu menjawab dengan suaranya yang khas "Sabar sedikit, nak, kami sedang kehabisan pork, jika kau tidak bisa menahan lapar, silahkan pilih menu yang ada di stand sebelah"

Para mahasiswa yang berseru kecewa, padahal mereka sangat ingin makan sandwich yang terkenal lezat di kantin itu. Pundak Jinny melingsut ke bawah, ia sama seperti mahasiswa lainnya yang merasa kecewa.

"Lain kali persiapkan bahan-bahannya lebih banyak lagi," sahut mahasiswa lainnya yang berada di depan Jinny "Kau membuat kami menunggu lama"

Jinny keluar dari barisan antrian karena sudah tidak bisa menahan rasa lapar di perutnya. Baru saja ia akan membalikkan badan menuju stand lainnya seseorang menabrak pundaknya hingga membuatnya hampir terperosok dan mengenai mahasiswa lainnya yang berada disampingnya jiak saja sebuah tangan tidak menahan tubuhnya.

"Maaf, aku tidak sengaja, aku sedang buru-buru"

Ternyata orang menabraknya tadi dengan cepat menahan tubuh Jinny kemudian meminta maaf padanya. Jinny terkesiap saat seorang laki-laki mendekap pundaknya.

"Hei, Julian, hampir saja kau membuatnya terpental" sahut teman yang berada di sampingnya.

Sadar jika Jinny merasa tidak nyaman ia melepas dekapannya dari pundak gadis itu. Jinny menegakkan tubuhnya kembali, kemudian menatap Julian ragu. Ia tidak biasa berbicara dengan laki-laki lain selain Joe.

"I,Iya tidak apa-apa," jawab Jinny dengan gagap "Maaf, saya permisi"

Jinny melewati Julian menuju stand yang ada di dekat pintu kantin. Laki-laki itu memperhatikan sampai Jinny benar-benar sampai ke stand penjualan nasi goreng khas china. Pandangannya beralih ketika temannya—Paul mendorong pundaknnya dengan berkata "Kau tidak harus melihatnya seperti itu, dia akan takut melihatmu, dan mengira kau akan memangsanya hidup-hidup"

Julian melirik Paul sekilas "Aku seperti pernah bertemu dengannya di suatu tempat" katanya sambil lalu.

"Kau pernah bertemu dengannya? Dimana?"

"Aku tidak benar-benar ingat pernah bertemu dengannya"

"Di ingat lagi nanti jika kita sudah mengisi perut kosong ini, Julian"

Mereka berdua menghadap counter penjual burger yang sudah memanggil untuk segera memesan.

Jinny yang merasa di perhatikan, dengan ragu menoleh ke arah Julian yang saat itu sudah memalingakan wajahnya ketika Paul mendorong bahu laki-laki itu. Sama seperti Julian, ia merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat.

"Ini pesanan nasi gorengnya, nona"

Mendengar bibi penjual nasi goreng memanggilnya, ia dengan cepat menoleh dan mengabaikan pikirannya tentang laki-laki yang tidak sengaja menabaraknya beberapa menit yang lalu.

***

Jinny meletakkan bukunya di atas pangkuannya setelah suara ponselnya berdering. Layar ponsel menampilkan nama 'Mom' .

"Ya, mom" jawab Jinny setelah menempelkan ponselnya.

"Maaf, nak, sepertinya aku tidak bisa pulang cepat malam ini" sahut Sera di seberang telepon.

Seketika wajah Jinny berubah, tatapan matanya dingin. Ia mendesah kemudian menjawab "Baiklah, aku mengerti, sampai jumpa" tanpa menunggu balasan dari Sera ia menuntup sambungan lalu memamsukkan ponselnya ke dalam ransel. Jinny menopang kedua tangannya di pinggir kursi, ia mencondongkan tubuhnya ke depan seraya memandang hamparan danau di hadapannya.

Ia berpikir jika selama ini ia hanya hidup sendiri tanpa sipapun, ayahnya sekarang berada di balik jerusi besi akibat perbuatannya delapan tahun yang lalu, dan kini ibunya seperti tak pernah ada untuknya. Semilir angin menerpa wajanya lembut. Kucauan burung yang menari di angkasa mengalihkan pandangannya, Jinny menatap ke atas, memandang langit yang sudah berubah menjadi merah jingga. Begitu indah, batinnya.

Tanpa di sadari seseorang yang sedang duduk di atas tangga juga memandang langit yang sama dengannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status