Share

Hari Pertama

"Jangan ceritakan pada orang lain."


Hwa-Young melumat bibirku. Bibir kami bertaut, sambil saling menyesap lidah. Tanganku menyelinap ke balik kaus, lalu meremas-remas dadanya. Hwa-Young tak tinggal diam, tangannya merayap mengusap milikku dari balik celana. Paham maksudnya, aku mengubah posisi sampai milikku berhadapan dengan wajahnya, begitupun sebaliknya. Tanpa menunggu lama, ia menurunkan celanaku. Dalam posisi tersebut kami saling memanjakan intim masing-masing. Saat lidah Hwa-Young memberi kehangatan pada milikku, aku menyibak intimnya kemudian membelainya dengan lidahku. Desahannya terdengar makin jelas bersamaan dengan milikku yang makin berdiri kukuh, menunjukkan kami siap memulai sesi utama.


Hwa-Young berbalik seraya membelakangiku dengan posisi merangkak.


"Dae-Ho ...," ucapnya setengah mendesah saat milikku masuk ke dalam intimnya.


Perlahan pinggulku bergerak maju-mundur, membawa milikku menjelajahi intimnya. Desahannya terdengar makin jelas; tubuhnya bergelinjang makin cepat, seiring pinggangku yang mengayun cepat. Tak lama kemudian ia mendesah keras. Aku terengah-engah seraya merebahkan diri di sampingnya.


***


Aku mengerjap ketika mendengar suara di dekatku. Kualihkan pandangan ke sekitar dan melihat Hwa-Young sedang memakai pakaian kerja. Ia menoleh seraya tersenyum.


"Aku harus berangkat kerja. Bukankah ini hari pertamamu kerja?"


"Kerja?"


Hwa-Young tertawa kecil. "Sekarang sudah pagi, Dae-Ho."


"Astaga!" Aku buru-buru berdiri dan mengenakan pakaian, kemudian berjalan ke pintu.


Ketika melewati Hwa-Young, ia menarik tanganku dan mengecup pipiku. "Take care."


"Tentu." Aku tersenyum, lantas keluar dari unitnya.


Untungnya lokasi Byeoul berada tidak jauh dari apartemenku. Hanya dalam lima belas menit, aku sudah tiba di sana. Suasana di dalam gedung tampak ramai. Para karyawan terlihat sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Sama sekali tidak terlihat seorang pun yang berleha-leha. Pantas jika Byeoul menjadi salah satu perusahaan terbesar di Korea Selatan.


"Ruang Rapat Direksi," gumamku, membaca pesan So Hyun-Jae.


Aku menghampiri perempuan yang duduk di salah satu meja di dekatku. "Permisi, di manakah Ruang Rapat Direksi?"


Perempuan itu mendongak. Ia menatapku selama beberapa saat. Pandangannya menyelisikku dari atas ke bawah. Perempuan itu berwajah oval. Ia memiliki mata oriental, hidung mancung, dan bibir yang tipis. Rambutnya yang berombak digelung ke atas. Meskipun dibalut blazer dan kemeja, bra-nya tercetak jelas.


"Anda bisa sampaikan keperluan Anda pada Sekretaris Direksi di sana." Ia menunjuk perempuan di ujung ruangan.


"Terima kasih," ucapku, kemudian berlalu.


Rupanya kehadiranku cukup menyita perhatian karyawan di sana. Mereka melirik dan berbisik-bisik ketika aku melewati mereka. Tak lama kemudian, aku pun sampai di depan Sekretaris Direksi.


"Permisi. Saya Kim Joo-Won," ujarku memperkenalkan identitas baruku.


"Tunggu sebentar." Perempuan itu tersenyum ramah, lalu melihat buku selama beberapa saat.


Diam-diam aku memperhatikan belahan dadanya yang sedikit tersingkap dari balik kemeja. Perempuan tersebut tidak hanya seksi. Wajahnya pun sangat cantik. Mata lebar dengan bulu mata lentik; hidung pipih dan sedikit mancung; bibir merah merekah yang melekuk sempurna. Aku yakin semua laki-laki pasti terpana melihatnya.


"Jadi Anda Manajer Baru di sini. Sajangnim sudah menunggu Anda di dalam ruangan. Mari saya antar."


Aku berjalan mengikutinya sampai tiba di depan sebuah ruangan besar. Setelah meminta izin, aku dipersilakan masuk ke dalam. Di dalam ruangan, tampak tiga orang sedang duduk di sana. Dua di antara adalah laki-laki berusia sekitar lima puluh tahun, satu orang lainnya seorang perempuan berusia tiga puluhan tahun. Mereka semua menatapku tajam dan menyelisik.


"Inikah orang yang kamu rekomendasikan, Lee Yeong-Heong?" Laki-laki gemuk yang duduk di tengah bertanya pada laki-laki kurus di kanannya.


"Benar, Sajangnim."


"Aku ragu melihat penampilannya. Ingat dia akan berada di divisiku Lee Yeong-Hyeong," timpal perempuan itu.


Lee Yeong-Hyeong tersenyum sinis. "Jadi kamu meragukanku?"


"Hah! Semua orang tahu kalau kamu tidak becus bekerja!"


Kata-kata itu membuat wajah Lee Yeong-Hyeong merah padam. Serta-merta ia berdiri dan mengentak meja.


"Chun-Ae, kamu keterla—"


"Jaga sikapmu, Yeong-Hyeong," sergah laki-laki di tengah dengan suara dingin.


"Ma-maaf, Sajangnim."


Laki-laki yang menjabat sebagai Direktur Utama itu pun mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya padaku.


"Kita akan mengujinya," ucap Sajangnim.


Menguji? Aku sama sekali tidak tahu bidang Byeoul! Berbagai dugaan dan pertanyaan pun menyeruak. So Hyun-Jae tidak pernah menjelaskan masalah ujian ini. Lalu siapakah Lee Yeong-Hyeong? Mengapa ia yang merekomendasikanku? Seketika itu dadaku berdegup kencang. Semuanya berantakan! Jika mereka mengetahui identitasku yang palsu, sudah pasti mereka akan memanggil polisi untuk menangkapku.


*Sajangnim: Direktur Utama


Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status