Share

Bab 8. Perjanjian pernikahan

Yeremia, pria yang kini mengemudikan mobil yang di tumpangi Kanaya tampak lebih bisu dan kaku dari pada Daniel. Membuat Kanaya semakin merasa ketakutan. Namun kesunyian itu tak bertahan lama. Mulut Kanaya akhirnya terbuka saat Yeremia mengentikan mobilnya di traffic light.

"Sebenarnya apa yang kalian rencanakan? Kenapa kamu yang malah bawa saya?" tanya Kanaya ragu-ragu.

Yeremia melirik istri bosnya itu dari kaca kecil di depannya. "Rencana apa Bu? Kenapa anda berkata seolah-olah Bapak adalah penjahat? Mungkin saja Bapak ingin membuat anda lebih nyaman dengan sendirian!"

Mendengar jawaban yang tak sesuai harapan, Kanaya akhirnya kembali diam saat sorot mata yang ia lihat dari pantulan rear vission mirror di depannya seperti mau menelannya. Ia mencoba membuka ponselnya dan mengetik pesan kepada Eddo untuk membunuh rasa takutnya. Namun seperti yang sudah-sudah, ponsel Eddo hanya centang satu. Pasti kekasihnya itu sedang sibuk.

"Kamu di mana Do?" ia gelisah dalam hati.

Sementara itu, Angkasa yang berada di mobil lain terlihat memasukkan sebutir pil ke dalam mulutnya lalu meneguk sebotol air mineral. Pria itu benar-benar kurang istirahat akhir-akhir ini karena harus turun tangan sendiri bersama Daniel demi mengurus keperluan menikahnya.

"Kenapa anda tidak semobil saja dengan perempuan itu Bos?" tanya Daniel.

"Aku takut akan kehilangan kendali jika ada di dekatnya lama-lama. Kau lihat sendiri kan Dan, mulutnya sangat kurang ajar tiap berbicara dengan ku. Yang penting satu tujuan ku sudah terjalankan dengan baik!" tutupnya sembari melemparkan punggungnya ke sandaran jok dengan mata terpejam.

Daniel mulai memahami peta tujuan Angkasa. Pria itu hanya ingin menjauhkan Kanaya dari Eddo dan Tiara dengan cara yang lebih smooth dan berkelas. Sangat cerdik pikirnya. Tapi, bukankah Angkasa adalah pria normal dan Kanaya juga gadis yang sangat cantik. Apakah bosnya itu tidak takut bila dia akan terlena dengan kehadiran wanita itu kedepannya?

Ah entahlah, memikirkan hal itu membuat Daniel bergidik sendiri.

Mobil tiba di sebuah rumah besar yang Kanaya tak tahu dimana sebab entah mengapa ia menjadi sangat ngantuk ketika mobil mulai melintasi kawasan hutan jati tadi. Dan lebih mengejutkannya lagi, ia melihat Angkasa sudah lebih dulu berada di sana ketimbang dirinya.

"Turun!" titah Angkasa setengah membentak.

Kanaya menunjukkan wajah kesal ketika Angkasa menyuruhnya dengan kasar. Apa-apaan pria ini, kenapa sikapnya tidak konsisten?

"Bawa barang-barang mu sendiri. Kau harus mandiri!"

Kanaya makin kesal dan geram. Sikap yang di tunjukkan oleh Angkasa benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat ketika mereka masih ada di rumah orang tuanya beberapa jam yang lalu.

Ketika Kanaya mulai turun dengan wajah memberengut, Angkasa mulai memberikan kode bagi Daniel dan Yeremia untuk meninggalkan mereka berdua. Membuat dia laki-laki itu melangkah lebih dulu ke dalam.

"Aku sebenarnya kasihan pada perempuan itu!" bisik Yeremia kepada Daniel.

" Diam. Tutup mulutmu dan lakukan saja apa yang di minta Bos!"

Yeremia hanya memanyunkan bibirnya akibat di omeli oleh Daniel. Astaga, ia benar-benar tak menyangka jika over protektif kepada nona Tiara, bisa membuat bos-nya senekat ini.

"Ini dimana?''tanya Kanaya sembari berjalan mengekor di belakang Angkasa.

"Di rumahku!"

"Ya aku tahu, tapi ini di daerah mana?"

Membuat Angkasa sontak berhenti dan menatap tajam Kanaya.

"Kau ini rewel sekali ya. Tinggal masuk saja cerewet sekali!"

Kanaya akhirnya menyadari jika sepertinya ia telah salah mengambil keputusan dengan menurut kepada Ayahnya. Kini ia benar-benar semakin membenci pria di depannya. Seandainya Ayahnya tidak memaksa, ia tak akan sudi menikahi pria itu.

Kanaya dengan susah payah akhirnya berjalan sendiri dengan membawa dua koper besarnya menuju kamar. Sejenak, ia terkagum kala tiba di sebuah kamar yang kesemua furniture nya terbuat dari jati asli yang tampak berkelas dan berat.

"Duh si brengsek itu niatnya apa sih? Aku benar-benar takut sekarang!" gumamnya seraya mendudukkan tubuhnya di tepi kasur ketika Angkasa pergi tanpa bersuara.

Namun sejurus kemudian,

BRUK!

Sebuah map di lemparkan Angkasa ke atas paha Kanaya dan membuat perempuan itu mendongak terkejut. Entah sejak kapan pria itu sudah kembali ke kamar.

" Apa ini?" Kanaya bertanya dengan alis mengerut.

" Kau tidak bodoh kan? Bisa baca?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status