LOGIN“Aylaaaaaaa!!”
Suara cempreng kedengeran kayak sirine ambulans, tapi isinya panik sekaligus excited. Dari kejauhan, motor bebek ngos-ngosan muncul, dinaikin sama Sofia yang helmnya kegedean dan Hanna yang kebagian jadi penumpang.Sofia ngegas kenceng, tapi pas liat Ayla berdiri di pinggir jalan sambil meluk kantong plastik isi bra pink, dia otomatis ngerem mendadak.
“CEKIIIITTT!!”
Nyaris aja mereka semua nempel di trotoar.Hanna buru-buru copot helm. Rambutnya udah kayak mi instan rebus.
“La… sumpah ya… GUE kira lo bercanda di grup barusan.”
Ayla cengengesan kecut. “Kalo ini prank, sumpah gue pengen tau siapa produsernya. Biar gue kirim tagihan kos gue.”
Sofia langsung melongo ngeliat barang-barang Ayla yang nyebar.
“Koper pincang, plastik mie instan, bra limited edition 70% off… La, lo tuh homeless vibes tapi masih sempet mikirin diskon lingerie.”
“Prioritas, Sof,” Ayla menjawab lirih. “Kalau dunia udah tega sama gue, setidaknya gue masih punya bra pink.”
Mereka bertiga diem sebentar. Hening. Terus meledak ketawa.
Tukang ojek yang duduk di warung kopi depan jalan sampe ngelirik, mikir, ini anak-anak lagi syuting sitkom apa gimana?***
Sofia akhirnya angkat koper Ayla dengan jurus “angkat beban biar jadi langsing.” Tapi roda koper yang pincang bikin perjalanan kayak bawa peti mati murah.
“Anjrit, La… nih koper suaranya lebih berisik dari motor gue.”
“Kriek… kriek… kriek…”
Suara koper nyeret jadi backsound sepanjang jalan.
Pas udah duduk bertiga di motor, Ayla otomatis kejedot helm Hanna.
“ADUH! Kepala gue bukan batu bata, tau!” Hanna protes.
“Ya salahin aja nasib gue, Han. Gue homeless, viral, plus dijedotin sahabat sendiri. Lengkap udah penderitaan gue.”
Hanna yang nggak bisa nahan penasaran akhirnya nanya, “La, lo beneran nggak tau siapa cowok tadi? Damian Lee, influencer sepuluh juta followers?!”
Ayla langsung pasang wajah kosong.
“Sepuluh juta? Hah? Gue aja baru bisa nyentuh follower 200 di akun fanart ASTRA, itu pun separonya bot.”
Sofia dan Hanna langsung kompak mukul bahu Ayla.
“ASTAGA LA! Lo tuh… kayak karakter drama yang clueless tapi ujung-ujungnya jadi trending. Gila.”
Ayla ngelus dada. “Gue nggak minta debut, sumpah. Gue cuma pengen tidur nyenyak, nonton fancam ASTRA, sama makan mie instan tanpa ada netizen random ngomentarin bra gue.”
Pas udah deket kos Sofia, tiba-tiba Sofia ngegas sambil batuk kecil.
“Eh… masalahnya gini. Kos gue tuh kecil banget, La. Lu tidur di mana coba? Di tumpukan karung kopi? Bisa sih, tapi lu bakal ketularan aroma robusta.”
Ayla udah melongo.
“Ya terus… Hanna?”
Hanna gelagapan. “Kos gue lebih strict dari kamp militer, La. Jam malam jam 9, tamu nggak boleh nginep. Lo baru naroh sandal aja bisa ditendang Bu Kos gue ke kali.”
Senyap.
Motor tetep jalan pelan-pelan, tapi mereka bertiga terdiam.Sampai akhirnya Ayla nyeletuk, pahit banget:
“Jadi kesimpulannya… gue homeless, lo berdua kere, dan kita semua nggak punya solusi.”
Motor ngerem pas di depan minimarket 24 jam. Sofia langsung noleh.
“Ya udah, pit stop dulu. Biarin homeless vibes lo makin lengkap, kita nongkrong di Minimarket.”
Ayla ketawa getir.
“Ya Ampun… dari kos ke trotoar, dari trotoar ke Indomaret. Next level hidup gue bakal dimana lagi coba? WC umum?”
Mereka bertiga masuk, langsung beli cup ramen. Duduk di kursi plastik pinggir kasir, ngebatin bareng-bareng: hidup keras, tapi squad tetep solid.
***
Aroma ramen cup menyebar di pojokan Indomaret itu. Ayla nyeruput kuah pedas level lima kayak lagi minum teh hangat di drama sageuk.
“Ahh… minimal lidah gue masih bisa ngerasain bahagia,” gumamnya.
Sofia mendesah, menatap ke arah langit-langit minimarket.
“La, lo sadar nggak… hidup kita tuh kayak grup idol KW. Kostum nggak ada, sponsor nol, fans cuman diri kita sendiri.”
Hanna ngetok sendok plastik ke meja.
“Tapi fandom kita loyal. Nama fandom kita aja udah sakral: Orbit Squad.”
Ayla mendengus lemah. “Orbit apaan… orbit rumah orang? Gue aja sekarang nggak punya gravitasi. Homeless, Han.”
Sofia dan Hanna saling tatap. Ada rasa iba, tapi juga… rasa pengen ngakak. Karena sejujurnya, posisi Ayla sekarang beneran kayak meme hidup.
***
Apartemen Damian Lee. Lantai 25, city view gemerlap, sofa kulit hitam, dan wine chiller yang isinya lebih mahal daripada isi dapur Bu Kos.
Rico, manager sekaligus sahabat Damian berjalan mondar-mandir kayak dosen lagi ujian skripsi.
“Bro… lo tau nggak apa yang lo bikin tadi? Satu live doang, market kita bisa hancur kalau nggak di-handle!”Damian duduk santai, kaki naik ke meja, mainin ponsel.
“Calm down. Gue udah terbiasa trending. Kali ini cuma beda angle: ada cewek misterius.”
“CEWEK MISTERIUS?!” Rico hampir kejang. “Netizen udah gila. Gue barusan cek hashtag #BraPink trending nomor dua! Nomor DUA, bro! Lo ngerti kan? Itu bisa ngerusak image lo!”
Damian lempar senyum tipis. “Atau… bisa jadi bahan promo.”
Rico nutup muka pakai tangan.
“Tolonglah, jangan mikir kayak influencer wannabe. Ini serius. Brand minuman yang tadi lo iklanin udah ngechat gue, mereka takut skandal ini bikin image mereka jelek.”
Damian akhirnya berhenti scrolling. Tatapannya kosong sesaat, sebelum bergumam pelan, nyaris nggak terdengar:
“…tapi cewek itu… beda.”
Rico mendelik. “Beda gimana?”
Damian nyengir samar. “Dia nggak tau gue siapa.”
Rico hampir jatuh saking shock.
“Serius lo, bro? Sepuluh juta follower, wajah lo ada di billboard, semua orang nyebut nama lo… dan ada satu cewek random yang clueless???”
Damian mengangguk, kali ini lebih serius.
“Dan itu bikin gue penasaran.”
***
Ayla baru selesai makan ramen, mulutnya belepotan cabai bubuk.
“Eh guys…” dia pelan. “Kalau hidup gue film, ini udah masuk genre apa ya? Komedi, horor, atau thriller survival?”
Sofia ketawa setengah mati. “Bukan. Genre lo sekarang: viral disaster romance.”
Hanna nambahin, “Dengan judul besar: Si Bra Pink Misterius.”
Ayla pengen banting sendok, tapi sendoknya plastik. Jadinya malah patah dua.
Dan entah kenapa, di detik yang sama, notifikasi masuk ke HP Ayla.
DM baru. Dari akun centang biru.
Nama: Damian Lee.
Ayla langsung freeze. Kuah ramen hampir tumpah ke paha.
“G-guys… ini cowok viral barusan nge-DM gue.”Sofia & Hanna spontan nangis teriak kecil, kayak fangirl nemu idol lewat depan rumah.
“APA ISINYA LA???”Ayla baca pelan-pelan.
“Lo… makan ramen pedas ya?”
Mereka bertiga langsung kejungkel di kursi Minimarket.
Satu tahun berlalu sejak Damian Lee berlutut di panggung Grand Finale. Hari ini, udara musim gugur terasa sejuk, dan Ayla Morgan, yang kini sudah menjadi Nyonya Ayla Lee, terbangun bukan oleh alarm studio atau dering telepon darurat, melainkan oleh aroma kopi dan roti panggang dari lantai bawah.Mereka tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian. Mereka tinggal di rumah yang mereka bangun bersama: sebuah duplex modern yang dinamai "T.S." (Terusan Senja). Rumah ini terletak di lingkungan perbukitan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk media, dengan banyak jendela kaca yang menyambut matahari pagi.Ayla ters
Beberapa bulan telah berlalu sejak Grand Finale Couple 90 Days. Sekarang, udara Jakarta sudah selesai musim kemarau, membawa harapan dan aroma bunga yang segar. Ayla dan Damian tidak lagi tinggal di apartemen mewah Damian yang dikepung media. Berkat bonus kemenangan dan reward mereka, mereka sedang dalam proses membangun rumah impian Ayla di pinggiran kota yang lebih tenang.Ayla, yang kini resmi bertitel CEO perusahaan event organizer kecil bernama 'The TS Events' (singkatan dari Terusan Senja), berdiri di lahan kosong tempat calon rumah mereka. Ia mengenakan helm
Alarm di apartemen Damian berbunyi, bukan dari jam weker, melainkan dari dering telepon Ayla yang tak henti-henti. Matahari Minggu pagi sudah terbit, tetapi di luar jendela apartemen penthouse itu, suasana terasa seperti pusat gempa.Ayla menggeliat, merasakan lengan Damian yang melingkar erat di pinggangnya. Mereka terbangun sebagai pasangan tunangan yang nyata untuk pertama kalinya. Tadi malam, setelah gemuruh studio mereda, mereka kembali ke apartemen ini, bukan lagi sebagai partner kasus, melainkan sebagai sepasang kekasih yang baru bertunangan, bebas dari kontrak, dan kaya raya."Pagi, tunanganku," bisik Damian, mencium rambut Ayla. Suaranya terdengar serak dan sangat lega.
Di ruang tunggu yang dingin, di balik panggung Grand Finale, udara terasa tipis karena ketegangan. Ayla dan Damian, yang kini bukan lagi aktor, merasakan beban emosi yang nyata. Mereka sama-sama mengenakan mic yang merekam setiap bisikan mereka."Gue nggak tahu kenapa Bu Lena harus bikin ini se-dramatis ini," bisik Ayla, memutar cincin keychain T.S. di jarinya."Karena kita yang paling dramatis, La," balas Damian, merapikan gaun emerald green Ayla. "Kita adalah plot twist
Minggu ke-12, minggu terakhir Couple 90 Days, terasa seperti berada di dalam pressure cooker. Safe house yang awalnya tempat sembunyi, kini terasa seperti sangkar berlapis kamera. Hanya tersisa dua pasangan: Ayla Morgan dan Damian Lee versus Leo dan Maya.Host Risa membuka sesi Minggu ke-12 dengan senyum bengis."Selamat datang di Minggu Grand Finale! Kalian berdua adalah yang terkuat, yang tersisa setelah drama fake dating dan konspi
Studio Couple 90 Days terasa segar sekaligus tegang. Papan nama baru sudah terpasang, mencerminkan reality show yang kini diposisikan sebagai "Cinta Setelah Konspirasi." Host baru yang energik, Risa, membuka siaran langsung Minggu ke-11 dengan senyum yang dipaksakan."Selamat siang, pemirsa! Minggu ini terasa berbeda! Setelah plot twist yang menggemparkan, kita memasuki babak baru: Minggu Keterbukaan dan Komitmen! Di sofa tersisa dua pasangan: Leo dan Maya, yang dikenal sweet dan







