Share

Crazy Rich Badboy
Crazy Rich Badboy
Penulis: SkyLova

Balap Liar

   Dinginnya angin malam yang menusuk tulang dan kelembapan udara yang semakin menurun, tidak melunturkan semangat gerombolan remaja, usia sekolah itu untuk melakukan aksinya. 

  "Braga!! Braga!! Braga!!"

  "Come on Ga, You must be a winner tonight!!!" teriakan-teriakan penyemangat dan pengecoh mental kubu lawan semakin kencang terdengar dari pinggir lintasan. Dan menguar begitu saja bersama hembusan angin malam. 

  Sekelompok geng motor yang menasbihkan dirinya sebagai geng 'Bad Blood' tengah berada dalam event kebanggaan mereka, apalagi jika bukan balap liar, dan tentu saja bersama musuh besarnya geng 'Enemy Coffin'. 

    Gelaran event terlarang itu meraka laksanakan di kawasan tol yang masih dalam tahap loading proses pembangunan. Mereka dengan sengaja mengecoh petugas developer tol demi menghindari razia dan kejaran polisi lalu lintas. 

   Putaran demi putaran ajang balap liar selalu Braga memimpin finish terlebih dulu. Kemenangannya itu pula yang selalu membuat namanya terus dan terus berkibar diantara geng motor di wilayah tersebut.

  Dan bisa dipastikan hal itu membuat Roxy, pimpinan geng Savage semakin meradang. 

   Malam ini juga Roxy menantang Braga untuk duel, demi pembuktian atas perluasan wilayah kekuasaan. Parahnya Braga tidak pernah menolak siapapun yang mengajaknya duel, seolah itu adalah penyakit kronisnya. 

    Padahal malam ini di private resort milik keluarga besar Tanuwijaya sedang ada acara besar dan sakral, yakni pertunangan Arkan dan Dipsha. 

   Arkan Tanuwijaya adalah sepupu sepantaran dengan Braga Tanuwijaya dan Dipsha adalah cinta pertama Braga yang di jodohkan dengan Arkan oleh kakeknya. 

  Dipsha sendiri sebenarnya telah memendam perasaan pada Braga sejak lama, namun situasi perjodohan ini tidak bisa ia hindari, tentu saja kedua orang tua gadis itu telah menyetujui ide dari kakek Braga dan Arkan untuk menjodohkan mereka berdua. 

  "Demi Kakek gue Sha, gue rela lepasin lo!  Lo harus bahagia sama Arkan," batin Braga, yang masih berlaga di lintasan, sambil tangannya tampak terus memutar stang untuk menambah laju kecepatan motornya. 

  CKIITTT!!! 

  Ban motor Braga berdecit tepat di garis finish yang mereka tentukan, Braga dengan gaya angkuhnya membuka helm, menanti kedatangan Roxy.

   "Wooeee gue sudah tahu Ga! kalau lo pasti menang," sambut Rigel mengajak tos Braga, cowok berpotongan rambut spike, dengan dimple di kedua pipinya, yang sedang nangkring di atas motor itu sambil menyulut batang rokok itu dengan ringan menerima tos Rigel.

   "Kita bakal jadi jutawan brooh!! Udah di depan mata!!" sahut Orion, tak sabar menunggu Roxy tiba di garis finish.

   Taruhan di acara balap liar dengan nominal sekian hanyalah kecil buat Braga yang memang terlahir dari keluarga terkaya di negara ini. Keluarga Tanuwijaya.

    Keluarga darah biru yang disegani awak media, yang merajai bisnis real estate dan property, tidak hanya itu, mereka juga berhasil mengakuisisi sebuah agency industri hiburan dan pariwisata. 

  Lampu dimmer dari sebuah motor  menyorot semakin dekat menuju arah mereka, itu adalah Roxy. Cowok dengan jiwa ambis tinggi yang selalu menganggap Braga adalah rivalnya di segala aspek kehidupannya. 

   Roxy mengerem motornya tepat di sebelah motor Braga. Cowok beriris mata hazel tersebut dengan kesal membuka helm nya. Ia mendengus menatap Braga sambil menatap kecut kearah gengnya. 

  "Tunggu tantangan gue berikutnya!!!" nada Roxy mengancam. 

  "Dengan senang hati!" sahut Braga singkat,  sambil mengepulkan asap rokok ke muka Roxy. 

  "Mana janji lo? Yang sekian juta itu." tagih Keenan untuk uang taruhan mereka.

   Roxy lantas menggerakkan tangannya dengan kesal, tampak ia mengambil sebuah amplop coklat tebal, dari balik saku jaket kulit hitamnya, dengan logo 'Enemy Coffin' itu. Dan melemparkan amplop gendut warna coklat tersebut ke muka Braga, namun gagal menyentuh muka presisi cowok tersebut karena sudah buru-buru di tangkap oleh Rigel.

   "Bagi rata ya Boss!!!" ucap Orion pada Braga. 

  "Lo bagi rata buat inti Bad Blood, sisain dua persennya masukkan ke kas." titah Braga pada Orion. 

  "Ashiaaap!!!" Orion menyahut dengan kesenangan berlebih. 

  "Minggu depan gue tunggu disini lagi dengan taruhan yang lebih banyak, kalau lo kalah, bukan hanya wilayah lo, tapi seluruh anggota Bad Blood, harus jadi pengikut gue, termasuk lo." tantang Roxy tanpa rasa jera dan malu sedikitpun.

   "Kalo gue menang dapat duit itu?!" Braga memperjelas tantangan Roxy. 

   "Yup! Plus dua cewek di sana itu buat lo." imbuh Roxy pada Braga sambil menunjuk kearah dua cewek cantik, berpakaian serba mini dan press body, yang memperlihatkan sebagian anggota tubuhnya. 

   "Bukan mau gue, tapi lo yang ngasih, gue nggak nolak, tapi masalah usuk-usuk itu jadi urusan Orion." ucap Braga datar, sambil matanya memindai kearah dua cewek yang ditunjuk oleh Roxy.

    "Wkwkwkw serahin masalah itu ke gue boss." sahut Orion, memasukkan segepok uang ke balik bajunya yang baru saja di ulurkan oleh Rigel padanya. 

   "Woeeee!! kalian semua anak-anak Bad Blood, gue traktir lo minum sepuasnya malam ini, yukk cabut!!" titah Braga, membuang puntung rokoknya begitu saja dan memutar motornya, untuk meninggalkan lokasi

   "Skuyylaaah minum-minum sampe tewaas, gasskeun boss." sahut Orion.

  Tak butuh waktu lama, motor-motor anak Bad Blood segera di pacu meninggalkan arena balap liar tadi. Meninggalkan kawanan Roxy yang masih terlihat kesal. 

   "Boss gimana? Yakin lo mau ngasih sekian itu juta ke Braga? Makin songong aja ntar dia," ucap salah seorang anggota Enemy Coffin ke Roxy. 

   "Kita main belakang! Tugas buat lo ntar buat nyari orang!" perintah Roxy. 

   "Tugas persis nya ngapain Boss?!" tanya cowok di depan Robert itu memperjelas.

   "Sabotase lintasan! Lakuin apa aja pokoknya bikin Braga kalah." Roxy menyalakan motornya ia segera melesat kencang meninggalkan lokasi. 

***

   Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 WIB, Braga baru saja pulang dari tongkrongan bersama teman-temannya. Hari ini adalah hari spesialnya, hari dimana ia dilahirkan 18 tahun yang lalu, namun ia lupakan begitu saja, dengan sengaja. Karena menurutnya tidak ada yang harus diperingati dari kesedihannya malam ini. 

   Braga memilih pergi dari rumah menemui anak-anak Bad Blood, untuk aksi balap liar dan minum-minum, dengan alibi nongkrong gitaran bareng teman-temannya.

   Ia melewatkan begitu saja acara ulang tahunnya dan juga acara pertunangan Arkan, sepupunya, yang telah tinggal bersamanya sejak mereka kecil. 

   Jauh-jauh sebelum hari pertunangan itu tiba, Braga telah mengatakan secara terus terang pada kedua orang tuanya, dan juga ke Arkan bahwa nanti dirinya tidak akan datang saat pesta berlangsung.

   Papa Braga, Rama Tanuwijaya, yang mendengar ini seketika marah dan memutuskan untuk memotong uang jajannya, namun jangan khawatir, lelaki itu bakalan menggembel, karena Braga sama sekali tidak pernah kehabisan uang jajan, karena aksi taruhan-taruhan yang dimenanginya. 

    "Braga." suara lembut itu selalu berhasil meluluhkan hati lelaki tersebut yang tengah dongkol, galau dan frustasi. 

    "Mama? Belum tidur?" sapa Braga, yang melihat Amel baru saja keluar dari kamarnya, sambil menggengam segelas air putih di tangan kirinya. 

     "Mama punya hadiah spesial buat kamu," ucap Amel sambil mengusap puncak kepala Braga dengan lembut. Braga menatap mata mamanya dalam-dalam, dari sekian orang yang ia temui malam ini hanya Mamanya yang tidak menanyakan kemana perginya malam ini.

  Justru mama satu-satunya orang yang menyambut kehadiran Braga dengan hangat dan memberikan kado untuknya. 

   "Hadiah spesial apa Ma?" tanya Braga sambil mencium telapak tangan Amel. Sebangor apapun Braga, ia tetap salim pada mamanya tiap kali pulang dari mana saja. 

 

   "Nanti kamu lihat sendiri ya, mama taruh di kamar kamu," ucap Amel tidak memberikan jawaban yang ingin di dengar oleh Braga. 

   "Braga langsung ke kamar ya Ma," pamit Braga. 

   "Ehm, Braga tunggu!" Amel membuat Braga menghentikan langkahnya menuju kamar. 

   Dengan gestur ragu-ragu, Braga paksakan untuk menoleh, karena dari nada mamanya ada sedikit rasa sesal yang menggelayut. 

   "Maaf, Mama sama Papa tidak bisa membantah ucapan Kakek, yang memutuskan Arkan dijodohkan dengan Dispha, disaat kita berdua juga tahu, bahwa kamu dan Dipsha saling menyukai," ucap Amel lirih. 

   "Nggak papa kok Ma, ini bukan salah Mama dan Papa, kalian berdua tidak perlu merasa sedih dan bersalah, Mama nggak perlu minta maaf juga." 

   "Lagi pula yang atur jodoh Braga itu Tuhan Ma, bukan Mama sama Papa, apalagi Kakek, jadi tenang saja!" ucap Braga menutup obrolan sambil berlalu menuju pintu kamar yang sudah setengah terbuka, karena tangannya sudah bergerak mendorong gagang pintu sejak tadi. 

   Braga merebahkan dirinya ke ranjang, matanya sekilas menatap bingkai kecil di nakas, bingkai polos berwarna biru elektrik tersebut, yang menampilkan tiga bocah cilik, yang lucu dan menggemaskan. 

   Arkan, Dipsha dan Braga, tengah tertawa lepas sambil memegang kemasan kinderjoy, yang mainannya telah mereka ambil sebelumnya. 

   Kini time flies so fast, semua berubah dan tak lagi sama, waktu telah mengubah semuanya, mengubah Arkan menjadi sosok dingin yang sangat pintar, Dipsha yang cantik dan suka bernyanyi dan menggilai drama Korea, dan dirinya menjadi seorang badboy dengan segala darah kotor yang mengandung keberanian meluap-luap. 

    Matanya terpejam, ingatannya terpaut saat dirinya menolong Dipsha dari serangan anjing galak yang lepas dari rantainya di kawasan privat resort mereka di sekitaran Puncak. 

   Sejak saat itu sikap Dipsha jadi berubah, yang semula sukanya bermain dengan Arkan meski sering dicuekin, jadi lebih suka bermain dengannya. 

   "Kakek lagi sakit Sha, gue hanya bisa hargai keputusan mereka buat jodohin lo sama Arkan, kalau gue lain-lain ntar gue takut Kakek bakalan tambah parah sakitnya." bisik Braga pada ruangan kamarnya yang begitu lenggang. 

   PIIP! 

   Suara lembut notifikasi hp Braga, ia merogoh benda pipih berlogo buah apel itu dari sakunya. 

  "Ga lo dimana? Gue tadi cariin lo." begitu bunyi pesan dengan nama kontak Dipsha itu. 

   "Gue main sama temen-temen, kenapa lo nyari gue?"

   "Lo rela ngebiarin gue dijodohin sama Arkan Ga, gue benci banget sama lo, lo ngerti nggak sih?! Gue sayangnya cuma sama lo!" tulis Dipsha panjang lebar. 

    "Apa yang bisa gue lakuin buat ngelawan kakek gue yang lagi sakit Sha?" balas Braga balik bertanya. 

   "Udah malem lo tidur ya." Braga buru-buru mengetik pesan lagi, sebelum Dipsha menelepon. 

   Braga mematikan hpnya karena ia tahu, Dipsha yang telah nyaman saat cahtting, maka tidak segan untuk menelpon, dan itu membuat mereka lupa waktu.Tidak apa-apa jika itu dulu, Braga akan dengan senang hati meladeninya meski harua video call sampai Dipsha ketiduran. Tapi saat ini jika hal itu terjadi, maka dia akan dicap sebagai orang ketiga diantara Arkan dan Dipsha. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status