Share

37. Benang Nasib

Ciuman keduaku bersama Aldrich kembali terjadi. Cepat. Tepat. Penuh rindu. Dia menumpahkan seluruh perasaannya di cumbuan itu dan aku tahu aku seharusnya memukul—atau mematahkan hidungnya saja seperti yang Xaferius pernah minta padaku. Namun, aku justru membiarkan pria itu menjamah bagian dari wajahku.

Barangkali, aksinya yang tiba-tiba sudah membuat otakku kehilangan fungsinya untuk merespons dan saat reaksi yang harus kutunjukkan hadir, suara kesiap spontan keluar dari mulutku. Kaki kananku refleks terangkat—bergerak menuju satu sasaran yang berada di tengah-tengah tubuhnya; selangkangan Aldrich. Aku menendang aset kebanggaannya sekeras yang kumampu hingga pria itu mengumpat, lantas melepaskan tautannya di bibirku.

Gotcha, you pea

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status