Share

44. Panik Lagi

Rafan terus melangkah lambat, melewati setiap koridor sekolah. Raut wajahnya mendadak masam, benar-benar dilanda badmood. Pertama, efek dari orang yang menguntitnya—tidak lain Aksa. Yang kedua, terusik karena ditatap oleh saudara si penguntit tadi—tidak lain adalah Asya.

Sampai di kelas, Rafan terdiam sejenak di ambang pintu. Alasannya? Bertemu dengan si penguntit tadi—Aksa. Teringat, kalau dirinya satu kelas. Jadi, akan bertemu terus! Lain halnya dengan Aksa, kembali melirik datar Rafan. Mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

Hah, menyebalkan sekali!

Rafan duduk diam, lambat laun menelungkupkan kepalanya di atas meja. Berharap sekolah cepat usai, tetapi hanya bisa pasrah. Sembari menunggu bel pelajaran terakhir berbunyi. Lagi-lagi ketenangannya terusik. Pasalnya, Aksa sejak tadi masih belum berhenti menatap ke arahnya.

Mau apa sih?

Rafan kesal, tetapi malas meladeni Aksa. Sempat terbesit ide,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status