Share

Bab 9 - Mobil Mewah Milik Opal

last update Huling Na-update: 2025-09-18 10:53:05

Fafa meninggalkan tempat mereka berdiri setelah mengambil tas-tas konyol itu, “Maunya apa sih dia?".

Atha hanya tersenyum simpul, sambil mengawasi Silvianita yang sedang berjalan menuju Opal.

“Kesel banget sama makhluk yang satu itu, udah Aku bela-belain packing, sampe Ibuku ikut-ikutan membantu. Tapi, lihat sekarang? Persiapan itu nggak berarti apa-apa!” Ome terlihat kesal.

Naga melirik Ocha, “Makanya jangan terlalu niat packing. Kayak gue dong, cuma bawa satu koper gede tapi isinya bener-bener sedikit.”

Ocha terlihat sedih,“Uh.. sebel..sebel.. Gue udah nyiapin dari kemarin siang! 5 koper! Bayangkan!”

Tiba-tiba Silvianita menghampiri, “Sudah selesai perdebatannya?”

Mereka berlima segera berdiri terpisah, setelah sebelumnya saling bergerombol.

Silvianita membuka kantong kecil berwarna putih, "Serahkan ponsel kalian sekarang juga!”

Mereka berlima segera merogoh saku celana jeans masing-masing dan mengambil ponsel, lalu dengan berat hati memasukkannya ke dalam kantong yang tengah dipegang Silvianita.

“Rossa Mochana?” sambil melirik saku celana Ocha yang satunya lagi.

“Tau aja Bu...” Ocha menjawab asal-asalan, lalu mengambil ponsel kedua miliknya dari dalam saku celananya, lalu dengan berat hati pula memasukkannya ke dalam kantong itu.

“Silahkan masuk ke mobil sekarang, nikmati perjalanan kalian!”

Silvianita melangkah pergi ke dalam sekolah sambil membawa kantong berisi ponsel kelima muridnya yang malang itu.

“Ponsel kami Bu..?”

“Kalian tidak memerlukan barang semacam ini di sana, ponsel kalian akan aman di tangan Saya. Selamat jalan! Semoga menyenangkan!”

Silvianita mempercepat langkahnya, lalu menghilang dari pandangan kelima remaja malang itu.

❖ ❖ ❖

Satu per satu dari mereka masuk ke dalam mobil mewah itu dengan lemas, hingga Ocha pun melupakan histerianya tentang mobil mewah yang satu itu. Sepertinya, ‘perampokan’ koper dan ponsel barusan membuat mereka kehilangan semangat untuk melakukan semua hal.

Misi Silvianita yang satu ini membuat mereka benar-benar merasa terpuruk ke dalam keadaaan yang paling buruk. Mereka juga sama-sama memikirkan apa maksud dari semua perlakuan yang mereka terima itu.

❖ ❖ ❖

Mobil itu mulai melaju, Opal tidak mengeluarkan secuil suarapun pada mereka hingga detik ini. Opal melirik ke spion tengah mobil dan mengamati wajah mereka berlima satu persatu. Ocha memonyong-monyongkan bibirnya dan terlihat menggumamkan sesuatu.

Fafa melihat ke arah luar mobil dengan wajah tak acuh, tak peduli dengan apapun seakan hidupnya akan tidak menyenangkan setelah ini. Ome menendang-nendang tas konyol yang tidak memiliki hal istimewa satupun itu.

Naga mengamati detil tas itu, Ia tak menemukan kancing atau resleting untuk membuka dan melihat sesuatu apapun yang ada di dalamnya.

“Tas macam apa ini? nggak ada resleting atau kancingnya sama sekali?” ujar Naga.

Sementara Atha hanya memandangi wajah keempat temannya sambil berusaha memahami keadaan yang menimpa mereka.

Opal tersenyum-senyum melihat tingkah mereka yang tengah dibuat frustasi.

❖ ❖ ❖

Perjalanan dimulai sudah lima belas menit yang lalu, Naga menguap lebar, porsi tidur semalam masih kurang dari yang biasanya Ia lakukan. Opal menekan salah satu tombol berwarna merah di bagian depan stir mobilnya.

Tiba-tiba terdengar suara bising khas mesin tetapi terdengar halus, dan itu sukses membuat Naga terlonjak kaget. Seketika, muncul suatu tangan besi yang memegang secangkir kopi hangat dari belakang kursi bagian depan. Naga takjub melihat kejadian di depan matanya, begitupun dengan yang lainnya,

“Bagaimana bisa?” Naga mengambil cangkir itu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Kejadian itu membuat Ocha kembali terperangah dengan pesona mobil mewah itu, Ia melupakan kejengkelannya perihal perampokan kopernya barusan. Ocha mulai semangat melihat-lihat detil bagian dalam mobil itu. Ia baru menyadari jika kursi tengah bagian mobil itu berupa sofa yang sangat nyaman dan panjang hingga mampu memuat lima orang. di depan sofa yang mereka duduki terdapat sofa yang warna, ukuran dan bentuknya sama persis dengan yang mereka duduki.

Ocha berdiri sambil memperhatikan bagian belakang mobil, Ia melihat sebuah pintu kecil, kemudian Ia memasuki pintu itu. Ternyata di dalamnya terdapat kamar mandi mini dan toilet yang elegan seperti kesan mobilnya. Ocha lagi-lagi terperangah melihat sisi belakang mobil itu lagi, terdapat suatu dapur kecil yang menyediakan makanan-makanan yang sudah siap saji.

Ocha kembali duduk dan menceritakan pada Fafa, Naga, Ome dan Atha tentang apa yang Ia lihat di bagian belakang mobil ini.

Ocha mendesis, “Ini menakjubkan!”

Fafa menemukan remote lalu menyalakan Flat Television  yang terletak diantara dua kursi bagian depan untuk mengusir rasa bosannya. Ia berulang kali menekan tombol-tombol di remote tersebut.

Agaknya, semua  fasilitas yang tak bisa di sebutkan satu per satu di dalam mobil ini membuat mereka mulai terlihat nyaman dan menikmati perjalanan itu. Opal tersenyum lega, Fafa melihat senyum itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 36 - Transformasi yang Sukses

    Mereka kembali ke Epidote dengan menggunakan Public Lazulite seperti saat mereka barangkat menuju Andalusite. Tetapi Public Lazulite kali ini sepi, tidak sepadat saat berangkat sore itu, rupanya orang-orang tua yang selalu menjadi langganan angkutan itu tak menyukai menggunakan Public Lazulite di malam hari. Mereka – para orang lanjut usia- itu mungkin saat itu sebagian besar sedang duduk di atas kursi malasnya, menonton televisi bersama cucu-cucu mereka atau bahkan sedang enak-enaknya beristirahat diatas kasur kamar tidur mereka yang empuk.Mereka bertujuh duduk di dua deretan kursi depan bagian Public Lazulite, Zinc terlihat mengantuk, Ia berkali-kali menguap.“Marca, Kau tahu sesuatu tentang figgy dan vivet de chloro?” tanya Fafa.Marca yang kala itu sibuk memakan snack kentangnya, menggeleng pelan, menandakan Ia tak mengerti apa yang Fafa tanyakan.Atha menambahkan, “Kami me

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 35 - Meracik Ramuan Bersama Beryl

    “Baiklah, sudah siap. Ada dua jenis ramuan yang akan kita buat untuk kali ini, masing-masing ramuan itu dibuat dalam lima botol. Ingat! Jangan sampai tercampur dengan bahan-bahan lainnya. Di meja yang sebelah sana, Aku, Naga dan Atha akan bekerja, dan di meja yang satunya Fafa, Ome dan Ocha mohon untuk bekerja sama dengan baik. Pembagian ini Aku lakukan untuk mengefisienkan waktu.” Nada bicara dan raut wajah Beryl berubah seketika, Ia tak lagi menampakkan wajah marahnya pada mereka berlima, justru tersenyum ramah kepada kelimanya.Enam orang itu dibagi menjadi dua tim kerja yang masing-masing melakukan project yang berbeda. Tim pertama terdiri dari Beryl, Atha dan Naga, mereka bertiga mengerjakan PHYSICAL Properties Formula, lalu team lainnya yang beranggotakan Ome, Fafa dan Ocha mengerjakan Capability of Properties Formula.Beryl memberitahu kepada mereka untuk selalu mengecek ke

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 34 - Laboratorium Unik Milik Beryl

    Beryl menyebut ruangan itu sebagai laboratorium pribadinya, laboratorium kebangganan lebih tepatnya. Namun kali ini Naga tak sepaham dengan Beryl, Naga lebih setuju ruangan itu disebut ruangan diskotik yang dipenuhi lampu yang berwarna-warni. Bola lampu yang dipasang berukuran sedang, tetapi efeknya sangat luar biasa, membuat seluruh ruangan itu dipenuhi kombinasi warna yang menurut Beryl sangat bagus, tetapi tidak di mata yang lainnya, terutama Naga.Beryl mengatakan, Ia selalu melakukan eksperimen formula dan ramuannya di dalam ruangan ini. Ia juga mengatakan bahwa mereka berlimalah satu-satunya orang-orang yang pertama kali diijinkan masuk ke ruangan itu dengan ‘sedikit terpaksa’ karena kondisi darurat. Sebelumnya, tak ada satu pun orang yang Beryl ijinkan masuk, walaupun itu Ibunya sendiri, Chrysoberyl. Beryl menyebut itu sebagai haknya, karena Ia memiliki privasi yang tidak boleh orang lain ketahui, terlebih jika hal itu berhubungan dengan pertaruhan karirnya di Kementer

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 33 - Chord

    Mereka berlima sudah kembali berada di dalam ruangan kerja Beryl saat itu, rupanya Atha masih belum iklas meninggalkan museum itu dengan sejuta tanda tanya besar yang berputar-putar di atas kepalanya. Begitupun dengan yang lainnya, hingga saat Beryl menyuruh mereka berlima duduk pun, tak ada satu pun yang menuruti instruksi Beryl karena masih memikirkan apa yang mereka temukan dalam museum keluarga Beryl itu.“Duduklah...” ucap BerylBegitu mereka berlima sudah duduk di atas kelima kursi yang di sediakan oleh Beryl, Zinc dan Marca berjalan keluar dari ruangan Beryl, lalu menutup pintu ruangan Beryl dari luar.“Baiklah, kalian sudah siap?” tanya Beryl.“Untuk apa?” Mereka berlima balik bertanya pada Beryl yang sedang membereskan beberapa lembar kertas di atas mejanya.“Ah... Aku lupa! Kalian masih belum tahu rupanya? Em... mungkin nanti saja Aku jelaskan.” jelas Beryl sambil memasukkan kertas-kertas ke dalam laci mejanya.“Lepaskan dulu jubah kalian.” ujar Beryl lalu berjalan menuju rua

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 32 - Museum Keluarga Beryl

    Museum kecil. Sungguh dua kata itu tak sesuai dengan apa yang terlihat oleh mata, bahkan Marca pun meralat perkataan yang baru saja Ia lontarkan, Ia terpesona oleh museum itu sama seperti kelima manusia dunia atas lainnya, terlihat jelas sekali Marca pun baru pertama kali mengunjungi museum itu.Museum itu sama sekali tidak kecil, memang hanya sebuah ruangan, tetapi ruangan yang sangat luas dengan hamparan karpet biru gelap yang sangat luas, disertai dengan ornamen-ornamen kristal berwarna biru dan interior yang didominasi warna biru pula.Bagian depan museum itu tergantung foto-foto dalam frame besar berwarna perak, foto-foto itu merupakan foto keluarga Beryl yang secara turun-temurun menjadi Tabib kerajaan. Satu hal lagi yang baru mereka berlima ketahui adalah selain secara turun-temurun berprofesi mejadi Tabib kerajaan, keluarga Beryl ternyata juga sekaligus menjadi menteri di Kementerian Medical Of Crystalville.Tentu saja merupakan suatu tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah,

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 31 - Beryl dan Chrysoberyl

    Mereka berlima hanya berjalan di belakang tanpa bersuara sedikitpun, sesekali terdengar suara batuk nenek tua itu dan suara snack kentang yang dikunyah Marca tanpa ampun.“Silahkan masuk!” ujar petugas itu setelah membuka pintu besar.Mereka berdelapan pun masuk ke dalam ruangan itu, nampak seorang laki-laki berkacamata bulat seperti kacamata Kakek Marca, berumur sekitar enam puluh tahun tengah duduk di kursinya sambil mencatat sesuatu. Petugas itu kembali menutup pintu dari luar dan pergi meninggalkan ruangan Beryl dengan segera.“Selamat sore Beryl, lama sekali tak berjumpa denganmu.” sapa Zinc sambil menjabat tangan Beryl.“Zinc Vesuvian, senang berjumpa denganmu lagi, silahkan duduk.” Beryl melepas kacamata bundarnya lalu berdiri menyambut Zinc dengan rombongannya. Tubuh Beryl pendek dan agak membungkuk, Ia memakai topi berbentuk kerucut berwarna biru dan kostum serba biru pula.Beryl mengamati satu per satu dari rombongan yang Zinc bawa, pandangannya tertuju pada seseorang yang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status