Share

Bab 8 - Tas Konyol dari Silvianita

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-18 10:44:10

Sementara Opal memanaskan mobil mewahnya, Silvianita tampak sedang menghubungi seseorang melalui ponselnya, pembicaraanya terdengar serius dari ekspresi dan kata-kata yang dilontarkan Silvianita.

Sinar mentari pagi itu menjadi lebih terik, sementara mereka berlima masih berdiri dengan polosnya. Keringat mulai membasahi dahi mereka, keadaan cukup sulit membuat mereka tak berani meminta ijin untuk duduk hanya sejenak. Silvianita masih sibuk dengan seseorang yang sedang ditelponnya.

“Kalian boleh duduk di bangku sebelah sana.” ujar Silvianita tanpa melirik sedikit pun.

Tanpa meng-iya-kan perintah Silvianita, mereka segera berlarian menuju bangku untuk duduk. Dalam kondisi seperti ini,  Ocha masih saja memikirkan mobil mewah yang ada dihadapannya, Ia juga dengan senang hati berceloteh tak penting pada Atha. Atha hanya manggut-manggut saja, Ia mulai paham dengan sifat temannya yang satu itu. Ocha adalah seseorang yang selalu ingin didengar jika Ia berbicara. Lain ceritanya jika orang lain yang berbicara, Ocha justru malas untuk mendengarkan karena menurutnya tidak ada seorangpun yang terdengar menarik ketika berbicara melainkan dirinya sendiri.

❖ ❖ ❖

Beberapa saat kemudian, datang seorang lagi. Kali ini pria paruh baya berumur sekitar 48 tahun, pria ini tidak mengambil perhatian yang cukup besar dari mereka berlima seperti ketika Opal datang. Tentu saja karena pria itu tidak menampakkan keanehan seperti yang dijumpai pada kemunculan Opal pagi itu.

Pria itu menghampiri Silvianita dengan tergesa-gesa, mobilnya terparkir tepat di depan pintu gerbang bersebelahan dengan mobil Opal yang mewah dan elegan. Pria itu terdengar sedang meminta maaf, lalu memberikan penjelasan tentang sesuatu dengan wajah yang menggambarkan penyesalan.

Diam-diam Atha memperhatikan pria itu, seperti tak asing dengan wajah itu. Ia bahkan sering melihat pria itu mengantarkan Silvianita ke sekolah.

“Itu Sopir pribadi Bu Silvinita, Aku sering melihatnya.”

Atha sedang memikirkan sesuatu, ‘Mengapa bukan sopir itu yang ditunjuk Silvianita untuk mengantarkan kami ke tempat yang akan kami kunjungi itu?’

Setelah memberikan penjelasan yang tidak terlalu terdengar dengan baik oleh mereka itu, si pria berlari ke arah mobil lalu mengambil sesuatu di bagasi mobil bagian belakang, Ia terlihat sangat terburu-buru. Kemudian Ia berlari lagi menghampiri Silvianita untuk menyerahkan lima tas ransel berbentuk persegi berwarna abu-abu yang terbuat bahan yang terlihat kaku. Usai menyerahkan kelima tas  tersebut, pria itu kembali masuk ke dalam mobilnya dan melarikan mobilnya dari gerbang SMA Bakti Jaya.

“Kalian, kesini!” teriak Silvianita

Mereka berlima segera berdiri di tempat yang sama seperti 10 menit yang lalu, Ia melemparkan kelima tas itu di hadapan mereka berlima.

“Apa saja yang kalian bawa untuk menjalani satu minggu hukuman spesial dariku ini?” Silvianita memandangi wajah mereka satu per satu.

Mereka berlima kemudian mengambil barang bawaan masing-masing dan meletakkannya di sebelah kiri masing-masing tempat mereka berdiri barusan.

Silvianita tertawa mengejek, ”Ini yang akan kalian bawa? Semua ini?”

“Iya Bu,” jawab mereka berlima bersamaan.

“Letakkan barang-barang bawaan kalian di dalam ruangan Saya, dan kembali kesini dalam waktu 120 detik!” tegas Silvianita.

❖ ❖ ❖

Mereka segera melakukan instruksi tersebut sambil memikirkan apa maksud dari semua itu. Diantara mereka berlima, Ocha-lah yang paling kewalahan karena membawa koper paling banyak. Ia pun akhirnya meminta Naga dan Ome membantu membawakan kopernya ke ruangan Silvianita.

Mereka berlima sudah berdiri di tempat semula, tentu dengan keadaan yang berbeda, kali ini nafas mereka terdengar terburu karena berlarian dalam waktu yang yang ditentukan.

“Ambil ini. Tas inilah yang akan menjadi bekal kalian selama perjalanan dan selama kalian berada di sana.”

Mereka berlima ternganga, begitu mendengar perkataan Silviania barusan. Satu per satu dari mereka meraih tas kecil itu dengan pandangan lemas tak percaya, tapi mereka tak mampu melawan keputusan apapun yang diberikan Silvianita.

Silvianita terlihat sangat puas dengan apa yang baru saja Ia lakukan pada kelima muridnya itu, tergambar dari wajahnya yang memasang senyum sangat lebar, lebar dan lebar.

“Bodoh sekali membawa barang-barang tidak penting seperti yang kalian persiapkan barusan. Ingat! Ini bukan acara piknik ataupun liburan untuk kalian bersenang-senang, ini hukuman! Kalian harus ingat itu!”

Ocha terlihat paling kecewa, Ia sudah mempersiapkan semuanya matang-matang, membawa lima koper berisi segala macam kebutuhan dan pakaiannya selama satu minggu. Pikirannya sudah melayang kemana-mana, membayangkan Ia hidup tanpa lotion dan krim wajah seharga jutaan rupiah itu selama satu minggu, tanpa baju-baju kesayangannya, bahkan hal terburuk Ia harus mandi di sungai atau tidak akan pernah mandi sama sekali.

Sama halnya dengan Ocha, keempat murid yang lain juga menampakkan kekecewaanya dengan memandangi, membolak-balik dan mengamati tas yang diberikan pada mereka itu. Hanya tas biasa yang sangat ringan dan nyaris tak berat sama sekali, menandakan tas itu kosong.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 36 - Transformasi yang Sukses

    Mereka kembali ke Epidote dengan menggunakan Public Lazulite seperti saat mereka barangkat menuju Andalusite. Tetapi Public Lazulite kali ini sepi, tidak sepadat saat berangkat sore itu, rupanya orang-orang tua yang selalu menjadi langganan angkutan itu tak menyukai menggunakan Public Lazulite di malam hari. Mereka – para orang lanjut usia- itu mungkin saat itu sebagian besar sedang duduk di atas kursi malasnya, menonton televisi bersama cucu-cucu mereka atau bahkan sedang enak-enaknya beristirahat diatas kasur kamar tidur mereka yang empuk.Mereka bertujuh duduk di dua deretan kursi depan bagian Public Lazulite, Zinc terlihat mengantuk, Ia berkali-kali menguap.“Marca, Kau tahu sesuatu tentang figgy dan vivet de chloro?” tanya Fafa.Marca yang kala itu sibuk memakan snack kentangnya, menggeleng pelan, menandakan Ia tak mengerti apa yang Fafa tanyakan.Atha menambahkan, “Kami me

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 35 - Meracik Ramuan Bersama Beryl

    “Baiklah, sudah siap. Ada dua jenis ramuan yang akan kita buat untuk kali ini, masing-masing ramuan itu dibuat dalam lima botol. Ingat! Jangan sampai tercampur dengan bahan-bahan lainnya. Di meja yang sebelah sana, Aku, Naga dan Atha akan bekerja, dan di meja yang satunya Fafa, Ome dan Ocha mohon untuk bekerja sama dengan baik. Pembagian ini Aku lakukan untuk mengefisienkan waktu.” Nada bicara dan raut wajah Beryl berubah seketika, Ia tak lagi menampakkan wajah marahnya pada mereka berlima, justru tersenyum ramah kepada kelimanya.Enam orang itu dibagi menjadi dua tim kerja yang masing-masing melakukan project yang berbeda. Tim pertama terdiri dari Beryl, Atha dan Naga, mereka bertiga mengerjakan PHYSICAL Properties Formula, lalu team lainnya yang beranggotakan Ome, Fafa dan Ocha mengerjakan Capability of Properties Formula.Beryl memberitahu kepada mereka untuk selalu mengecek ke

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 34 - Laboratorium Unik Milik Beryl

    Beryl menyebut ruangan itu sebagai laboratorium pribadinya, laboratorium kebangganan lebih tepatnya. Namun kali ini Naga tak sepaham dengan Beryl, Naga lebih setuju ruangan itu disebut ruangan diskotik yang dipenuhi lampu yang berwarna-warni. Bola lampu yang dipasang berukuran sedang, tetapi efeknya sangat luar biasa, membuat seluruh ruangan itu dipenuhi kombinasi warna yang menurut Beryl sangat bagus, tetapi tidak di mata yang lainnya, terutama Naga.Beryl mengatakan, Ia selalu melakukan eksperimen formula dan ramuannya di dalam ruangan ini. Ia juga mengatakan bahwa mereka berlimalah satu-satunya orang-orang yang pertama kali diijinkan masuk ke ruangan itu dengan ‘sedikit terpaksa’ karena kondisi darurat. Sebelumnya, tak ada satu pun orang yang Beryl ijinkan masuk, walaupun itu Ibunya sendiri, Chrysoberyl. Beryl menyebut itu sebagai haknya, karena Ia memiliki privasi yang tidak boleh orang lain ketahui, terlebih jika hal itu berhubungan dengan pertaruhan karirnya di Kementer

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 33 - Chord

    Mereka berlima sudah kembali berada di dalam ruangan kerja Beryl saat itu, rupanya Atha masih belum iklas meninggalkan museum itu dengan sejuta tanda tanya besar yang berputar-putar di atas kepalanya. Begitupun dengan yang lainnya, hingga saat Beryl menyuruh mereka berlima duduk pun, tak ada satu pun yang menuruti instruksi Beryl karena masih memikirkan apa yang mereka temukan dalam museum keluarga Beryl itu.“Duduklah...” ucap BerylBegitu mereka berlima sudah duduk di atas kelima kursi yang di sediakan oleh Beryl, Zinc dan Marca berjalan keluar dari ruangan Beryl, lalu menutup pintu ruangan Beryl dari luar.“Baiklah, kalian sudah siap?” tanya Beryl.“Untuk apa?” Mereka berlima balik bertanya pada Beryl yang sedang membereskan beberapa lembar kertas di atas mejanya.“Ah... Aku lupa! Kalian masih belum tahu rupanya? Em... mungkin nanti saja Aku jelaskan.” jelas Beryl sambil memasukkan kertas-kertas ke dalam laci mejanya.“Lepaskan dulu jubah kalian.” ujar Beryl lalu berjalan menuju rua

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 32 - Museum Keluarga Beryl

    Museum kecil. Sungguh dua kata itu tak sesuai dengan apa yang terlihat oleh mata, bahkan Marca pun meralat perkataan yang baru saja Ia lontarkan, Ia terpesona oleh museum itu sama seperti kelima manusia dunia atas lainnya, terlihat jelas sekali Marca pun baru pertama kali mengunjungi museum itu.Museum itu sama sekali tidak kecil, memang hanya sebuah ruangan, tetapi ruangan yang sangat luas dengan hamparan karpet biru gelap yang sangat luas, disertai dengan ornamen-ornamen kristal berwarna biru dan interior yang didominasi warna biru pula.Bagian depan museum itu tergantung foto-foto dalam frame besar berwarna perak, foto-foto itu merupakan foto keluarga Beryl yang secara turun-temurun menjadi Tabib kerajaan. Satu hal lagi yang baru mereka berlima ketahui adalah selain secara turun-temurun berprofesi mejadi Tabib kerajaan, keluarga Beryl ternyata juga sekaligus menjadi menteri di Kementerian Medical Of Crystalville.Tentu saja merupakan suatu tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah,

  • Crystalville : Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Bab 31 - Beryl dan Chrysoberyl

    Mereka berlima hanya berjalan di belakang tanpa bersuara sedikitpun, sesekali terdengar suara batuk nenek tua itu dan suara snack kentang yang dikunyah Marca tanpa ampun.“Silahkan masuk!” ujar petugas itu setelah membuka pintu besar.Mereka berdelapan pun masuk ke dalam ruangan itu, nampak seorang laki-laki berkacamata bulat seperti kacamata Kakek Marca, berumur sekitar enam puluh tahun tengah duduk di kursinya sambil mencatat sesuatu. Petugas itu kembali menutup pintu dari luar dan pergi meninggalkan ruangan Beryl dengan segera.“Selamat sore Beryl, lama sekali tak berjumpa denganmu.” sapa Zinc sambil menjabat tangan Beryl.“Zinc Vesuvian, senang berjumpa denganmu lagi, silahkan duduk.” Beryl melepas kacamata bundarnya lalu berdiri menyambut Zinc dengan rombongannya. Tubuh Beryl pendek dan agak membungkuk, Ia memakai topi berbentuk kerucut berwarna biru dan kostum serba biru pula.Beryl mengamati satu per satu dari rombongan yang Zinc bawa, pandangannya tertuju pada seseorang yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status