Home / Romansa / Cutie Bodyguard / Bab 02 - Darurat

Share

Bab 02 - Darurat

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-04-16 11:21:16

02 

Malam itu, kelima orang di dalam gubuk, duduk menghadap perapian kecil model kuno, yang berada di sudut kanan ruangan. 

Naysila membagikan roti dengan adil. Dia menyimpan tiga bungkus lagi, sebagai bekal mereka esok hari. Sebab belum kenyang, Naysila meneguk teh yang diseduh dengan salju, untuk menghangatkan perutnya. 

Naysila mendengarkan percakapan antara Yusuf dan Zijl. Dia membatin jika kedua pria itu ternyata tengah mengatur rencana untuk menjaganya. 

Kendatipun Hao Dustin dan Tian Everett cukup baik, tetapi Yusuf dan Zijl tetap harus waspada. Apalagi di sana Naysila merupakan perempuan satu-satunya, dan harus diawasi semaksimal mungkin. 

Malam kian larut. Naysila berpindah ke kamar yang telah dibersihkan seadanya. Gadis berambut panjang merapatkan jaket, sedangkan kakinya ditutupi handuk.

Naysila meraba dahinya yang panas. Dia mengeluh dalam hati, karena merasa yakin jika dirinya sebentar lagi akan demam. Naysila mengusap pundak dan lengan kirinya yang sakit. Walaupun sudah mengonsumsi obat pereda nyeri, tetapi tetap berdenyut. 

Naysila menduga jika lengannya terkilir akibat hantaman saat kecelakaan tadi. Gadis berbibir penuh, hanya bisa berdoa, semoga esok hari dia bisa bertemu tim penyelamat. 

Puluhan menit terlewati. Yusuf yang tengah berjaga, bangkit berdiri dan jalan ke belakang. Dia membuka pintu, lalu melongok keluar. 

Setelah yakin tidak ada binatang di sekitar, Yusuf menuruni undakan dan berpindah ke ujung kanan. Dia menuntaskan panggilan alam sambil memerhatikan sekeliling. 

Sepasang sinar kuning di kejauhan menjadikan Yusuf waspada. Seusai membersihkan diri dengan air dari botol kecil, Yusuf segera jalan menaiki tangga. 

Sebelum menutup pintu, Yusuf kembali memandangi sepasang sinar itu. Sebab bergeraknya bersamaan dan tidak terpecah, Yusuf yakin bila itu adalah hewan. 

Seusai menutup dan memasang palang pintu belakang, Yusuf bergeser ke kamar yang ditempati Naysila. Dia tertegun ketika mendengar gumaman gadis itu, lalu Yusuf menyambangi Naysila. 

Pria berjas panjang hitam, terkesiap ketika menyaksikan Naysila yang tengah menggigil. Yusuf bergegas ke ruang depan untuk mengambil sebungkus roti dan cangkir seng kecil berisi teh hangat. 

Yusuf kembali ke kamar dan membangunkan Naysila. Dia membantu gadis tersebut untuk duduk, kemudian meminta Naysila makan. 

"Itu buat bekal kita besok, Bang," cicit Naysila sembari menggigil. 

"Makan, Nay. Besok, urusan besok!" tegas Yusuf sembari membuka bungkus roti. 

"Tapi ...." 

"Makan!" Yusuf memotong roti menjadi dua, lalu memberikan separuhnya pada Naysila. "Habis makan, minum obat lagi," lanjutnya sembari merapikan bungkus roti. 

"Obatnya habis." 

"Pakai punyaku." 

"Aku nggak mau obat bebas. Harus sesuai resep dokter." 

Yusuf mendengkus pelan. "Ini darurat." 

"Bang, aku punya maag." 

"Kan, sudah diisi roti. Cukuplah buat ganjal perut." 

Naysila hendak membantah, tetapi Yusuf telah memelototinya dan menjadikan nyali sang gadis menciut. 

Naysila menghabiskan roti dengan cepat, lalu menadahkan tangannya. "Mana, obatnya?" tanyanya. 

Yusuf merogoh saku dalam jas panjang, dan meraih kemasan obat yang selalu dibawanya ke mana-mana. Seusai memberikan sebutir obat pada Naysila, Yusuf mengulurkan cangkir. 

"Aku keluar. Kamu tidur, Nay," cakap Yusuf yang dibalas anggukan gadis itu. 

Detik terjalin menjadi menit dan terus berputar mengganti jam. Yusuf kembali mengecek kondisi Naysila yang ternyata masih menggigil. 

Yusuf memberanikan diri untuk meraba dahi gadis tersebut. Dia terkejut, karena demam Naysila ternyata tinggi. 

"Gimana ini?" gumam Yusuf sembari menggaruk-garuk kepalanya. 

"Mama," bisik Naysila, sebelum dia terisak-isak. 

"Nay, aduh! Jangan nangis," bujuk Tusuf. 

Naysila tidak menyahut dan meneruskan tangisannnya. Perempuan bermata besar itu benar-benar merindukan mamanya, yang akan sigap merawatnya bila tengah sakit. 

Yusuf berpikir sesaat, kemudian dia bergeser ke belakang Naysila yang tengah miring ke kanan. Yusuf mencari-cari saputangan handuk di saku jas, lalu dia mengusap pelan wajah Naysila yang basah. 

Menuruti intuisi, Yusuf membelai rambut Naysila. Dia teringat saat kecil dulu, Yusuf akan membelai rambut Malya Arsyana, bila Adik bungsunya itu tengah menangis. 

Naysila tertegun. Dia tidak menyangka bila Yusuf akan membelainya dengan lembut, dan itu terasa nyaman. Tangisan Naysila berhenti. Dia menyedot cairan hidung, sembari menenangkan diri. 

Perlahan sukma Naysila melayang, hingga dia akhirnya tertidur. Yusuf menghela napas lega, karena telah berhasil menenangkan Nona muda keluarga Dewawarman tersebut. 

Yusuf mengembangkan kedua tangannya, lalu menggeliat sembari menguap. Rasa kantuk yang menggelayuti mata, coba ditahan Yusuf. Namun, akhirnya dia menyerah dan bergeser ke dekat pintu yang terbuka lebar. 

Yusuf berbaring miring ke kanan. Dia tidak berani meninggalkan Naysila, karena khawatir bila gadis itu akan kembali menangis. 

Yusuf memejamkan mata sembari mengatur napasnya. Sebab sangat lelah dan mengantuk, pria berbibir tipis itu akhirnya terlelap. 

Suara Naysila menyebabkan Yusuf terbangun. Dia menajamkan pendengaran, sebelum akhirnya sadar jika Naysila kembali menggigil sambil mengigau. 

Yusuf bangkit duduk, kemudian beringsut mendekati Naysila. Dia memegangi dahi perempuan tersebut yang ternyata masih sama panasnya seperti tadi. 

Yusuf memaksa otaknya berpikir cepat. Meskipun ragu-ragu, tetapi akhirnya dia melaksanakan ilmu yang pernah dipelajarinya dulu. 

"Nay, maaf. Aku harus melakukan ini," tutur Yusuf sambil mengangkat kaus lengan panjangnya.

Yusuf berbaring miring di belakang Naysila. Dia menyingkap jaket dan blouse gadis itu, lalu Yusuf menempelkan dadanya ke punggung Naysila. 

"Nay, sekali lagi aku minta maaf. Tapi, cuma ini satu-satunya cara, supaya kamu nggak menggigil lagi," tukas Yusuf sambil memindahkan tangan kiri ke pinggangnya. 

Yusuf tidak memeluk Naysila, karena khawatir gadis itu akan kian marah. Panas badan Naysila membuat tubuh Yusuf menghangat. Dia berusaha untuk tidak tidur, tetapi akhirnya sang pengawal itu kalah dan kembali terlelap. 

*** 

Sinar matahari pagi menerpa mata Naysila dan menyebabkannya terbangun. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan mata, sembari mengumpulkan nyawanya yang masih berada di awang-awang. 

Naysila meringis ketika tidak bisa menggerakkan lengan kirinya. Badan yang pegal-pegal menjadikannya kesulitan untuk memutar tubuh.

Naysila tertegun kala melihat Yusuf ada di samping kirinya. Perempuan tersebut mengerutkan dahi, karena bingung, bagaimana caranya Yusuf bisa ada di sana. 

Baju lelaki itu yang terbuka di bagian dada, membuat Naysila tertegun. Tanpa sadar dia meraba pakaiannya, sebelum terdiam.

Naysila mengernyitkan dahi saat menyadari bila bagian kain di bagian punggungnya tersibak. Dia bangkit duduk sambil merapikan bajunya, lalu membangunkan Yusuf dengan mengguncangkan lengan kiri pria itu. 

"Bang, kok, tidur di sini?" tanya Naysila, sesaat setelah Yusuf membuka matanya. 

Pria tersebut tidak langsung menjawab, karena dia tengah mengingat-ingat kejadian kemarin malam. 

"Aku masuk ke sini untuk ngecek kondisimu. Ternyata kamu menggigil lagi, sambil ngigau," terang Yusuf. 

"Terus?" desak Naysila. 

"Aku sempat bingung, sebelum akhirnya melakukan tindakan darurat." 

"Maksudnya?" 

"Skin to skin, Nay. Itu salah satu cara buat menenangkanmu yang sedang menggigil." 

Naysila membeliakkan mata. "Aku nggak percaya!" desisnya. "Bisa jadi ini cuma alasan Abang buat nyentuh badanku!" geramnya. 

Yusuf bangkit duduk hingga berhadapan dengan perempuan yang masih memelototinya. "Aku nggak ada niat begitu, Nay. Itu cuma karena darurat aja." 

"Ngaku aja udah! Abang pasti mau bertindak lebih lanjut kalau aku nanggapin!" 

"Enggak gitu konsepnya. Niatku benar-benar cuma nolong kamu." 

"Abang bisa nolong aku dengan mengompres. Nggak perlu buka bajuku!" 

Yusuf terhenyak. "Nay, sku memang salah dan aku minta maaf. Tapi, aku benar-benar nggak berniat buat bertindak nggak senonoh. Kamu harus paham. Ini darurat!" 

Satu tamparan keras menyebabkan pipi kiri Yusuf memanas. Dia spontan memegangi pipi sembari memelototi Naysila. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
waduh waduh sabar suf sabar jangan ikutan esmosi ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cutie Bodyguard    Bab 83

    83Ratusan orang berkumpul di ruang tunggu khusus pesawat pribadi dan carteran, di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Mereka berkumpul sesuai tujuan masing-masing. Tim Australia yang mengenakan baju putih, berangkat terlebih dahulu menggunakan pesawat milik Timothy Arvhasatys. Disusul tim Kanada. Pasukan pimpinan Aditya yang kompak menggunakan baju hitam, menaiki pesawat carteran berukuran besar. Sebab mengangkut banyak pengawal muda yang hendak dinas di sana. Selanjutnya, tim Eropa yang menumpangi pesawat pribadi milik keluarga Baltissen, dan satu pesawat carteran. Seperti halnya rombongan Kanada, pesawat carteran juga mengangkut banyak pengawal muda angkatan terbaru, yang akan menggantikan posisi senior mereka. Rombongan China yang dipimpin Nawang, menjadi penumpang terakhir yang meninggalkan bandara. Mereka berduyun-duyun menaiki pesawat carteran berukuran cukup besar. Supaya bisa menampung semua orang yang jumlahnya banyak. Yusuf memastikan semua barang bawaan masuk

  • Cutie Bodyguard    1Bab 82

    82Pesawat mendarat dengan mulus di bandara Yokohama. Setelah terparkir sempurna, petugas membukakan pintu dan menurunkan tangga. Semua penumpang melepaskan sabuk pengaman. Lyon menyalami Tanaka Hideyoshi dan asistennya, kemudian Lyon berbalik dan keluar dari pesawat. Tanaka Hideyoshi turut menuruni tangga bersama asisten dan semua kru pesawat. Mereka bersalaman, lalu Hideyoshi dan tim-nya menaiki mobil sedan mewah yang telah menunggu sejak tadi. Kelompok Lyon memasuki ruang tunggu kecil yang tampak lengang. Hanya ada beberapa orang yang berada di sana, termasuk asisten Lyon, yakni Jemmy. Lyon hendak mendatangi sang asisten. Namun, beberapa orang menghadangnya. Pria terdepan membuka masker yang dikenakan, lalu dia menunjukkan kartu identitas. "Kami interpol. Anda ditangkap atas tuduhan berlapis," tukas pria beralis tebal dengan bahasa Inggris berlogat aneh. Lyon hendak menyanggah, tetapi beberapa orang lainnya telah menodongkan senapan laras pendek ke arahnya, dan anak buahnya.

  • Cutie Bodyguard    Bab 81

    81Malam beranjak larut. Suasana di kediaman Gamal Dewawarman telah sepi. Semua penghuni sudah berpindah ke kamar masing-masing guna beristirahat, sejak satu jam silam. Naysila keluar dari kamar mandi sembari merapikan jepitan rambut. Dia berhenti di depan meja rias untuk mengecek kebersihan wajah. Yusuf yang tengah duduk menyandar ke tumpukan bantal, mengamati Naysila sembari membatin, jika perempuan itu sepertinya sengaja berlama-lama di depan cermin.Yusuf mengangkat alis, ketika Naysila berbalik dan menjauh. "Mau ke mana?" tanyanya. "Matiin lampu," jawab Naysila. "Enggak usah. Nanti aja." "Aku nggak bisa tidur kalau terang, Bang." "Tidur?" "Hu um." Yusuf melengos. "Aku sudah nungguin kamu dari tadi, tapi kamu malah pengen tidur." Naysila menggigit bibir bawah. Dia memahami maksud Yusuf. Namun, Naysila masih ngeri untuk berdekatan dengan lelaki berkaus putih. Yusuf menyalakan lampu kecil di sisi kanan dan kiri kasur. "Oke, sekarang lampunya boleh dimatikan," ujarnya. Nay

  • Cutie Bodyguard    Bab 80

    80Seorang pria berpakaian ala pendekar zaman dulu, hadir dari pintu kanan panggung dengan diiringi lagu khas Sunda. Dia berhenti di tengah-tengah panggung, lalu berbalik menghadap panggung kecil. Lelaki berbaju merah itu, mengambil kedua kipas dari dalam pakaian, lalu mengembangkannya di masing-masing tangan. Yìchèn yang berdiri di panggung kecil, meniup serulingnya untuk mengiringi gerakan silat Hendri, yang dipadukan dengan jurus halus olah napas Margaluyu. Yìchèn bergegas turun dan mendampingi Hendri. Yìchèn mengeluarkan dua kipas, lalu dia berpose bak pendekar China, sambil mengembangkan kedua benda di tangannya.Musik berganti dengan genderang perang. Hendri dan Yìchèn berlakon bertarung. Keduanya mengeluarkan jurus olah napas masing-masing, sembari berganti posisi. "Haiyya! Lu olang, ngalangin jalan owe!" seru Wirya yang datang dari pintu kiri panggung, sambil menuntun sepeda ontelnya. "Engkoh lewat sana aja," balas Hendri yang terpaksa berhenti bertarung. "Ooo, tidak bi

  • Cutie Bodyguard    Bab 79

    79Ruangan luas yang dihias dengan indah, siang itu tampak banyak orang. Mereka menduduki kursu-kursi di sekitar meja bundar, sesuai dengan kategori tamu. Tatapan hadirin mengarah pada tepi kanan panggung, di mana Fikri dan Rinjani tengah bertugas sebagai MC. Pasangan tersebut menyapa hadirin dengan salam, kemudian menyebutkan semua nama tamu penting, yang menempati ruang VIP 1, 2 dan 3. Sekian menit berlalu, seluruh lampu dipadamkan. Beberapa lampu sorot mengarah ke pintu utama. Lagu rock menghentak terdengar dari pengeras suara. Pintu terbuka dan Yusuf maju beberapa langkah, lalu dia salto berulang kali. Hadirin berseru ketika pengantin laki-laki tersebut berhenti di tengah-tengah area. Yusuf menyambar tongkat gemerincing yang dilemparkan rekannya, kemudian dia menaiki tangga hingga tiba di panggung. Kesembilan tim lapis tiga lainnya muncul dari sisi kanan dan kiri panggung. Mereka membentuk formasi di belakang Yusuf yang tengah berpose bak pendekar. Suitan Nanang menjadi kode.

  • Cutie Bodyguard    Bab 78

    78*Grup Konvoi Pengantar Pengantin* Haryono : Ladies and guys, piye kabare? Darma : Alhamdulillah. Pangestu, @Haryono.Bambang : Apik, @Yono. Hans : Aku lapar. Di mobil nggak ada stok kue. Fuad : Suruh sopirnya menepi dulu, kukasih bagianmu. Seunit mobil MPV putih menepi. Ilyas yang menjadi sopir, membuka kaca untuk mengambil kotak kue yang diberikan Fuad dari mobil sebelah. Setelah mobil Fuad melaju, Ilyas mengekori sambil mengunyah kue yang diulurkan Hans Daus : Mobil nomor 9, mohon izin belok kiri. Penumpangnya kebelet. Jaiz : Siapa yang kebelet? @Daus. Daus : Jingga. Dia nyaris ngompol, karena dicandain sopir gelo. Syuja. Nasir : Syuja tambah usil sekarang. Kalau dia muncul di kantorku, para karyawati dikerjain.Rusli : Kata Yoga, Syuja stres. Kebelet nikah. Ridwan : Dia dilewat 2 Adik sepupunya yang laki-laki, dan 4 yang perempuan. Jadinya, gitu. Yusri : Kayaknya para pengawal kita, banyak yang bujang lapuk. Aswin : Mereka seleranya tinggi. Sulit dapat calon istri.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status