Home / Romansa / Cutie Bodyguard / Bab p1 - Helikopter Jatuh

Share

Cutie Bodyguard
Cutie Bodyguard
Author: Olivia Yoyet

Bab p1 - Helikopter Jatuh

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-04-16 11:20:43

01

"Merunduk!" seru Yusuf Haridra Bhranta, sambil merunduk dan menutupi kepala dengan kedua tangannya. 

"Argh!" pekik Naysila Valerie Dewawarman, saat badannya berguncang akibat hempasan kuat. 

Helikopter berputar-putar tidak terkendali, sebelum akhirnya terjatuh dalam posisi miring ke kiri. Baling-baling patah dan berhamburan menghantam apa pun yang berada di sekitar lokasi. 

Pekikan kelima orang di dalam helikopter, bergema di hutan yang sepi. Butiran salju yang turun deras, menjadikan area kanan helikopter seketika tertutup.

Yusuf meringis ketika mengangkat tangan kanannya yang terkena pecahan kaca. Meskipun terhalang baju lengan panjang dan jas tebal, pecahan kaca tetap menembus dan melukai pundak hingga lengannya.

Yusuf melepaskan sabuk pengaman. Lalu, dia mencoba membuka pintu, tetapi tidak bisa. Yusuf menendangi kaca yang bolong untuk memperbesar lubang, kemudian dia berusaha keluar dengan tergesa-gesa. 

Asap dari bagian belakang helikopter, menjadikan Yusuf harus bertindak cepat. Dia berpindah ke pintu pilot, lalu berteriak agar Hao Dustin membuka kuncinya. Namun, ternyata pintu tetap terkunci. 

Yusuf membuka ikat pinggangnya, dan mengulurkan benda itu ke lubang yang tadi dibuatnya. 

"Nay, pegang sabuknya!" titah Yusuf. 

Naysila mengerjakan permintaan pengawal PBK lapis tiga yang berdiri di luar. Naysila mendesis kala tangan kirinya sulit digerakkan. 

"Bang, susah. Tanganku sakit," rengek Naysila. 

Yusuf terdiam sejenak, kemudian dia melongok ke jendela. "Zil, kamu dorong Naysila," ungkapnya. 

"Tanganku kayaknya keseleo, Bang. Sakit juga," jawab Zijl Narthana, anggota tim 7 PC. 

"Dorong pakai bahu. Aku tarik. Pintunya nggak bisa dibuka dan kalian harus segera keluar," papar Yusuf. 

Zijl menggeser badan hingga bisa mendorong Naysila menggunakan bahu dan lengannya. Mengabaikan rasa sakit, Zijl terus berusaha hingga Naysila bisa menggapai jendela. 

Yusuf menarik tangan kanan Naysila. Kemudian dia memindahkan kedua tangannya ke ketiak sang nona, supaya bisa mengeluarkan Naysila dan menyeretnya menjauh beberapa meter. 

Yusuf kembali ke helikopter untuk membantu Zijl keluar. Kemudian mereka bekerjasama menarik Hao Dustin, dari kaca jendela yang berhasil dibuka sang pilot. 

"Everett pingsan," tukas Hao Dustin. "Aku mau coba menariknya," lanjutnya sembari berbalik dan menarik tali yang tadi diikatkannya ke kopilot. 

Ketiga pria tersebut berusaha keras menarik Tian Everett. Setelah kopilot keluar, Hao Dustin menggotongnya di punggung dan bergegas menyambangi Naysila, yang telah berpindah ke bawah pohon besar. 

Yusuf masuk lagi ke dalam untuk mengambil barang bawaan mereka. Yusuf juga menyambar tiga botol minuman di kursi belakang, dan dua lainnya di depan. 

Zijl membantu Yusuf memindahkan semua barang ke dekat pohon. Sedangkan Hao Dustin berusaha meminta bantuan ke menara kontrol bandara terdekat. Namun, sinyal yang buruk menjadikan laporan itu terputus-putus. 

"Asapnya menebal. Lari!" jerit Yusuf sembari menarik tangan kanan Hao Dustin. 

Baru beberapa langkah keduanya menjauh, letusan terdengar dari bagian ekor helikopter. Yusuf dan Hao Dustin segera menelungkup agar tidak terkena apa pun yang beterbangan di atas. 

Naysila menjerit sambil membulatkan mata. Zijl terperangah sesaat, sebelum lari untuk mencapai tempat kedua rekannya berada. 

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Zijl. 

"Ya," balas Yusuf sembari bangkit duduk. "Kita ke sana," ajaknya sambil berdiri, dan menarik Hao Dustin. 

Selama belasan menit berikutnya, keempat orang tersebut masih termamgu sambil memandangi helikopter yang tengah terbakar. 

Mereka sudah mencoba mencari bantuan, tetapi tempat itu tidak mendapatkan sinyal dan akhirnya semua ponsel tidak berfungsi. 

Yusuf mengecek arloji di tangan kiri, kemudian dia menengadah untuk memastikan posisi matahari yang terhalang kabut. 

"Sudah hampir jam 3 sore. Kita harus mencari tempat menginap," cakap Yusuf sambil memerhatikan sekeliling. "Kalau tetap di sini, aku khawatir akan ada hewan buas, karena di sini area terbuka," lanjutnya. 

"Kita harus ke mana?" tanya Zijl. 

Yusuf menunjuk layar ponselnya. "Ikuti arah di kompas. Kalau hitunganku akurat, jarak tempat ini ke area proyek sekitar 50 kilometer barat daya. Berarti kita mengarah ke sana. Mungkin saja ada permukiman di sekitar sini." 

"Speak Mandarin, please," sela Hao Dustin yang tidak memahami bahasa Indonesia. 

Yusuf menerangkan rencananya menggunakan bahasa Mandarin yang fasih. Dia sudah menguasai bahasa itu semenjak beberapa tahun silam. 

Yusuf adalah salah satu pengawal PBK angkatan pertama. Awalnya dia ditempatkan di keluarga Baskara Gardapati Ganendra. Namun, karena saat itu tengah berlangsung perang saudara di lima klan, akhirnya Yusuf dipindahkan ke pasukan pengawal keluarga Adhitama. 

Bersama puluhan sahabatnya yang bertugas di klan Adhitama atau Bun, Yusuf beberapa kali ikut perang klan itu melawan klan Han, yang bekerjasama dengan mafia China. 

Klan Adhitama didukung tiga klan lainnya. Yakni Cheung, Zheung dan Vong. Mereka yang dibantu tim PBK dan PG, berhasil mengalahkan klan Han. 

Yusuf dan semua anggota pengawal keluarga Adhitama, diminta bos masing-masing untuk belajar bahasa Mandarin. 

Ternyata kebisaan itu membantu karier Yusuf dan rekan-rekannya, karena untuk wilayah China dan sekitarnya, menjadi tanggung jawab mereka yang menjadi pengawas pengawal maupun penjaga keamanan, yang berasal dari PBK dan PB.

Yusuf dan Hao Dustin membuat tandu darurat. Setelah menaikkan Tian Everett ke tandu, mereka menggotong tandu dan jalan menuju arah yang ditunjukkan kompas. 

Zijl yang menemani Naysila jalan di depan, terpaksa menggunakan kedua tangannya yang sakit untuk membawa tas travel miliknya dan Yusuf. 

Naysila beberapa kali tersandung akar pohon yang tertutup salju. Saat mereka berhenti untuk beristirahat, Yusuf mencari dahan panjang dan membuat tongkat, yang diberikannya pada sang nona.

Sebab mengejar waktu sebelum matahari tenggelam, mereka segera melanjutkan perjalanan seusai beristirahat 15 menit. 

Naysila menggunakan tongkat untuk mengetahui akar pohon. Dia sekali-sekali akan berhenti untuk menandai batang pohon besar dengan pita merah, yang ditancapkan dengan paku kecil. 

"Ada rumah!" seru Zijl sambil menunjuk ke bangunan di ujung jalan yang mereka lalui. 

"Tetap tenang. Kita harus pastikan sekitarnya aman," cakap Yusuf. 

"Bentar. Aku cari kayu dulu buat senjata," ujar Zijl. 

"Cari empat, Zil." 

"Okay." 

Yusuf meneruskan langkah sembari memindai sekeliling. Terbiasa waspada menjadikannya terus bersiaga atas berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. 

Kelompok itu berhenti beberapa meter di depan gubuk kecil. Setelah menurunkan tandu, Yusuf dan Hao Dustin mengambil kayu yang diberikan Zijl. 

Kedua pria tersebut mengitari gubuk, lalu membuka pintunya yang tidak terkunci. Yusuf dan Hao Dustin sama-sama menyalakan senter kecil yang mereka ambil dari saku jaket. 

Yusuf memberi kode agar Hao Dustin tetap di tempat, sedangkan dia memasuki area dalam gubuk yang terbagi dalam tiga ruangan. 

Setelah memastikan keamanannya, Yusuf dan Hao Dustin kembali keluar untuk menggotong tandu. Naysila mengikuti di belakang bersama Zijl. 

Setelah meletakkan tandu, Yusuf duduk sambil menyandar ke dinding. Dia menjulurkan kakinya yang pegal, lalu mengusap wajahnya dengan saputangan yang diambil dari saku celananya. 

Naysila membuka pintu di bagian kanan. Dia memandanfi ruangan kecil yang kemungkinan adalah kamar. Setelah meletakkan kedua tasnya ke lantai, Naysila keluar untuk mengecek ke belakang. 

Gadis berjaket tebal abu-abu, berdecih ketika tidak bisa menemukan toilet. Naysila mencoba membuka pintu terakhir, tetapi sulit. 

"Mau ngapain?" tanya Yusuf yang menyusul gadis itu. 

"Aku kebelet, tapi nggak ada toilet di sini," jelas Naysila. 

"Biar aku yang cek keluar. Kamu tunggu aja." 

Naysila mengangguk mengiakan. Dia bergeser ke kanan supaya Yusuf bisa membuka pintu. Angin kencang berembus menerpa keduanya, sesaat setelah pintu itu terbuka. 

"Memang nggak ada kamar mandi," ujar Yusuf setelah mengamati sekitar. 

"Terus, gimana?" tanya Naysila. 

"Itu kayaknya sumur. Aku lihat dulu." Yusuf hendak maju, tetapi dicegah Naysila. 

"Jangan, Bang. Bisa saja airnya nggak layak pakai." 

"Ehm, ya." Yusuf memandangi sang gadis. "Air di botolmu masih ada?" tanyanya. 

"Ada separuh lagi." 

"Pakai itu. Nanti aku buat api. Kita masak salju, biar jadi air." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
duuuh ucup akhirnya tayang juga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cutie Bodyguard    Bab 18

    18 Aroma harum menguar dari dapur seunit rumah di permukiman sederhana, di kawasan Bekasi Timur. Suara obrolan dan gelakak beberapa orang di dapur bernuansa hijau itu, terdengar hingga ke ruang depan di mana Thalib Bhranta berada. Pria tua berkaus putih, menggeleng pelan saat mendengar gelakak istri dan anak-anaknya, seusai mendengar cerita Yusuf, tentang acara di Sydney beberapa hari silam. Thalib mengulum senyuman. Dia menyukai jika ketiga anaknya bisa berkumpul. Sebab kesibukan anak-anak muda tersebut menjadikan mereka jarang bisa datang berbarengan. Yusuf yang paling jarang pulang, akan membawa banyak cerita baru yang menghibur orang-orang rumah. Bila kebetulan dia bisa libur, maka kedua adiknya juga akan mengajukan cuti, agar bisa menghabiskan waktu bersama. Kelvan Nafeda, putra kedua Thalib dan Laksmita, juga bekerja sebagai pengawal PBK. Kelvan ditugaskan menjadi ajudan Adwaya Lakeswara, anggota tim 5 PC, yang baru beberapa bulan lalu pindah ke Jakarta. Malya Arsyana, beke

  • Cutie Bodyguard    Bab 17

    17Sepanjang malam itu, Naysila kesulitan untuk tidur. Ucapan Yusuf di bus tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Hingga Naysila susah untuk terlelap. Kendatipun sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, tetapi kali itu rasanya berbeda. Terutama karena hampir semua kakaknya langsung menyetujui, bila Yusuf yang menjadi kekasih Naysila. Gadis berhidung bangir itu terbangun setelah tangannya diguncangkan Sekar. Meskipun masih mengantuk, tetapi Naysila memaksakan untuk bangkit. Seusai menunaikan salat Subuh, Naysila kembali melanjutkan tidurnya, hingga tidak menyadari jika Sekar telah memasuki kamar itu dengan membawa meja kecil berkaki. "Dek, sarapan," tukas Sekar sembari meletakkan meja ke kasur. "Hmm. Mbak aja," cicit Naysila tanpa membuka matanya. "Ada Yusuf di depan." "Ha?" "Dia mau joging sama Hisyam." "Hmm." "Kamu beneran nggak mau keluar?" "Aku belum mandi. Nanti dia kaget lihat mukaku kucel." "Bukannya dia sudah pernah lihat kamu kayak gitu?" "Kapa

  • Cutie Bodyguard    Bab 16

    16Ruang tunggu khusus pesawat carteran di bandara Sydney, siang itu terlihat ramai orang berparas Asia. Mereka hendak berangkat menuju tempat berbeda, yakni Indonesia dan Kanada. Tim Indonesia yang dipimpin Nanang, menggunakan baju putih dan celana biru. Sementara kelompok Kanada yang dipimpin Aditya, mengenakan baju abu-abu dan celana hitam. Yusuf mendekap satu per satu rekannya yang masih harus bertugas di Australia. Dia juga memeluk Avreen yang sudah dianggapnya sebagai Adik. Keduanya berbincang cukup lama, sebelum Yusuf berpindah untuk memeluk Jauhari. "Titip keluargaku, Suf," pinta Jauhari sembari mengurai dekapan. "Ya. Besok aku anterin mereka sampai rumah, baru aku lanjut ke Tambun," jawab Yusuf. "Tentang omongan kita tadi pagi, tolong laksanakan. Cuma kamu yang bisa bergerak cepat, karena Aditya harus dinas lama di Kanada. Sedangkan Hisyam dan Jeffrey mesti bagi waktu buat keluarga masing-masing." "Siap." "Tunggu aku pulang. Nanti kita clubbing di tempat biasa." "Gant

  • Cutie Bodyguard    Bab 15

    15Agnia menonton beberapa video yang dikirimkan Kakak sepupunya. Gadis bermata sipit itu merasa hatinya tidak nyaman, seusai melihat video kedekatan Yusuf dan Naysila, kemarin malam. Agnia meletakkan ponsel ke tepi kasur. Dia memandangi langit-langit yang terlihat bersih, sambil membayangkan sosok Yusuf. Gadis berbibir tipis itu mengeluh dalam hati, karena saingannya ternyata bertambah. Menghadapi banyak fans Yusuf saja sudah cukup berat buat Agnia. Apalagi harus menghadapi Naysila.Kendatipun hanya kenal sepintas, tetapi Agnia tahu sepak terjang Naysila. Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Agnia tersebut, cukup terkenal di kalangan para pebisnis muda. Nama keluarga Dewawarman jelas lebih tenar dari keluarga Umapati. Ditambah lagi dengan kenyataan jika paras Naysila lebih ayu daripada Agnia, menjadikan putri bungsu Azmadi Umapati itu merasa kalah bersaing. Agnia mendengkus pelan. Dia mengomeli diri yang bertindak lambat dalam mendekati Yusuf. Agnia mulai bimbang harus bertind

  • Cutie Bodyguard    Bab 14

    14*Grup Tim 3 PCD*Jauzan Rengku Magani : Aku baru on dan lihat video itu. Suka banget! Prada Razfhan : Aku senyum-senyum terus. Zafar Qashash : Aku cemburu!Rafaizan Mahadri : Aku patah hati! Liam Mallory : Aku iri! Hisyam : Artisnya lagi dikeroyok di grup New PBK. Jauhari : Ngakak aku. Yusuf nggak berkutik digodain Bang Yan. Chairil : Aku cekikikan lihat ocehan Bang Varo. Aditya : Bang W juga ikutan ceramah. Jauzan : Power Rangers itu bilang apa? Hisyam : Kata Bang Yan, Yusuf malu-malu biawak. Jauhari : Bang Varo bilang gini. Pura-pura musuhan, padahal demenan. Chairil : Bang W nambahin. Dia nggak mau tahu, pokoknya maksimal 6 bulan lagi Yusuf sudah harus menghadap Pak Gamal buat minang Naysila. Aditya : Tapi, ujung-ujungnya aku kena juga! Diledekin buat segera nikah. Sampai-sampai mereka berniat untuk menjodohkanku.Liam : Sabar, @Bang Aditya. Aku pun, tiap pulang ke rumah orang tua, pasti diomelin Mama. Beliau sudah ribut pengen punya cucu. Prada : Padahal, tinggal d

  • Cutie Bodyguard    Bab 13

    13Malam kian larut. Sebagian besar anggota rombongan telah beristirahat di kamar masing-masing. Sementara yang lainnya masih berkumpul di beberapa tempat, yang tersebar di seputar bangunan utama hotel. Naysila masih bertahan di tempat duduknya di tepi kolam renang. Dia berbincang bersama Avreen, Alodita, Tyas, Viviane, Rumi, Gwenyth, Xianlun dan Valencia. Para gadis itu tertawa berulang kali, seusai menonton video yang tadi mereka rekam. Naysila dan yang lainnya mengirimkan video itu ke grup masing-masing, dan mendapatkan beragam komentar dari rekan-rekannya. "Dek, belum mau tidur?" tanya Hisyam, yang berpindah duduk ke samping kanan Naysila. "Bentar lagi, Bang," jawab Naysila. "Tari nanyain terus, karena kamu nggak naik-naik." "Aku masih pengen ngobrol sama teman-teman. Jarang ketemu ini. Sekali-sekali aku mau bergadang." "Oke. Maksimal jam 12 sudah masuk ke kamar. Kalau nggak, Tari dan Mbak Sekar bakal heboh." "Hu um." "Aku naik duluan." Hisyam berdiri dan memegangi punda

  • Cutie Bodyguard    Bab 12

    12Suasana depan lapas siang itu sangat ramai. Ratusan orang mengarahkan pandangan ke bangku panjang, di mana Jauhari tengah berpidato untuk menyapa penggemarnya. Semenjak kasusnya menjadi perbincangan hangat di seputar Australia dan New Zealand, serta Indonesia, Jauhari memiliki banyak fans yang menjadi pendukung setianya selama dua tahun terakhir. Jauhari mendapatkan banyak kiriman dari fans-nya. Hampir setiap hari para kurir akan mengantarkan paket, buat pimpinan utama proyek PG di Australia dan New Zealand tersebut. Jauhari menyimpan berbagai kado itu dan mencatat nama serta alamat sang pengirim. Pada hari-hari tertentu, Jauhari akan mengirimkan hadiah balasan untuk para penggemarnya yang makin bertambah setiap minggu.Seusai berpidato, Jauhari melambaikan kedua tangannya yang dibalas hal yang sama oleh penonton. Kemudian Jauhari turun dan bergegas menaiki bus hotel Arvhasatya. Saat keluar dari area lapas, Jauhari berdiri di pintu bus dan menyalami orang-orang yang berebutan b

  • Cutie Bodyguard    Bab 11

    11Hari berganti. Rombongan dari Indonesia tiba dengan membawa peralatan lengkap. Para ajudan muda membantu petugas bandara Sydney, untuk memindahkan semua barang ke kereta khusus. Para bos jalan cepat menuju ruang tunggu khusus pesawat carteran. Alvaro mengayunkan tungkai sambil menggendong putrinya. Chairil menyejajari langkah komisaris 4 PBK tersebut, sambil memayungi Alvaro, hingga mereka tiba di ruangan dalam. Wirya menyusul sembari menggendong anak keduanya. Sementara Zulfi jalan di belakang sambil memegangi tangan putrinya, Fazluna, dan Bayazid, anak sulung Wirya. Di belakang mereka, tampak semua anggota keluarga Pramudya, Gahyaka, Baltissen, dan keluarga Jauhari. Selain itu juga ada keluarga Adhitama, Ganendra, Janitra, dan beberapa bos PG, PC serta PCD yang akrab dengan Jauhari. Yusuf dan rekan-rekannya memberi hormat pada Alvaro serta semua tim PBK, sebelum mereka bersalaman dengan semua anggota rombongan. Kala Yusuf tiba di depan Naysila, keduanya saling menatap sesaat

  • Cutie Bodyguard    Bab 10

    10Pesawat yang ditumpangi kelompok pimpinan To Mu, tiba di bandara Sydney, siang waktu setempat. Mereka menunggu penumpang lain keluar terlebih dahulu. Kemudian belasan orang itu turun dari burung besi. Setelah berada di lorong, Yusuf mengambil alih Prinsen yang tengah tidur, dari gendongan Earlene. Yusuf membaringkan Prinsen ke kereta, lalu memastikan posisi bocah itu nyaman. Earlene mendorong kereta bayi dengan hati-hati. Dia jalan berdampingan dengan pengasuh Prinsen, dan Kaili, istri Loko yang sedang menggendong bayinya yang berusia setahun.Selain Earlene dan Kaili, ada beberapa perempuan lain yang ikut dalam rombongan itu. Yakni Zhu Gwenyth, Chan Xianlun, dan Lin Valencia. Ketiganya merupakan pengawal PBK angkatan 17, yang bertugas menjaga keluarga Cheung.Para pria jalan cepat menuju tempat pengambilan bagasi. Sementara semua perempuan meneruskan langkah hingga tiba di dekat pintu keluar terminal kedatangan. Gwenyth mengintip dari balik kaca, lalu dia mendekati Earlene yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status