Home / Romansa / Cutie Bodyguard / Bab 03 - Bertemu Penyelamat

Share

Bab 03 - Bertemu Penyelamat

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-04-16 11:21:58

03 

Selama beberapa jam berikutnya, Yusuf dan Naysila tidak saling menyapa. Mereka juga tidak berinteraksi sedikit pun dan berpura-pura tidak peduli. 

Zijl yang menemani Naysila jalan di belakang, mengetahui penyebab perempuan itu menekuk wajah sejak tadi. Zijl memahami tindakan darurat yang diambil Yusuf. Namun, dia juga mengerti penyebab kemarahan Naysila, pada pengawal lapis tiga yang jalan paling depan. 

Zijl nyaris terkekeh, ketika mereka berhenti untuk istirahat, Naysila duduk di dekat Hao Dustin dan Tian Everett, demi menjauhi Yusuf. 

"Sabar, Bang," ucap Zijl. "Setelah dia paham, Naysila pasti minta maaf ke Abang," lanjutnya. 

"Aku pikir dia nggak akan mau mengakuinya," kilah Yusuf. 

"Kenapa?" 

"Dia, kan, rada sombong. Beda sama Utari, Mbak Sekar dan Kak Maudy." 

Zijl manggut-manggut. "Dimaklumi aja. Dia putri bungsu." 

"Hu um." Yusuf menyugar rambutnya. "Aku justru khawatir, Mas Damsaz atau orang tuanya akan marah," lanjutnya. 

"Semoga saja nggak. Aku akan membela Abang. Aku rasa, Bang Hisyam dan Kak Tari juga akan begitu." 

"Kamu nyebut Hisyam, aku yakin, dia yang akan menyiksaku lebih dulu. Sebelum yang lainnya ngeroyok aku." 

"Enggaklah. Mereka nggak akan begitu. Paling ngomel, doang." 

"Aku kenal karakter Hisyam. Dia lebih ekspresif dibandingkan Ari dan Aditya. Kalau lagi kesal, Hisyam nggak akan segan-segan buat mukul." 

"Ehh, Bang Ari, apa sudah keluar dari penjara?" 

"InsyaAllah, akhir bulan nanti dia bebas." 

"Alhamdulillah." 

Yusuf terdiam sejenak. "Aku sama teman-teman tim lapis tiga berencana berangkat ke Sydney, untuk ikut menyambutnya keluar dari penjara. Setelah itu, Bang W mau ngadain syukuran di sana." 

"Pasti seru banget." 

"Iya." Yusuf terdiam sesaat, sebelum dia melanjutkan ucapannya. "Enggak sabar aku pengen ketemu Ari. Misah 5 bulan aja, aku ngerasanya kayak misah setahun," ungkapnya. 

"Kalian sehati." 

"Begitulah. Apalagi setelah Hisyam di London. Aku sama Ari makin lengket. Tapi, Aditya sering jadi orang ketiga di antara kami. Rese pisan." 

Zijl terkekeh, sedangkan Yusuf tersenyum lebar. Tidak berselang lama, keduanya serentak berdiri, lalu menjinjing tas masing-masing dan meneruskan perjalanan. 

Naysila menyusul bersama Hao Dustin dan Tian Everett. Mereka tidak bisa jalan cepat, karena tebalnya salju yang menutupi area. 

Kala melihat bukit, Yusuf mempercepat langkahnya untuk menaiki bukit. Zijl mengikuti langkah Yusuf sambil mengangkat ponselnya untuk mencari sinyal. 

Keduanya berseru ketika muncul 1 garis pada layar ponsel masing-masing. Yusuf segera menelepon Zhiao Fillbert, yang telah berada di lokasi proyek sejak minggu lalu. 

Ketika mendengar suara Fillbert, Yusuf segera menerangkan posisinya dan meminta Fillbert untuk mencatatnya. Sementara Zijl menghubungi Ekyavan, yang masih berada di pusat kota. 

"Kita tetap di sini," ujar Yusuf saat kembali ke bawah bukit. Dia menggunakan bahasa Inggris supaya semua orang memahaminya.

"Apa kamu sudah berhasil mencari bantuan?" tanya Hao Dustin. 

"Ya." Yusuf memindai sekitar, lalu menunjuk pohon besar di tepi kanan. "Kita ke sana," ajaknya. 

Kelompok kecil itu bergerak menuju pohon yang terlihat lebih rimbun dibandingkan pohon lainnya. Mereka duduk di akar pohon, sembari memerhatikan sekeliling. 

Naysila menggosok-gosokjan telapak tangannya. Walaupun sudah memakai sarung tangan, tetapi dinginnya udara masih terasa. 

Naysila meringis ketika perutnya berbunyi. Dia berpura-pura berdeham ketika keempat pria tersebut serentak mengamatinya. 

Yusuf mengajak Zijl mencabut dahan pohon yang kering. Kemudian Hao Dustin yang menyalakan api unggun. Sedangkan Tian Everett mengumpulkan salju dan menampungnya di tiga cangkir seng. 

Terbiasa melakukan perjalanan ke tempat proyek, Yusuf, Hao Dustin dan Tian Everett, selalu membawa cangkir seng. Selain tidak mudah pecah, benda itu bisa langsung digunakan untuk merebus air. 

Naysila memandangi ketika Yusuf mengulurkan cangkir di hadapannya. Gadis tersebut ragu-ragu sesaat, sebelum meraih cangkir dan memeganginya dengan kedua tangan, untuk menghangatkan telapaknya. 

Sementara itu di tempat berbeda, dua kelompok bergerak menuju lokasi yang telah diinformasikan oleh Yusuf dan Zijl. 

Cheung Chyou Jaden, memimpin tim penyelamat dari Kota Guangzhou. Sedangkan Zhiao Fillbert memimpin tim-nya dari lokasi proyek. 

Mereka berusaha bergerak cepat untuk menyelamatkan kelima korban jatuhnya helikopter kemarin siang. Selain mereka, tim penyelamat di sekitar lokasi yang dihubungi Fillbert, juga ikut bergerak menuju titik terakhir para korban. 

Matahari telah melewati kepala, ketika Yusuf melihat mobil besar pemecah salju bergerak mendekat dari ujung kiri. 

Yusuf berdiri dan melambaikan baju merahjya, supaya terlihat oleh para penjemput. Zijl dan yang lainnya mengikuti gerakan Yusuf, sambil berteriak dengan semangat. 

Empat mobil besar itu berhenti beberapa meter dari tempat tim Yusuf berada. Kelompok Fillbert keluar dari mobil dan segera mendatangi kelima korban sambil membawa selimut. 

Fillbert mendekap Yusuf dengan erat. Dia sangat senang, karena berhasil menemukan sahabatnya. 

"Aku sangat cemas, saat kamu tidak juga sampai ke tempat proyek," tutur Fillbert seusai menjauhkan diri. Bahasa Indonesia-nya sudah cukup lancar, karena dia berlatih langsung pada Chyou, Kakak iparnya. 

"Terima kasih sudah datang dan menyelamatkanku," jawab Yusuf. 

"Apa kamu terluka?" 

"Hanya lecet dikit." 

Fillbert beralih untuk menyalami Zijl. "Lenganmu masih sakit?" tanyanya sembari memeluk pria tersebut dengan hati-hati. 

"Ya, walaupun tidak sesakit kemsrin," jelas Zijl. 

"Naysila, are you okay?" Fillbert mendekati gadis yang rambutnya dikepang. 

"Ini, sakit, Ko," rengek Naysila sembari menunjuk lengan kirinya. 

"Nanti kita periksa," tukas Fillbert. "Sekarang, kita masuk ke mobil. Ambulance sudah menunggu di tepi jalan raya," ajaknya. 

Kelompok itu jalan menuju empat mobil. Fillbert membukakan pintu dan mempersilakan ketiga rekannya memasuki mobil pertama. Sementara Hao Dustin dan Tian Everett menumpang di mobil kedua. 

Puluhan menit terlewati, Naysila, Zijl dan Tian Everett telah berada di ambulance. Mereka diperiksa tim medis secara bergantian. Kemudian mereka berpindah ke dua mobil MPV hitam, yang bergerak menuju Kota Guangzhou. 

Yusuf menelepon Wirya dan keluarganya, untuk mengabarkan kondisinya. Naysila juga menghubungi keluarganya. Namun, dia tidak menerangkan tentang sakit di lengan, karena khawatir jika orang tuanya akan panik.

Selanjutnya, Naysila menelepon kakaknya. Dia manggut-manggut ketika Damsaz menyebutkan akan segera berangkat ke Guangzhou untuk menjemputnya. 

Sementara Zijl berusaha mencegah ayahnya untuk datang. Pria tersebut meyakinkan sang ayah, jika dirinya akan pulang paling lambat minggu depan. 

Setibanya di hotel milik 4 klan, kelompok tersebut disambut keluarga Yang dan anggota tim PC serta PCD yang bermukim di sekitar China. 

Sesamlainya di kamar lantai 3, Naysila mengadu pada Yang Earlene, istri Chyou, tentang tindakan Yusuf yang dianggapnya tidak sopan. Earlene tertegun sesaat, kemudian dia berjanji akan membicarakan masalah itu dengan Chyou, dan Wirya yang akan segera datang. 

"Sekarang, kamu istirahat dulu, Nay," cakap Earlene, dengan bahasa Indonesia berlogat unik. "Makananmu nanti diantarkan ke sini," lanjutnya. 

"Aku mau mandi dulu, baru makan," jelas Naysila. 

"Okay. Kopermu sudah dipindahkan." Earlene menunjuk benda di dekat meja rias. "Dua jam lagi, akan ada shinshe yang datang untuk memijatmu," sambungnya. 

Naysila meringis. "Aku nggak mau diurut." 

"Tidak bisa begitu. Nanti tanganmu makin sakit. Pengobatannya harus ditunraakan." 

"Ehm, shinsenya, perempuan, kan?" 

"Ya, dia langgananku dan Mama." Earlene mengamati gadis berparas cantik yang tengah meneguk susu cokelat hangat dari cangkirnya. "Apa ada hal lain yang kamu butuhkan?" tanyanya.

Naysila menggeleng. "Enggak ada, Ci." 

"Kalau perlu sesuatu, telepon aku." 

"Ya." 

"Kamarku di sebelah kanan." 

"Oh, Cici nginap di sini juga?" 

"Ya, suamiku tidak mau jauh-jauh dari teman-temannya. Apalagi semua ketua pengawal dari tiap unit kerja sudah berkumpul di sini. Mereka menunggu Bang Wirya tiba, katanya mau rapat intern PBK." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
alhamdulillah akhirnya pertolongan datang juga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cutie Bodyguard    Bab 18

    18 Aroma harum menguar dari dapur seunit rumah di permukiman sederhana, di kawasan Bekasi Timur. Suara obrolan dan gelakak beberapa orang di dapur bernuansa hijau itu, terdengar hingga ke ruang depan di mana Thalib Bhranta berada. Pria tua berkaus putih, menggeleng pelan saat mendengar gelakak istri dan anak-anaknya, seusai mendengar cerita Yusuf, tentang acara di Sydney beberapa hari silam. Thalib mengulum senyuman. Dia menyukai jika ketiga anaknya bisa berkumpul. Sebab kesibukan anak-anak muda tersebut menjadikan mereka jarang bisa datang berbarengan. Yusuf yang paling jarang pulang, akan membawa banyak cerita baru yang menghibur orang-orang rumah. Bila kebetulan dia bisa libur, maka kedua adiknya juga akan mengajukan cuti, agar bisa menghabiskan waktu bersama. Kelvan Nafeda, putra kedua Thalib dan Laksmita, juga bekerja sebagai pengawal PBK. Kelvan ditugaskan menjadi ajudan Adwaya Lakeswara, anggota tim 5 PC, yang baru beberapa bulan lalu pindah ke Jakarta. Malya Arsyana, beke

  • Cutie Bodyguard    Bab 17

    17Sepanjang malam itu, Naysila kesulitan untuk tidur. Ucapan Yusuf di bus tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya. Hingga Naysila susah untuk terlelap. Kendatipun sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki, tetapi kali itu rasanya berbeda. Terutama karena hampir semua kakaknya langsung menyetujui, bila Yusuf yang menjadi kekasih Naysila. Gadis berhidung bangir itu terbangun setelah tangannya diguncangkan Sekar. Meskipun masih mengantuk, tetapi Naysila memaksakan untuk bangkit. Seusai menunaikan salat Subuh, Naysila kembali melanjutkan tidurnya, hingga tidak menyadari jika Sekar telah memasuki kamar itu dengan membawa meja kecil berkaki. "Dek, sarapan," tukas Sekar sembari meletakkan meja ke kasur. "Hmm. Mbak aja," cicit Naysila tanpa membuka matanya. "Ada Yusuf di depan." "Ha?" "Dia mau joging sama Hisyam." "Hmm." "Kamu beneran nggak mau keluar?" "Aku belum mandi. Nanti dia kaget lihat mukaku kucel." "Bukannya dia sudah pernah lihat kamu kayak gitu?" "Kapa

  • Cutie Bodyguard    Bab 16

    16Ruang tunggu khusus pesawat carteran di bandara Sydney, siang itu terlihat ramai orang berparas Asia. Mereka hendak berangkat menuju tempat berbeda, yakni Indonesia dan Kanada. Tim Indonesia yang dipimpin Nanang, menggunakan baju putih dan celana biru. Sementara kelompok Kanada yang dipimpin Aditya, mengenakan baju abu-abu dan celana hitam. Yusuf mendekap satu per satu rekannya yang masih harus bertugas di Australia. Dia juga memeluk Avreen yang sudah dianggapnya sebagai Adik. Keduanya berbincang cukup lama, sebelum Yusuf berpindah untuk memeluk Jauhari. "Titip keluargaku, Suf," pinta Jauhari sembari mengurai dekapan. "Ya. Besok aku anterin mereka sampai rumah, baru aku lanjut ke Tambun," jawab Yusuf. "Tentang omongan kita tadi pagi, tolong laksanakan. Cuma kamu yang bisa bergerak cepat, karena Aditya harus dinas lama di Kanada. Sedangkan Hisyam dan Jeffrey mesti bagi waktu buat keluarga masing-masing." "Siap." "Tunggu aku pulang. Nanti kita clubbing di tempat biasa." "Gant

  • Cutie Bodyguard    Bab 15

    15Agnia menonton beberapa video yang dikirimkan Kakak sepupunya. Gadis bermata sipit itu merasa hatinya tidak nyaman, seusai melihat video kedekatan Yusuf dan Naysila, kemarin malam. Agnia meletakkan ponsel ke tepi kasur. Dia memandangi langit-langit yang terlihat bersih, sambil membayangkan sosok Yusuf. Gadis berbibir tipis itu mengeluh dalam hati, karena saingannya ternyata bertambah. Menghadapi banyak fans Yusuf saja sudah cukup berat buat Agnia. Apalagi harus menghadapi Naysila.Kendatipun hanya kenal sepintas, tetapi Agnia tahu sepak terjang Naysila. Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Agnia tersebut, cukup terkenal di kalangan para pebisnis muda. Nama keluarga Dewawarman jelas lebih tenar dari keluarga Umapati. Ditambah lagi dengan kenyataan jika paras Naysila lebih ayu daripada Agnia, menjadikan putri bungsu Azmadi Umapati itu merasa kalah bersaing. Agnia mendengkus pelan. Dia mengomeli diri yang bertindak lambat dalam mendekati Yusuf. Agnia mulai bimbang harus bertind

  • Cutie Bodyguard    Bab 14

    14*Grup Tim 3 PCD*Jauzan Rengku Magani : Aku baru on dan lihat video itu. Suka banget! Prada Razfhan : Aku senyum-senyum terus. Zafar Qashash : Aku cemburu!Rafaizan Mahadri : Aku patah hati! Liam Mallory : Aku iri! Hisyam : Artisnya lagi dikeroyok di grup New PBK. Jauhari : Ngakak aku. Yusuf nggak berkutik digodain Bang Yan. Chairil : Aku cekikikan lihat ocehan Bang Varo. Aditya : Bang W juga ikutan ceramah. Jauzan : Power Rangers itu bilang apa? Hisyam : Kata Bang Yan, Yusuf malu-malu biawak. Jauhari : Bang Varo bilang gini. Pura-pura musuhan, padahal demenan. Chairil : Bang W nambahin. Dia nggak mau tahu, pokoknya maksimal 6 bulan lagi Yusuf sudah harus menghadap Pak Gamal buat minang Naysila. Aditya : Tapi, ujung-ujungnya aku kena juga! Diledekin buat segera nikah. Sampai-sampai mereka berniat untuk menjodohkanku.Liam : Sabar, @Bang Aditya. Aku pun, tiap pulang ke rumah orang tua, pasti diomelin Mama. Beliau sudah ribut pengen punya cucu. Prada : Padahal, tinggal d

  • Cutie Bodyguard    Bab 13

    13Malam kian larut. Sebagian besar anggota rombongan telah beristirahat di kamar masing-masing. Sementara yang lainnya masih berkumpul di beberapa tempat, yang tersebar di seputar bangunan utama hotel. Naysila masih bertahan di tempat duduknya di tepi kolam renang. Dia berbincang bersama Avreen, Alodita, Tyas, Viviane, Rumi, Gwenyth, Xianlun dan Valencia. Para gadis itu tertawa berulang kali, seusai menonton video yang tadi mereka rekam. Naysila dan yang lainnya mengirimkan video itu ke grup masing-masing, dan mendapatkan beragam komentar dari rekan-rekannya. "Dek, belum mau tidur?" tanya Hisyam, yang berpindah duduk ke samping kanan Naysila. "Bentar lagi, Bang," jawab Naysila. "Tari nanyain terus, karena kamu nggak naik-naik." "Aku masih pengen ngobrol sama teman-teman. Jarang ketemu ini. Sekali-sekali aku mau bergadang." "Oke. Maksimal jam 12 sudah masuk ke kamar. Kalau nggak, Tari dan Mbak Sekar bakal heboh." "Hu um." "Aku naik duluan." Hisyam berdiri dan memegangi punda

  • Cutie Bodyguard    Bab 12

    12Suasana depan lapas siang itu sangat ramai. Ratusan orang mengarahkan pandangan ke bangku panjang, di mana Jauhari tengah berpidato untuk menyapa penggemarnya. Semenjak kasusnya menjadi perbincangan hangat di seputar Australia dan New Zealand, serta Indonesia, Jauhari memiliki banyak fans yang menjadi pendukung setianya selama dua tahun terakhir. Jauhari mendapatkan banyak kiriman dari fans-nya. Hampir setiap hari para kurir akan mengantarkan paket, buat pimpinan utama proyek PG di Australia dan New Zealand tersebut. Jauhari menyimpan berbagai kado itu dan mencatat nama serta alamat sang pengirim. Pada hari-hari tertentu, Jauhari akan mengirimkan hadiah balasan untuk para penggemarnya yang makin bertambah setiap minggu.Seusai berpidato, Jauhari melambaikan kedua tangannya yang dibalas hal yang sama oleh penonton. Kemudian Jauhari turun dan bergegas menaiki bus hotel Arvhasatya. Saat keluar dari area lapas, Jauhari berdiri di pintu bus dan menyalami orang-orang yang berebutan b

  • Cutie Bodyguard    Bab 11

    11Hari berganti. Rombongan dari Indonesia tiba dengan membawa peralatan lengkap. Para ajudan muda membantu petugas bandara Sydney, untuk memindahkan semua barang ke kereta khusus. Para bos jalan cepat menuju ruang tunggu khusus pesawat carteran. Alvaro mengayunkan tungkai sambil menggendong putrinya. Chairil menyejajari langkah komisaris 4 PBK tersebut, sambil memayungi Alvaro, hingga mereka tiba di ruangan dalam. Wirya menyusul sembari menggendong anak keduanya. Sementara Zulfi jalan di belakang sambil memegangi tangan putrinya, Fazluna, dan Bayazid, anak sulung Wirya. Di belakang mereka, tampak semua anggota keluarga Pramudya, Gahyaka, Baltissen, dan keluarga Jauhari. Selain itu juga ada keluarga Adhitama, Ganendra, Janitra, dan beberapa bos PG, PC serta PCD yang akrab dengan Jauhari. Yusuf dan rekan-rekannya memberi hormat pada Alvaro serta semua tim PBK, sebelum mereka bersalaman dengan semua anggota rombongan. Kala Yusuf tiba di depan Naysila, keduanya saling menatap sesaat

  • Cutie Bodyguard    Bab 10

    10Pesawat yang ditumpangi kelompok pimpinan To Mu, tiba di bandara Sydney, siang waktu setempat. Mereka menunggu penumpang lain keluar terlebih dahulu. Kemudian belasan orang itu turun dari burung besi. Setelah berada di lorong, Yusuf mengambil alih Prinsen yang tengah tidur, dari gendongan Earlene. Yusuf membaringkan Prinsen ke kereta, lalu memastikan posisi bocah itu nyaman. Earlene mendorong kereta bayi dengan hati-hati. Dia jalan berdampingan dengan pengasuh Prinsen, dan Kaili, istri Loko yang sedang menggendong bayinya yang berusia setahun.Selain Earlene dan Kaili, ada beberapa perempuan lain yang ikut dalam rombongan itu. Yakni Zhu Gwenyth, Chan Xianlun, dan Lin Valencia. Ketiganya merupakan pengawal PBK angkatan 17, yang bertugas menjaga keluarga Cheung.Para pria jalan cepat menuju tempat pengambilan bagasi. Sementara semua perempuan meneruskan langkah hingga tiba di dekat pintu keluar terminal kedatangan. Gwenyth mengintip dari balik kaca, lalu dia mendekati Earlene yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status