Alvin POV.
Hari ini sangat sejuk dan waktu yang pas untuk jogging disekitar batalyon tempatku bertugas. Saat hendak keluar dari rumah dinas, dering telponku berbunyi "OM WIBOWO" tertulis dilayar handphoneku.
"Alvin bisa ketemu sekarang di taman deket yon? Ada yang mau om bicarakan sama kamu" Kata lelaki paruh baya di sebrang sana.
"Siap laksanakan om, 5 menit lagi saya sampai" Ucapku. Aku segera berlari ah maksudku jogging ke taman sekalian bertemu camer wkwk.
Aku menemukan Om Wibowo sedang duduk di kursi taman sedang memainkan ponselnya, langsung ku hampiri Om Wibowo dengan rasa senang sekaligus deg – degan.
"Permisi om" Tanyaku sopan.
"Sini duduk Vin, santai aja” Katanya.
“Iya om, sebelumya ada apa ya om?”
“Soal kemarin, maafin Rara ya Vin. Om tau ini mungkin terlalu cepat untuk Rara” Kata Om Wibowo penuh dengan rasa bersalah.
"Ah tidak apa apa om, Alvin juga tidak terlalu memikirkannya" Ucapku bohong, padahal aku selalu memikirkannya.
"Rara dia anak yang baik, sopan, dan tulus. Bagi Rara membuka hati itu bukan lah hal yang mudah, om paham kenapa Rara seperti itu. Tapi om pengen yang terbaik untuk Rara, om sayang banget sama Rara Vin, dia anak satu – satunya kesayangan om. Sakit sekali melihat Rara yang terus – terusan sedih setelah kepergian kekasihnya, Arga. Rara pernah terluka karena seragam kebanggaan kita" Aku kaget dan heran apa maksud dari ucapannya ini?
“Maksudnya om?” tanyaku penasaran.
“Dulu Rara punya pacar namanya Arga, dia seorang Sertu. Mereka berpacaran sudah 7 tahun lamanya. Om bahagia banget berkat Arga, Rara selalu tertawa dan bahagia setiap saat. Namun, semuanya berubah saat Arga pergi meninggalkan Rara untuk selamanya. Dunia Rara hancur, bahkan Rara sempat mengurung diri di dalam kamar selama 3 hari, dia tidak makan, tidak minum, bahkan dia sudah tidak memikirkan dirinya sendiri. Bahkan Dika, sahabat dekat Rara dan Arga tidak bisa membujuk Rara. Sampai akhirnya dia pingsan, dan harus di larikan ke rumah sakit.”
Setelah lebih dari satu jam disini dengan Om Wibowo aku jadi tau alasan mengapa Rara menangis kemarin.. Aku janji Ra, aku akan membahagiakanmu yang sudah pernah hilang! Aku janji Ra!. Aku gabakal ngasih kamu rasa sakit dan kesedihan untuk kedua kalinya, aku janji Ra. Dan aku berusaha untuk itu.
Rara POV.
Berat rasanya aku membuka mata, sudah jam 08:00 pagi waktunya aku berangkat ke RS tempatku bekerja. Sesampainya di RS aku sangat terhibur dengan anak - anak disini.
Saat jam makan siang tiba, ruanganku terbuka dan itu pasti ulah Dika! Yap dugaanku benar siapa lagi orang yang berani masuk keruanganku tanpa izin kalo bukan Dika. Tapi setidaknya kehadiran Dika membuatku senang karena hanya dengan Dika aku bisa bercerita dan hanya dia yang bisa menenangkanku. Dika adalah sahabatku dan Arga sewaktu SMA.
"Hey mukanya surem bu dokter ada masalah? Tanya Dika penasaran.
" Aku dijodohkan dengan lettu anak temen papa dik" Jawabku malas.
"Ha? Seriusan? Kamu terima Ra?" Kata Dika terkejut.
"Gila kamu dik, ya ngga lah aku masih tetep pada pendirianku" Mataku mulai berkaca - kaca.
"C’mon ra, kamu harus bisa move on. Takdir sudah ada yang ngatur. Ga semua yang berseragam loreng bernasib sama seperti Arga." Jelas Dika.
"Tapi aku takut Dik, aku gamau ngerasain kehilangan untuk yang kedua kalinya. Sakit dik, rasanya duniaku hancur. Bahkan sampai saat ini, aku berharap ini cuma mimpi." Lirihku.
"Ra dengerin aku, bukan hanya kamu yang sedih atas kepergian Arga, aku juga sedih Ra, kita semua sedih kita semua ngerasain apa yang kamu rasakan. Kita memang harus mengikhlaskan Arga ra, biarin Arga istirahat dengan tenang disana. Arga pasti sedih ngeliat kamu kaya gini Ra. Sekarang kamu harus bahagia tanpa bayang bayang Arga. Beri ruang laki - laki yang akan hidup bersamamu kelak. Kamu tidak bisa melawan takdir, aku yakin kamu bisa" Jelas Dika sambil memelukku.
“Dik aku sayang Arga, susah Dik. Dika sakit”
“Ra gabaik terlalu sedih kaya gini, ayo Ra bangkit. Kamu masih muda, kamu harus beri sedikit ruang untuk laki – laki lain. Aku ga maksa kamu buat nerima perjodohan ini, karena itu keputusanmu. Tapi Ra saranku, kamu coba dulu untuk nerima perjodohan ini, toh kalau bukan jodoh kalian pasti ga bakal bisa bersatu. Percaya deh sama aku Ra”
“Susah Dik, tapi makasih ya. Nanti aku pikirin lagi deh”
“Free ga Ra? Jalan – jalan yuk ke Mall” Ajaknya
“Free kok”
“Yaudah ayo jalan, dari pada sedih terus”
“Beliin aku sushi ya?”
“Apapun itu Ra asal kamu senyum lagi”
“Ayayy makasih Dika, tapi ke makam Argadulu boleh ga?”
“Kan belum tanggal 5 Ra?”
“Gapapa, aku lagi pengen ke makam Arga”
“Oalah yaudah yuk, kita mampir dulu aja ke toko bunga”
“Buat siapa?”
“Buat Arga lah”
“Oh iyaa bener yaudah ayo”
“Ayo Ra”
Mendengar saran dari Dika sedikit membuka hatiku. Memang benar ini sudah takdir dan aku gabisa melawan. Dika selalu bisa menenangkanku, makasih ya Dik kamu selalu ada buat aku. Beruntung cewe yang akan menjadi pendampingmu kelak.
Sesampainya di makam Arga, entah kenapa aku langsung menangis sesenggukan disana. Aku kangen sama Arga, aku sayang Arga.
“Udah Ra, kasian Arga disana.” Ucap Dika sambil merangkulku.
“Arga . . . “ Lirihku
“Bro tenang di sana ya, tenang gua bakal jagain Rara sebisa gua. Gua bakal jagain Rara, kaya lu dulu Ga. Dateng ke mimpi Rara ya Ga? Bilang ke dia, jangan terus – terusan kaya gini gabaik” Kata Dika sambil menabur bunga di makan Arga.
“Arga, aku sayang kamu. Sampai kapanpun aku bakalan tetep sayang kamu. Arga jangan pernah mikir kalo Rara udah ga sayang sama Arga ya, meskipun nanti kalo takdir menyuruh Rara buat nikah sama yang lain, Arga harus tetep inget ya kalo Rara sayaaang banget sama Arga. Arga punya ruang sendiri di hati Rara.”
“Arga pasti ngerti Ra, yaudah ayo berdoa.”
“Iya Dik”
“Udah Ra? Ga laper?”
“Udah kok, iya laper nih pengen sushi”
“Yaudah ayo, keburu jam makan siang abis mau balik kerja nih”
“Eh iyaa, maaf ya Dik”
“Chill, Ar gua sama Rara balik dulu ya. Jangan lupa dateng ke mimpinya Rara”
“Arga aku balik dulu ya, nanti aku kesini lagi kok.” Pamitku
Setelah selesai berdoa, aku dan Dika langsung pergi ke Mall untuk makan siang. Beruntung banget aku punya temen kaya Dika. Ga banyak orang yang sifatnya kaya Dika. Dik aku berdoa semoga kamu bahagia selalu, dan kelak akan dicintai wanita yang paling baik sedunia.
Author POVVina dan Vano sudah tidak bisa menahan tangisnya, mereka semua berada di dalam mobil untuk segera ke rumah sakit. Tak lupa Vano juga sudah memberi kabar Dika dan juga Reno, pikiran Alvin sangat kalut dan dia juga tak bisa menahan tangisnya, istri yang sangat ia sayangi pergi meninggalkan Alvin sendiri.“Om biar aku aja ya yang nyetir?” tawar Akbar kepada Alvin.“Gapapa nak, biar om aja.”“Hati – hati pa.”“Iya kak.”Dika dan juga Reno yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas menuju rumah sakit. Dalam perjalanan pun, mereka semua sama – sama tak bisa kuasa menahan tangis.“Ngga Ra, kamu ga boleh pergi dulu. Kamu ga boleh nyusulin Arga, ngga Ra.” Gumam Dika yang dapat di dengar 3 orang yang ada di dalam mobil itu.“Mas, tenang dulu. Aku yakin Rara pasti sadar.” Kata Putri menangkan suaminya.“Oh ya, kita ke tempat ke
Author POVPagi ini, Alvin, Vina, Vano, Akbar, dan juga Cinta sudah berada di rumah sakit dan menunggu Rara untuk diperiksa keadaannya oleh dokter. Sesuai permintaan Rara, mereka semua akan pergi ke pantai pagi ini. Setelah selesai Rara di periksa, Rara diizinkan dokter untuk pergi ke pantai dengan syarat tidak boleh banyak beraktivitas dan tidak boleh terlalu lama di pantai.Mereka semua berada di mobil, dengan Alvin yang menyetir dan Rara yang berada di samping Alvin. Awalnya Alvin tak mengizinkan Rara untuk duduk di depan, namun Rara tetaplah Rara si egois yang tak bisa diganggu gugat. Sesampainya di pantai, sama seperti biasanya Rara menaiki kursi roda yang di dorong oleh Alvin. Mereka duduk di bawah pohon kelapa agar tidak terlalu kena sinar matahari, walaupun pagi ini matahati tidak terlalu menyengat.Sambil duduk – duduk, mereka meminum kelapa muda dan berbincang – bincang, bahkan Vano yang tertawa terbahak – bahak atas lelucon yang Akba
Author POVHari ini sudah tiba waktunya Vina wisuda, sama seperti Vano kemarin, Rara kekeh untuk ikut menghadiri acara perpisahan Vina pagi ini. Rara masih tetap berada di kursi roda dengan Vano yang mendorong kursi roda milik Rara dan Alvin yang berada di sampingnya.Sama seperti Vano, Vina meraih juara 1 nilai tertinggi Ujian Nasional se – kota Bandung. Perasaan bangga dan sedih yang dirasakan oleh Alvin dan Rara. Alvin dan Rara sangat bangga terhadap kedua anaknya, mereka berhasil membuktikan kepada Alvin dan Rara bahwa mereka bisa dan mampu untuk meraih cita – citanya. Baik Alvin maupun Rara, mereka sangat yakin bahwa kedua anaknya mampu dan bisa meraih cita – citanya. Mereka juga yakin bahwa kedua ankanya juga akan mencapai kesuksesan bersama – sama.Vina menaiki podium, untuk membari ucapan terimakasih atas prestasi yang ia raih. Senyum mengembang di bibir Vina. Vina bahagia karena didepannya ada orang – orang yang ia cintai,
Author POVHari ini sudah tiba waktunya Vano wisuda, kondisi Rara sama sekali tidak ada perubahan, bahkan sering kali kondisi Rara menurun dan drop. Vano sudah meminta Rara untuk diam di rumah sakit, namun Rara tetap kekeh ingin menghadiri acara perpisahan anaknya itu. Mau tak mau, Alvin, Vina, dan Vano hanya bisa pasrah dan berujung Rara ikut bersama mereka.Rara menaiki kursi roda yang di dorong oleh Vina dan Alvin yang ada di samping mereka, walau dalam keadaan sakit Rara masih bisa tersenyum lebar saat melihat Vano naik ke atas panggung sebagai juara 3 nilai tertinggi Ujian Nasional di Kota Bandung. Rara terlihat sangat bangga kepada anaknya itu. Vano berhasil membuktikan bahwa ia anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya.“Assalamualaikum Wr. Wb pertama – tama saya ucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, kepada guru – guru saya, dan terutama kepada kedua orang tua saya dan juga kepada kembaran saya. Saya berdiri di sini berkat k
Author POVKini giliran Dika dan juga Putri yang masuk ke ruangan Rara. Lagi – lagi Dika menangis melihat keadaan Rara yang sangat pucat dan lemas di atas kasur rumah sakit. Rara hanya bisa tersenyum melihat Dika dan Putri saat masuk menghampiri Rara.“Dik, masa cowo nangis.” Kata Rara sambil tertawa.“Kamu jangan tertawa ya Ra, bisa – bisanya kamu kaya gini masih bisa ketawa.” Protes Dika.“Ra, gimana keadaanmu? Udah membaik?” tanya Putri khawatir melihat keadaan Rara.“Alhamdulillah, maaf ya bikin kalian semua khawatir.”“Ga usah minta maaf, maafin kita udah gagal jadi sahabat yang baik buat kamu Ra.” Ucap Putri sambil menggenggam tangan Rara.“Ra, pasti di atas sana Arga marah sama aku. Arga nitipin kamu ke aku, dan saat kamu punya penyakit yang kaya gini aku baru tahu. Maafin aku Ra, maafin aku udah gagal jadi sahabat yang baik buat kamu, maafin aku ga p
Author POVSemua orang berada di rumah sakit, semuanya masih setia menunggu Rara siuman. Alvin berusaha menenangkan kedua anaknya, walaupun sebenarnya ia juga sangat merasa sedih dan shock atas kejadian hari ini yang menimpa Rara. Reno yang melihat itu, sangat merasa bersalah. Reno selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.“Bukan salah lu Ren.” Ucap Dika tiba – tiba sambil memegang pundak Reno.“Coba aja waktu itu gua langsung kasih tau kalian Dik, semua ga bakaan seperti ini. Rara pasti sembuh, ini semua gara – gara gua.”“Ngga Dik, ini permintaan Rara sendiri kan? Ini bukan salah lu, ini jalan yang dipilih Rara.”“Bener mas, ini bukan salahmu. Ini sudah jalan yang dipilih Rara. Dan kamu disini, cuma menghargai jalan yang dipilih oleh Rara.” Ucap istrinya, Nesa.“Gua mau ke Alvin.” Kata Reno.“Yaudah sana.” Ucap Dika, mempersilahkan Reno m
Author POVVina dan Vano sudah menjalankan semua ujian – ujian yang sudah di jadwalkan oleh sekolahnya masing – masing. Sekarang mereka hanya menunggu nilai ujiannya keluar dan kelulusan sudah di depan mata. Namun mereka masih tidak bisa sesantai seperti hari – hari biasanya, Vina masih mendalami tentang kedokteran dan Vano yang masih melatih fisik dan mencoba mengerjakan soal – soal test untuk seleksi masuk tentara.Sedangkan Rara, kondisi tubuh Rara benar – benar semakin menurun. Rara merasa bahwa umurnya memang sudah tidak akan lama lagi.“Ya Allah, kuatkan hamba. Beri hamba kesempatan sedikit lagi, hamba ingin melihat kedua anak hamba wisuda nanti.”Entah mengapa hari ini Rara sangat merasa kesakitan. Rara tidak bisa menahan semua rasa sakitnya, Rara sudah meminum obat seperti biasanya, namun hasilnya nihil, Rara masih sangat merasa kesakitan. Rara mencoba menghubungi Dr. Riski berkali – kali namun tak a
Author POV.Malam ini, Rara, Alvin, Vina dan Vano sedang makan malam bersama di ruang makan. Mereka makan dengan nikmat, karena masakan Rara selalu menjadi makanan favorite bagi mereka bertiga.“Gimana anak – anak mama, sukses ga tadi ujiannya?”“Alhamdulillah ma, soalnya 11 12 sama detik – detik. Seneng banget deh kalau soal ujiannya mudah gitu.” jawab Vano.“Sama ma, Alhamdulillah. Vano juga bisa ngerjainnya. Gampang, kecil itu mah.”“Alhamdulillah, emang anak – anak papa nih pinter semua.”“Alhamdulillah kalau gitu, tapi kalian jangan seneng dulu. Masih ada besok dan beberapa hari lagi loh.”“Siap mama!”“Iya mama, tapi ini awal yang baik.”“Bener, yaudah ayo lanjut makan. Keburu dingin masaknnya.”“Okey, selamat makan semua!” kata Vano.“Selamat makan!” kata Rar
Author POV Hari ini, hari pertama Vina dan Vano Ujian Nasional. Raut wajah Vina sangat berbeda dengan raut wajah Vano. Raut wajah Vina sangat gelisah, berbeda saat Ujian Nasional waktu SMP kemarin, pasalnya Ujian Nasional saat ini menentukan masuk atau tidaknya ia di universitas yang ia idam – idamkan. Sedangkan Vano, dia sangat santai dalam menghadapi Ujian Nasional ini, bahkan pada pagi ini ia masih bermain game online kesukaannya. “Kak kok gelisah gitu? Sedangkan Vano malah asik main game tuh di ruang tamu.” Tanya Alvin tiba – tiba. “Itu mah Vano aja yang ga niat ujian.” “Dih kata siapa? Tadi habis sholat subuh aku belajar lagi loh. So tau tuh Vina pa.” “Dihhh??” “Udah – udah masih pagi kok udah berantem aja.” kata Rara melerai. “Yaudah ayo, berangkat cepet udah siang ini.” “Tuh pa, kakak ngajak berantem mulu, jadi siang kan.” “Dih ngapa jadi gua? Lu aja dari tadi main game.” “Kak kok gitu bahas