Share

Bagian 3

Alvin POV.

Hari ini sangat sejuk dan waktu yang pas untuk jogging disekitar batalyon tempatku bertugas. Saat hendak keluar dari rumah dinas, dering telponku berbunyi "OM WIBOWO" tertulis dilayar handphoneku.

"Alvin bisa ketemu sekarang di taman deket yon? Ada yang mau om bicarakan sama kamu" Kata lelaki paruh baya di sebrang sana.

"Siap laksanakan om, 5 menit lagi saya sampai" Ucapku. Aku segera berlari ah maksudku jogging ke taman sekalian bertemu camer wkwk.

Aku menemukan Om Wibowo sedang duduk di kursi taman sedang memainkan ponselnya, langsung ku hampiri Om Wibowo dengan rasa senang sekaligus deg – degan.

"Permisi om" Tanyaku sopan.

"Sini duduk Vin, santai aja” Katanya.

“Iya om, sebelumya ada apa ya om?”

“Soal kemarin, maafin Rara ya Vin. Om tau ini mungkin terlalu cepat untuk Rara” Kata Om Wibowo penuh dengan rasa bersalah.

"Ah tidak apa apa om, Alvin juga tidak terlalu memikirkannya" Ucapku bohong, padahal aku selalu memikirkannya.

"Rara dia anak yang baik, sopan, dan tulus. Bagi Rara membuka hati itu bukan lah hal yang mudah, om paham kenapa Rara seperti itu. Tapi om pengen yang terbaik untuk Rara, om sayang banget sama Rara Vin, dia anak satu – satunya kesayangan om. Sakit sekali melihat Rara yang terus – terusan sedih setelah kepergian kekasihnya, Arga. Rara pernah terluka karena seragam kebanggaan kita" Aku kaget dan heran apa maksud dari ucapannya ini?

“Maksudnya om?” tanyaku penasaran.

“Dulu Rara punya pacar namanya Arga, dia seorang Sertu. Mereka berpacaran sudah 7 tahun lamanya. Om bahagia banget berkat Arga, Rara selalu tertawa dan bahagia setiap saat. Namun, semuanya berubah saat Arga pergi meninggalkan Rara untuk selamanya. Dunia Rara hancur, bahkan Rara sempat mengurung diri di dalam kamar selama 3 hari, dia tidak makan, tidak minum, bahkan dia sudah tidak memikirkan dirinya sendiri. Bahkan Dika, sahabat dekat Rara dan Arga tidak bisa membujuk Rara. Sampai akhirnya dia pingsan, dan harus di larikan ke rumah sakit.”

Setelah lebih dari satu jam disini dengan Om Wibowo aku jadi tau alasan mengapa Rara menangis kemarin.. Aku janji Ra, aku akan membahagiakanmu yang sudah pernah hilang! Aku janji Ra!. Aku gabakal ngasih kamu rasa sakit dan kesedihan untuk kedua kalinya, aku janji Ra. Dan aku berusaha untuk itu.

Rara POV.

Berat rasanya aku membuka mata, sudah jam 08:00 pagi waktunya aku berangkat ke RS tempatku bekerja. Sesampainya di RS aku sangat terhibur dengan anak - anak disini.

Saat jam makan siang tiba, ruanganku terbuka dan itu pasti ulah Dika! Yap dugaanku benar siapa lagi orang yang berani masuk keruanganku tanpa izin kalo bukan Dika. Tapi setidaknya kehadiran Dika membuatku senang karena hanya dengan Dika aku bisa bercerita dan hanya dia yang bisa menenangkanku. Dika adalah sahabatku dan Arga sewaktu SMA.

"Hey mukanya surem bu dokter ada masalah? Tanya Dika penasaran.

" Aku dijodohkan dengan lettu anak temen papa dik" Jawabku malas.

"Ha? Seriusan? Kamu terima Ra?" Kata Dika terkejut.

"Gila kamu dik, ya ngga lah aku masih tetep pada pendirianku" Mataku mulai berkaca - kaca.

"C’mon ra, kamu harus bisa move on. Takdir sudah ada yang ngatur. Ga semua yang berseragam loreng bernasib sama seperti Arga." Jelas Dika.

"Tapi aku takut Dik, aku gamau ngerasain kehilangan untuk yang kedua kalinya. Sakit dik, rasanya duniaku hancur. Bahkan sampai saat ini, aku berharap ini cuma mimpi." Lirihku.

"Ra dengerin aku, bukan hanya kamu yang sedih atas kepergian Arga, aku juga sedih Ra, kita semua sedih kita semua ngerasain apa yang kamu rasakan. Kita memang harus mengikhlaskan Arga ra, biarin Arga istirahat dengan tenang disana. Arga pasti sedih ngeliat kamu kaya gini Ra. Sekarang kamu harus bahagia tanpa bayang bayang Arga. Beri ruang laki - laki yang akan hidup bersamamu kelak. Kamu tidak bisa melawan takdir, aku yakin kamu bisa" Jelas Dika sambil memelukku.

“Dik aku sayang Arga, susah Dik. Dika sakit”

“Ra gabaik terlalu sedih kaya gini, ayo Ra bangkit. Kamu masih muda, kamu harus beri sedikit ruang untuk laki – laki lain. Aku ga maksa kamu buat nerima perjodohan ini, karena itu keputusanmu. Tapi Ra saranku, kamu coba dulu untuk nerima perjodohan ini, toh kalau bukan jodoh kalian pasti ga bakal bisa bersatu. Percaya deh sama aku Ra”

“Susah Dik, tapi makasih ya. Nanti aku pikirin lagi deh”

“Free ga Ra? Jalan – jalan yuk ke Mall” Ajaknya

“Free kok”

“Yaudah ayo jalan, dari pada sedih terus”

“Beliin aku sushi ya?”

“Apapun itu Ra asal kamu senyum lagi”

“Ayayy makasih Dika, tapi ke makam Argadulu boleh ga?”

“Kan belum tanggal 5 Ra?”

“Gapapa, aku lagi pengen ke makam Arga”

“Oalah yaudah yuk, kita mampir dulu aja ke toko bunga”

“Buat siapa?”

“Buat Arga lah”

“Oh iyaa bener yaudah ayo”

“Ayo Ra”

Mendengar saran dari Dika sedikit membuka hatiku. Memang benar ini sudah takdir dan aku gabisa melawan. Dika selalu bisa menenangkanku, makasih ya Dik kamu selalu ada buat aku. Beruntung cewe yang akan menjadi pendampingmu kelak.

Sesampainya di makam Arga, entah kenapa aku langsung menangis sesenggukan disana. Aku kangen sama Arga, aku sayang Arga.

“Udah Ra, kasian Arga disana.” Ucap Dika sambil merangkulku.

“Arga . . . “ Lirihku

“Bro tenang di sana ya, tenang gua bakal jagain Rara sebisa gua. Gua bakal jagain Rara, kaya lu dulu Ga. Dateng ke mimpi Rara ya Ga? Bilang ke dia, jangan terus – terusan kaya gini gabaik” Kata Dika sambil menabur bunga di makan Arga.

“Arga, aku sayang kamu. Sampai kapanpun aku bakalan tetep sayang kamu. Arga jangan pernah mikir kalo Rara udah ga sayang sama Arga ya, meskipun nanti kalo takdir menyuruh Rara buat nikah sama yang lain, Arga harus tetep inget ya kalo Rara sayaaang banget sama Arga. Arga punya ruang sendiri di hati Rara.”

“Arga pasti ngerti Ra, yaudah ayo berdoa.”

“Iya Dik”

“Udah Ra? Ga laper?”

“Udah kok, iya laper nih pengen sushi”

“Yaudah ayo, keburu jam makan siang abis mau balik kerja nih”

“Eh iyaa, maaf ya Dik”

“Chill, Ar gua sama Rara balik dulu ya. Jangan lupa dateng ke mimpinya Rara”

“Arga aku balik dulu ya, nanti aku kesini lagi kok.” Pamitku

Setelah selesai berdoa, aku dan Dika langsung pergi ke Mall untuk makan siang. Beruntung banget aku punya temen kaya Dika. Ga banyak orang yang sifatnya kaya Dika. Dik aku berdoa semoga kamu bahagia selalu, dan kelak akan dicintai wanita yang paling baik sedunia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status