Share

Bagian 2

-Rara POV

Dijodohkan? Lelucon macam apa ini? Bukankah mama papa tahu aku sedang menjauhi lelaki manapun yang berseragam loreng? Dengan menangis sesenggukan aku memandangi foto lelaki tampan yang selalu aku rindukan.

"Arga aku kangen" Lirihku berkali kali. Tanpa aku sadari mama sudah ada di kamarku dan langsung memelukku.

"Sudahlah nak tidak semua lelaki berseragam loreng akan bernasib sama seperti Arga." Ucap mama menenangkanku.

"Tapi ma, itu hanya akan membuat aku selalu ingat sama arga, aku masih sangat menyayangi arga ma bahkan ga ada niat sedikitpun aku melupakan Arga ma, ma Arga cinta pertama Rara ma. Susah senangnya Rara selalu ada Arga disampingku bagaimana bisa aku melupakannya secepat itu? Rara belum siap buat nerima orang baru, apalagi seragam berloreng. Biarin Rara menemukan jodoh Rara sendiri, ma rara udah besar" Ucapku sambil memeluk mama.

Tak lama papa masuk dengan wajah sudah aku tebak sebelumnya marah ya pasti.

"Sudahlah ra, mau sampai kapan kamu menutup hatimu seperti ini?" Tegas papa.

"Pa aku tidak menutup hati, hanya saja aku masih belum siap buat menerima orang baru apalagi untuk pria berloreng seperti Alvin. Rara udah gede pa, Rara bisa menemukan jodoh buat Rara sendiri" Tegasku.

"Dia sudah tiada ra lupakan!" Murka papa yang hampir menamparku dan untungnya langsung dicegah oleh mama.

“Sudah pa, sabar. Ayo kita biarkan Rara tenang dulu.” Mereka meninggalkanku sendirian. Lebih baik begini sepertinya. Memang benar seorang Arga Nugroho sudah tiada. Tapi kenangannya akan selalu membekas dan akan selalu ada.

Flashback on.

"Rara cepat ke RS Harapan sekarang." Ucap Dika teman baik Arga.

“Ada apa Dik? Kenapa? Kenapa kamu kedengarannya sangat panik?” Jawabku panik.

“Arga, cepat kesini. Hati – hati.”

“15 menit lagi sampai.” ucapku

Kenapa dia? Ada apa dengan Arga? Entah perasaanku semakin tak enak setelah mendapat telepon dari Arga siang tadi. Pukul 11.00 malam jalanan sudah mulai sepi yang memudahkanku untuk cepat sampai di RS, aku parkirakan mobilku dengan asal. Aku berlari ke UGD, disana sudah ada Papa Mama Arga, Dika, dan entah banyak lagi. Tante Teti Mama Arga langsung memelukku sambil menangis sesenggukan.

"Arga terkena peluru saat dia bertugas ra." Ucapan Tante Teti membuatku semakin tak karuan, lututku lemas rasanya seperti mimpi, Arga pasti sembuh aku yakin itu.

Dokter keluar dan langsung memanggil namaku untuk masuk ke dalam. Dengan langkah tergesa – gesa aku langsung masuk ke dalam. Arga ya itu Arga terbaring lemas disana dengan bantuan peralatan rumah sakit.

"Hai cantik jangan nangis dong, nanti aku sedih loh sayang" Ucapnya lemas sambil menarik tanganku.

"Cepat sembuh katanya mau nikahin aku." Kataku sukses membuat Arga tersenyum.

"Maaf sayang kita sampai disini ya, aku sudah gakuat. Ikhlasin aku, maaf atas janji yang sudah aku katakan maaf aku gabisa nepatin maaf aku gabisa jadi pengawalmu lagi ra. Aku bahagia bisa jadi Sertu seperti yang kita impikan dulu. Janji sama aku kamu akan bahagia walaupun tanpa aku disisimu. Makasih udah setia sama aku selama 7 tahun ini Ra, kamu tau ga seberapa besar cintanya aku sama kamu? Aku cinta sama kamu melibihi aku cinta sama diriku sendiri Ra" Tangan Arga semakin erat menggenggamku, tatapannya sendu hampir menangis.

"Apa sih Ga, cepet sembuh bentar lagi aku jadi dokter loh ayo ih!" Ucapku.

“Ra di dunia ini gaada yang abadi, sama seperti aku, aku ga akan abadi disini Ra, ini sudah waktuku buat ninggalin kamu, ninggalin Papa Mama, ninggalin Dika, ninggalin semuanya. Ikhlasin aku ya? Aku yakin setelah ini bakal ada cowo yang mencintai kamu lebih dari aku.”

“Segampang itu? Ngga Ga, aku gamau kamu harus sembuh Ga aku mohon.”

“Ra, takdirku sudah di tentukan, aku gabisa nolak. Izinin aku pergi ya Ra? Sakit Ra, tapi lebih sakit kalo aku ngeliat kamu kaya gini, ayo janji sama aku bahagia setelah ini ya? Aku seneng banget, kamu tetep ada disini disampingku sampai akhir hayatku. Aku mohon ikhlasin aku, tuntun aku dengan senyuman ya Ra? Senyum buat aku, bahagia buat aku Ra.”

“Arga aku sayang kamu, aku bahagia jadi wanita terakhir buat kamu. Aku bahagia selalu nemenin aku disini, Arga aku ikhlasin kamu” Ucapku dengan senyuman yang terpaksa.

"Makasih maaf iloveu Maharani Revita" Mata Arga tertutup untuk selamanya.

Duniaku hancur, rasanya seperti mimpi. Masih kemarin aku main sama Arga, masih kemarin Arga mencium pipiku, bahkan masih siang tadi kita bertukar kabar lewat telefon. Kenapa sesakit ini? Kenapa dunia jahat sama aku? Kenapa sesakit ini, Arga aku harap ini cuma mimpi.

Flashback off.

Itulah sebabnya kenapa aku tidak akan menerima pria manapun yang berseragam loreng. Itu hanya mengingatkanku kepada Arga. Setiap bulan tanggal 5 aku selalu mengunjungi makam Arga bisa berjam jam disana hanya untuk berkeluh kesah. Dan sekarang aku akan dijodohkan dengan seorang lettu? Tidak semudah itu!

Bukannya aku menutup hati, aku cuma belum siap jika menerima orang baru. Aku belum siap buat menjalin kisah dengan orang baru. Aku sama Arga sudah 7 tahun lamanya, dan aku ga semudah itu buat melupakannya. Ini semua tentang waktu, biarin aku menyembuhkan lukaku sendiri, biarin aku damai dengan masalaluku. Kenapa Papa seegois itu? Apa Papa ga sayang aku? Bahkan aku masih berharap ini mimpi, dan aku segera bangun dari tidur panjangku.

Arga? I really miss u, and i love u sertuku!

-Alvin POV

Saat ini aku duduk di depan rumah dinasku, pikiranku suntuk entah kenapa tiba – tiba aku kepikiran Rara. Apa aku coba telvon Rara? SMS? WA? DM? Bego Alvin mana mungkin dia bales. Apa aku terlalu jahat? Sakit ngeliat Rara nangis kaya tadi, aku jadi merasa bersalah. Apa aku batalin aja perjodohan ini?

“Bro, kok mukanya di tekuk gitu? Galau? Perasaan jomblo ini” Kata Rizan yang tiba – tiba muncul dihadapanku.

“Kaget bego” Kataku sambil menendang kakinya.

“Galak banget nih orang, kenapa sih? Ada apa?” Tanyanya kepo.

“Kepo lu kaya dora”

“Anjir? Ada apasih? Gua tuh gasuka ngeliat temen gua mukanya kusut kaya baju belum di setrika. Apa mau gua setrika?

“Palalu sini yang gua setrika”

“Kaya cewek lagi PMS, cerita ajalah setidaknya lega. Gabaik dipendem sendiri”

“Gua dijodohin, dan gua terima”

“Hah lu ga nolak Vin?”

“Zan gua suka sama dia waktu pertama kali gua ngeliat dia, okelah gua gatau sifatnya kaya apa, gua belum kenal dia gimana. Tapi entah kenapa rasanya gua ingin selalu ngejaga dia Zan”

“Ada alasannya lu kaya gitu?”

“Gatau, entah kenapa tiba – tiba gua ngerasa kaya gitu, tatapannya seolah olah ngejelasin ke gua kalau dia sedih dan ada luka yang sedang dia sembuhin sendiri”

“Jadi karena kasihan?”

“Bukan, gua juga udah jatuh hati sama dia Zan”

“Lu yakin?”

“Gua yakin”

“Terus masalahnya apa Vin?”

“Dia nolak, dan dia nangis. Sakit Zan ngeliat dia nangis kaya gitu. Baru pertama ketemu aja gua udah bikin dia nangis. Gimana nanti? Kayanya gua bakalan batalin perjodohan ini deh”

“Segini doing usaha lu Vin? Vin lu tau ga alasan dia kaya gitu? Pasti ada alasan kenapa dia kaya gitu Vin, kalau lu yakin perjuangin dia. Cewe itu emang harus diperjuangin. Emang ga mudah, kecuali lu ngejar bencong di pertigaan sana baru mudah.”

“Serius anjir”

“Oke serius, Vin lu tau ga? Cinta itu emang butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Kalau emang lu harus mati – matian ngejar si itu cewe yaudah jalanin, tapi inget jangan bodoh karena cinta. Kalau emang kalian ga jodoh, sekuat apapun lu ngejar dia, lu gabakalan dapetin dia. Berhenti kalau emang waktunya berhenti. Dan kejar jika waktunya masih bisa lu kejar. Ada dua kemungkinan yang terjadi”

“Apa Zan?”

“Yang pertama lu ditakdirkan hanya sebatas kenal dan bertemu, dan yang kedua lu emang di takdirkan buat jadi pendamping hidupnya. Gaada salahnya buat berjuang Vin”

“Anjay, kalo soal ginian lu encer juga ya otaknya”

“Yaiyalah Rizan, lu cari tahu dulu apa alasan dia kaya gitu, dan apa sebab tatapannya kaya gitu”

Bener kata Rizan, apa salahnya mencoba? Gaada salahnya untuk mencoba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status