Share

BAB V - Wanita Penghalang

Brigita melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangan yang tepat berada di ujung lorong, emosinya masih meluap-luap sejak ia menjumpai wanita asing naik ke mobil mantan tunangannya, Royan. Ia masih belum dapat menerima kenyataan bahwa Royan tidak memilihnya, bahkan kini perlahan pria itu malah mencampakannya. Seandainya waktu itu Gita tidak melakukan kesalahan fatal yang dibenci oleh Roy, mungkin saat ini ia masih lancar mempersiapkan pernikahan mereka sambil memandangi tempat-tempat indah untuk pergi honeymoon.

Kursi empuknya tidak bisa lagi ia gunakan untuk menenangkan diri, bayangan Roy dengan wanita itu masih saja menghantui Gita setiap detiknya. Ingin sekali rasanya Gita menelpon Roy dan menanyakan siapa sebenarnya wanita itu, dan apakan dia alasan Roy meninggalkan Gita dengan dalih membenci kebiasaan yang dimilikinya. Sebagai orang yang ambisius, Gita tidak akan pernah bisa membiarkan apa yang menjadi miliknya malah direbut oleh orang lain tepat di depan matanya.

Royan sudah sangat mengabaikannya sejak ia memilih untuk membatalkan pertunangan mereka, hal itu sangat melukai harga diri Gita yang sejak kecil tak pernah diabaikan oleh siapapun, dan menjadi pusat perhatian semua orang. Semua menganggap dirinya adalah wanita yang sopan, tidak banyak tingkah, dan ditambah dengan parasnya yang cantik kadang membuat Gita lupa dengan dirinya yang sebenarnya.

"Hallo, Ma. Gita kangen, pengen ketemu Mama," kata Gita membuka percakapan dengan seseorang di seberang telepon.

Dengan satu kalimat ajaib itu, wanita yang ada di seberang telepon pada akhirnya mengajak Brigita untuk belanja bersama. Di sinilah mereka sekarang, pusat perbelanjaan mewah yang hanya berisi merk-merk ternama. Brigita menggandeng tangan Tiara dengan lekat, mereka berjalan tak tentu arah sambil menenteng tas belanja mungkin dari semua toko. Orang-orang mungkin mengira mereka berdua dalah ibu dan anak yang mesra, dan selalu bersama.

Bagaimana tidak, keduanya memiliki paras yang cantik, badan ideal, dan bahkan hanya dengan sekedip mata mereka akan tahu bahwa keduanya dari keluarga yang berada. Namun dibalik semua itu tak ada yang tahu bahwa Tiara hanyalah sebuah jembatan, sekaligus pelampiasan dari hubungannya dan Royan.

"Mama mau makan apa?" tanya Gita.

"Mama minum aja, Git. Soalnya nanti malem ada janji mau makan bareng Roy sama Rey," jawab Tiara, mama Royan.

"Oh, Mama kok gak bilang kalau mau makan bareng, nanti dikiranya Gita nyulik Mama lagi," jawab Gita.

"Aduh tenang aja, kan masih nanti malem makan barengnya," jawab Tiara dengan senyum.

Ia merasa bahwa Gita adalah wanita yang cantik, berhati baik, dan sopan dengan orang yang lebih tua. Dengan alasan itulah ia menjodohkan Gita dengan Royan, anaknya yang sangat menyebalkan tersebut. Bagaimana tidak, saat persiapan pernikahan sudah melangkah jauh, yang ada anaknya itu malah berulah dengan membatalkan pertunangannya dengan Brigita. 

Atas dasar itu pula ia akhirnya mengusir Royan dari rumah, dengan harapan bahwa Roy akan mengubah keputusannya dan memilih untuk kembali dengan Brigita karena Tiara tahu anaknya itu memang belum bisa hidup mandiri. Namun keputusan yang diambilnya berbeda ia malah menarik dirinya untuk pindah, dan kabarnya ia sekarang membeli sebuah ruang apartmen.

"Mama udah denger kabar dari Royan soal cewek barunya?" tanya Gita dengan penuh selidik.

Tiara yang mendengar hal tersebut pun membuka matanya lebar-lebar, ia kembali menajamkan indra pendengarannya, untuk memastikan apa yang didengarnya benar.

"Cewek baru?" Tiara menegaskan.

"Iya, Ma. Tadi Gita ketemu mereka kok, naik mobil berdua," jelas Gita.

"Mama sama sekali nggak ngerti soal ini, Git. Mama juga cuma ngajak makan malam aja karena kangen sama Rey," jawab Tiara.

"Coba deh nanti mama tanyain. Ntar kalo dia beneran udah punya cewek kan Gita yang gak enak Ma, ngajakin mama keluar gini." Gita menundukan wajahnya.

"Gak akan semudah itu, Git. Enak aja dia emang anak Mama, tapi harusnya dia jadi cowok harus lebih tanggung jawab dong," sanggah Tiara.

Mereka pun akhirnya sama-sama terdiam karena memang inilah tujuan Gita, ia memang ingin membuat Tiara meradang dan akhirnya menentang keputusan Roy. Tiara memang selalu seperti itu, walaupun Royan sudah memohon untuk percaya padanya tentang sifat asli Brigita, namun ia sama sekali tidak bergeming. Tiara sudah mempercayai Gita seperti anaknya sendiri, dan juga karena memang Gita adalah anak dari sahabat baiknya.

Tiara, dan Gita pun memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan, dan memperbincangkan hal-hal lainnya yang tidak berhubungan dengan Roy. Walaupun tidak memperbincangkannya lagi, namun Tiara akan menagih penjelasan dari anaknya yang tidak tahu diri tersebut. Bagaimana bisa ia udah mendapatkan wanita baru, di saat mantan tunangannya masih berusaha untuk menyembuhkan luka karena sikap Roy.

***

"Oma!" teriak Rey, segera setelah masuk rumah istana tersebut.

"Aduh cucu Oma ganteng banget, kangen ya sama Oma," kata Tiara sambil memeluk Rey.

"Iya, kangen banget sama Oma," jawab Rey.

"Memang Papamu itu egois, orang anaknya kangen begini sama Oma Opa nya," ucap Tiara sambil menatap tajam pada Roy yang kini ada di depannya.

"Sudah ayo makan," ucap papa Roy menyela mereka.

Kalau saja tidak ada Rey di antara mereka, mungkin meja makan mewah ini hanya akan dipenuhi makanan berkelas nan lezat, tanpa adanya percakapan satu kata pun. Ini adalah hal yang biasa karena memang sejak Roy kecil pun orang tuanya akan diam, tanpa menanyakan bagaimana sekolah Royan, dan lain sebagainya, seperti orang tua pada umumnya.

"Mau sampai kapan di Apartmen?" tanya papa Royan tiba-tiba.

"Sampai Royan ada niat buat pindah," jawab Royan singkat.

"Hidupmu makin gak jelas ya, Roy. Mau aja cewek yang sama kamu sekarang," celetuk Tiara.

Mereka pun terdiam sejenak karena ucapan Tiara, dan tentu saja Royan langsung mengetahui bahwa mamanya pasti mendapatkan semua informasi dari wanita yang batal dinikahinya kemarin, Brigita.

"Oh mama udah tau kalau Roy udah punya cewek?" tanya Royan dengan penuh selidik.

"Kok bisa cepet banget, padahal mantan tunangannya masih fokus buat menyembuhkan luka," jawab Tiara.

"Siapa?" tanya Abimanyu.

"Papa kenal kok sama dia, Mama juga udah pernah ketemu sama dia," jawab Royan sambil terus memakan hidangan yang ada di depannya.

"Really?" tanya Tiara yang kini sudah merasa tertantang.

"Yah. Bahkan dia juga sudah pernah kesini." Royan semakin memancing.

"Jadi siapa wanita misterius ini," tanya Abimanyu yang juga nampak tertarik dengan perbincangan anak dan istrinya.

"Rachel," jawab Royan dengan tegas.

"Rachel Mondy?" Abimanyu memastikan.

"Ya!" Royan mengatakan kata tersebut dengan cepat dan tegas.

Tanpa disangka, sebuah senyum timbul di wajah Abimanyu. Sejak saat itulah Tiara sudah menanam niat kuat pada dirinya, bahwa wanita itu harus segera ia temukan, dan harusnya ia hancurkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status