Home / Romansa / DADDY IN BLACK SUIT / BAB IV - Tetangga Baru yang Menyenangkan

Share

BAB IV - Tetangga Baru yang Menyenangkan

Author: The_BlueMoon
last update Last Updated: 2021-09-30 21:05:01

Sejak awal pertemuan saja nyali Rachel sudah menciut, apalagi sekarang dengan santainya pria yang ada di depan Rachel malah menawarkan tumpangan. Kini wanita berambut curly tersebut semakin memandang Rachel dengan tajam. Entah apa yang dipikirkan Royan tadi saat memilih untuk memberikan tumpangan pada Rachel padahal di sampingnya ada wanita yang ia anggap adalah pacar Royan.

"Yuk!" ajak Royan.

"Nggak usah Pak, saya naik ojek online aja, pasti ada kok," tolak Rachel.

"Tetep aja bakalan lama, ini daerah macet kan, dan liat di sekitar sini nggak ada ojek online yang mangkal," jawab Royan.

"Roy! halo! aku di sini juga nih, mau pesen," kata wanita tadi menyela perbincangan Royan dan Rachel.

"Ya situ pesen dulu, Git." Royan melepaskan tangan Gita yang tadi menggapainya.

Rachel semakin bingung dengan apa yang harus diperbuatnya, memang ini adalah kawasan macet yang berarti tidak banyak ojek online berada di sekitar sini. Namun di sisi lain ia tak enak hati dengan wanita yang ada di samping Royan, karena memang ia takut akan terjadi salah paham. Dari kejauhan Adel melihat sahabatnya yang nampak sedang kebingungan, makanan yang harusnya ia habiskan, kini sudah tergeletak pasrah di atas meja, dan Adel lebih memilih untuk menyelamatkan temannya yang lugu itu.

"Rachel yuk balik, aku udah selesai kok," ujar Adel yang langsung menyambar tangan Rachel.

"Eh ... iya, mari Pak, saya duluan," kata Rachel yang tubuhnya sudah ditarik paksa oleh Adel.

Royan menatap dua wanita aneh yang sudah berjalan menuju parkiran tersebut, padahal ia berharap dapat mengantar Rachel, dan meninggalkan Brigita di sini. Sejujurnya sejak tadi ia sudah muak dengan kelakuannya yang minta ini dan itu, bahkan Roy yakin anaknya sudah kelelahan karena harus mengikuti wanita itu berkeliling mall sejak tadi.

"Pah, Rey laper." Rengekan anaknya kini sudah membuyarkan pikiran Royan.

"Iya kan, Roy. Bukan cuma aku yang laper, Rey juga. Lagian kamu kenapa banget sih ngebet mau nganterin cewek yang entah asalnya dari mana," cecar Brigita.

"Udah lah, Git. Aku capek ya dari tadi seharian ngikutin kamu kemana-mana. Kalo ngomong juga dipikir dulu, dari mana kamu ngerti aku gak kenal sama dia? Gak ada hak juga kamu ngatur aku Git, kamu udah bukan tunangan aku, jadi tolong diinget lagi," jawab Royan yang langsung meninggalkannya pergi.

***

Masih sama seperti hari-hari biasanya, ujung minggu adalah hari yang membahagiakan dan sekaligus menjadi hari yang melelahkan. Banyak nasabah prioritas yang menarik hartanya atau mendepositkan harta yang sudah dikumpulkannya selama seminggu penuh. Tentu saja Rachel juga harus sedikit bersyukur karena setidaknya pekerjaannya saat ini tidak seberat saat ia dulu ditugaskan pada customer service.

Langkah Rachel sudah mulai gontai saat memasuki lift menuju apartmennya, tas yang dari tadi ia jinjing rasanya semakin berat. Saat pantulan bayangan dari pintu lift mencerminkan dirinya, Rachel yakin bahwa saat ini wajahnya sudah menjadi tambang minyak.

"Duh, kaya nih kalo bisa jual minyak," gerutu Rachel dengan nada ringan.

"Tante jual minyak?" tanya seorang pria mungil di samping Rachel.

Tentu saja Rachel reflek menarik dirinya ke samping karena ia tak tahu bahwa di sampingnya sudah ada pria mungil berwajah tampan yang menatapnya lekat-lekat. Rey masih terus memandangi Rachel yang masih kaget dengan keberadaannya padahal tadi Rey masuk bersamanya. Pria mungil itu sebenarnya sudah berniat menyapa Rachel sejak tadi, namun nampaknya wanita itu terlalu sibuk memandangi wajahnya, sehingga membuat Rey merasa tidak enak untuk mengganggunya.

"Astaga, kapan Rey masuk lift?" tanya Rachel yang masih nampak kaget.

"Bareng sama Tante," jawabnya polos.

"Kok tante gak liat ya," telaah Rachel.

"Tante sibuk liatin kaca dari tadi." Rey menatap Rachel yang masih nampak bingung.

Lift pun sudah sampai di tujuan mereka, dan tentu saja mereka keluar di lantai yang sama, karena Rachel yakin Rey akan berkunjung ke apartment Royan yang notabene ada di depan unit nya.

"Jadi, Tante pengusaha minyak?" tanya Rey yang sekali lagi memastikan.

"Aduh nggak gitu, Rey. Tadi tante cuma berandai-andai," kata Rachel mencari alasan.

"Tapi minyak emang bisnis yang menguntungkan loh tante," jawab Rey. Tentu saja jawaban tersebut membuat Rachel berpikir seribu kali, bagaima bisa seorang anak kecil yang berusia enam tahun mengatakan suatu hal mengenai bisnis.

"Oke nanti Tante pikir lagi ya," tutup Rachel.

Mereka berdua pun berjalan sambil bergandengan tangan, entah mulai kapan Reyhan sudah menggandeng tangan wanita itu. Pria mungil itu terus mengikuti langkah Rachel yang semakin cepat, karena perbedaan besar antara langkah kaki mereka. Terlihat seorang pria bertubuh tinggi yang juga tak kalah tampan dari anak yang ada di samping Rachel.

"Kok udah naik duluan," ujar Royan dengan nafas yang terengah-engah.

"Bareng Tante Rachel," jawab Rey yang masih menggandeng tangan Rachel.

Royan yang memandang hal tersebut berpendapat bahwa pemandangan yang ia lihat sekarang sangat menggemaskan. Setelah dipikir-pikir pun selain mamanya, Rachel adalah wanita yang bisa cepat akrab dengan Rey, bahkan sampai menggandeng tangannya. Lilly saja tidak pernah merasakan hal tersebut, batin Royan.

"Yaudah yuk balik," kata Royan sambil mengulurkan tangannya.

"Tante Rachel juga," jawab Rey yang juga memberikan tangannya yang kosong pada Royan.

Mungkin jika ada orang yang melihat mereka, ia akan berpendapat bahwa mereka adalah keluarga kecil bahagia, yang baru saja menjeput putra tampannya pulang dari sekolah. Rachel sendiri juga semakin salah tingkah padahal ia sendiri juga tak tahu karena apa. Mereka masih berjalan bersama di lorong, sambil tertawa karena obrolan kecil mereka, hingga sampai pada ruang masing-masing dan berarti Rey harus melepaskan genggamannya.

"Say thank you," kata Royan.

"Terima kasih Tante Minyak," kata Rey pada Rachel yang kini sudah bingung dan menahan tawanya.

"Kok Tante Minyak?" tanya Royan yang juga sambil menahan tawanya.

"Tadi Tante katanya mau jualan minyak Pa, biar kaya." Royan mengalihkan pandangannya pada Rachel yang sudah menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa.

Rachel pun berpamitan untuk masuk terlebih dulu, dan disusul keduanya yang sudah membuka pintu mereka. Setelah semua kejadian itu Rachel merasa bahwa penat yang ada di kepalanya, dan beban yang ada di pundaknya sudah menghilang. Badannya terasa ringan, dan kini senyum merekah di wajahnya karena candaan Rey soal pengusaha minyak. Namun tiba-tiba Rachel terpikirkan sesuatu yang tadi sempat ia lewatkan. Otaknya kembali berputar sambil membersihkan make up di wajahnya.

"Tadi masa iya Rey manggil Royan, Pa?" gumam Rachel dengan suara lirih.

Ah, gak mungkin -- batin Rachel.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DADDY IN BLACK SUIT   BAB LXV - Langkah yang Salah

    Rachel mengira dengan dirinya datang ke acara tersebut semua akan berjalan seperti biasa. Toh ini juga bukan sekali dua kali ia menghadiri acara serupa. Namun, jauh di depan sana, ada hal yang sangat Rachel sesali setelah memutuskan untuk datang ke rumah Rara hari ini. Kecanggungan juga masih jelas terasa di antara jarak yang memisahkan Mike dan Rachel setelah percakapan sebelumnya."Sebentar lagi kita masuk ke pekarangan rumah Bu Rara. Saya mohon maaf tidak bisa menunggu karena sedang ada pekerjaan lain. Tolong nanti segera kabari saya, Bu Rachel." Mike memecah keheningan dengan menyampaikan informasi yang sebenarnya Rachel juga sudah mengetahuinnya.Rachel hanya mengangguk tanda setuju, ia juga tidak ingin merepotkan Mike dengan membuatnya menunggu di sini. Karena ia pun tahu bahwa saat ibu-ibu sosialita ini berkumpul, tak akan cukup satu dua jam menyelesaikannya. Pekarangan rumah Bu Rara memang tidak semegah rumah ibu-ibu yang lain, namun tak kalah indah dengan milik Rachel. Bunga

  • DADDY IN BLACK SUIT   BAB LXIV - Sebuah Celah

    Setelah kepindahan mereka ke rumah baru, seperti dugaan semua berjalan lancar. Royan dan Rachel bisa lebih mengendalikan waktu mereka sehari-hari. Sesekali keduanya juga mengunjungi Abimanyu dan Tiara. Semua seakan baik-baik saja, tidak ada pertengkaran apalagi tangisan Rachel yang biasanya terus mengalir saat masih di apartmen."Babe, aku harus ke luar kota lumayan lama." Royan membuka pembicaraan mereka di meja makan."Ada urusan penting, Mas?" tanya Rachel yang masih sibuk menyiapkan sarapan sambil mendengarkan Royan."Iya, mau ada proyek baru di luar pulau. Semuanya aman sih, cuma emang ada aja yang cari masalah. Jadi Mas harus ke sana sendiri," jawab Royan menjelaskan."Oh, yang mau ada proyek besar itu. Kemarin ibu-ibu juga banyak yang bilang kalo suaminya pada pulang telat karena ada proyek baru. Aku udah pede banget nih karena Mas masih di rumah. Eh ternyata sama aja nasibnya, haha." Rachel bercanda untuk memastikan pada Royan ia akan baik-baik sa

  • DADDY IN BLACK SUIT   BAB LXIII - Tak Diundang

    Wajah yang tadi penuh harapan kini berubah seketika saat ia melihat hanya ada satu garis pada benda pengukur kehamilan itu. Dunia Rachel seakan runtuh sekali lagi, karena ia tadi sudah sangat berharap untuk melihat dua garis di sana. Dari luar kamar mandi, Royan mendengar sayup-sayup tangisan Rachel, dan sudah bisa mengetahui apa yang terjadi di dalam sana. Dengan secepat kilat, ia segera masuk ke dalam, dan menemukan Rachel yang sedang terduduk lemas di lantai serta masih memegang erat benda putih tersebut."Mas, kapan aku bisa hamil," isak tangis Rachel membuat kata-katanya terbata."Sabar. Dia bakal datang kalo udah waktunya, Chel. Semua udah ada yang atur, toh kita juga udah usaha." Royan menenangkan istrinya."Tapi aku juga pengen bahagiain Mas Roy," katanya sekali lagi."Siapa bilang kamu belum bahagiain aku? tiap hari aku udah bersyukur kamu ada di sini, Chel. Yang penting kamu sehat, happy, dan nggak terterkan, Mas udah seneng banget," jelas Royan

  • DADDY IN BLACK SUIT   BAB LXII - Home Sweet Home

    Setelah mendengar kabar bahwa Papanya akan dioperasi hari ini, Royan segera bergegas menuju rumah sakit yang sudah diberitahukan oleh Tiara melalui telepon. Suara mamanya itu nampak khawatir dan juga sedang terdengar menangis. Royan semakin laju mengemudikan mobilnya, membelah ramainya Ibu Kota berharap bahwa mereka bisa sampai di sana sebelum operasi berlangsung. Kemarin saat mereka mengunjungi rumah utama, Royan sudah menanyakan hal tersebut pada Abimanyu, dan papanya itu mengatakan bahwa sudah ada jadwal operasi minggu depan.Entah apa yang terjadi, kini papanya sudah berada di sana dan bersiap untuk operasi darurat. Rachel yang baru merasakan hal ini iku terkejut, dan tidak tahu harus berbuat apa. Tadi saat di taman, ia bersegera mengemasi barang bawaan mereka dan menggendong Reyhan tanpa membangunkannya. Karena jika anaknya itu mengetahui kondisi Opanya yang sedang serius, bisa saja ia malah menangis tak tertahankan. Dalam hati Rachel terus berdoa pada tuhan agar memberi

  • DADDY IN BLACK SUIT   BAB LXI - Maaf

    Royan memarkirkan mobilnya sembarangan di halaman rumah utama, ia melihat bahwa mobil yang biasanya dikendarai oleh Mike juga berada di sana. Royan masuk dengan terburu-buru membuat para pekerja yang menyapanya tidak ia hiraukan. Langkah kakinya semakin cepat menuju ruang tengah yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul. Benar saja, Rachel, Rey, Tiara, Abimanyu, dan juga Mike ada di sana. Entah apa yang dilakukan pria itu bersama mereka, namun biasanya ia sama sekali tak pernah bergabung saat keluarga besarnya sedang bersama."Malem, Ma, Pa." Royan masuk dan langsung menyapa kedua orang tuanya."Udah sampai, Roy. Duduk dulu, abis ini kita makan bareng," kata Tiara."Oke, Ma. Royan mau ganti baju dulu sama beres-beres gerah banget ini," kata Royan memberikan kode untuk Rachel agar mengikutinya ke kamar atas."Rachel ke atas juga ya, Ma. Mungkin Mas Roy lagi butuh bantuan," pamit Rachel pada kedua mertuanya, dan diberikan persetujuan oleh Tiara.Rach

  • DADDY IN BLACK SUIT   BAB LX - Kehidupan yang Berbeda

    "Pa, hari ini kita jalan-jalan yuk," kata Reyhan yang sudah berlarian menuju Royan."Gimana kalo akhir minggu? Papa hari ini pengen istirahat banget," rayu Royan."Oh, Papa lagi capek ya? Yaudah kalo gitu, nanti aja kalo Papa udah nggak capek," jawab Rey pengertian.Rey segera berlari kembali menuju kamarnya, kini ia sudah tidak mau tidur bersama Rachel dan Royan, dan bahkan dengan suka rela langsung menuju kamarnya sendiri. Rachel sadar bahwa keinginan anaknya kembali ditolak oleh Royan, melihat bagaimana reaksinya tadi sepertinya Royan kembali menjanjikan hari lain karena sedang sibuk. Sebenarnya Rachel juga ingin membujuk suaminya itu demi Rey, tapi apa daya jika sudah masuk dalam kesibukan, Royan tidak akan bisa lepas.Kehidupan mereka masih berjalan seperti biasanya, tidak ada yang spesial selain Rachel yang kini sudah seperti boneka berjalan. Mengantarkan Rey di pagi hari, kembali dan membersihkan rumah, lalu setelahnya ia akan menghadiri bebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status