Share

BAB VI - Bisa Bantu Aku?

Suasana makan malam di keluarga Abimanyu semakin terasa dingin setelah Royan dengan santainya mendeklarasikan bahwa ia memang sudah memiliki wanita lain di hatinya. Walaupun hati Eva serasa bergemuruh, namun ia tidak bisa melakukan apapun karena suaminya nampak menyetujui hubungan tersebut. Tanpa disangka malaikat kecil yang menyayangi Oma nya juga ikut berpendapat tentang kisah cinta papanya.

“Tante Rachel baik banget loh, Opa. Kemarin Rey ditolongin naik lift,” kata pria mungil tersebut.

“Kok bisa ditolongin sama Tante Rachel, emang Rey mau ke mana?” tanya Abimanyu penasaran.

“Mau pulang. Tante Rachel rumahnya pas ada di depan rumah kita. Iya kan, Pa?” jawab Rey dengan polos.

“Ya!” sahut Royan singkat.

Bagai jatuh tertimpa tangga, saat ini Eva tidak lagi memiliki kekuatan untuk berdebat, ataupun hanya sekedar menanggapi obrolan dari suami, anak, dan cucunya tersebut. Ia masih belum bisa menerima semua ini, karena baginya Brigita lah yang seharusnya ada di posisi itu, bukannya Rachel.

***

“Chel, bisa bantu aku?” Suara tegas Royan sangat terdengar melalui telepon.

“Kenapa, Pak Roy? Saya masih ada tugas,” jawab Rachel yang masih kebingungan dengan tumpukan dokumen di depannya. Mau tak mau ia harus tetap menjaga kesopanannya pada Royan, karena memang pada dasarnya Roy juga merupakan salah satu nasabah prioritas di tempatnya bekerja.

“Kapan selesai?” tanyanya lagi.

“Mungkin sekitar setengah jam lagi, Pak,” jawab Rachel setelah memandang ke arah jam yang melekat di dinding.

“Tolong bantu aku jemput Rey, bisa?” Suara Royan yang tadi terdengar jelas, kini mulai sedikit terputus. “Aku lagi ada kerjaan penting di luar kota,” lanjutnya.

Karena Royan kemarin sudah dengan suka rela mengantarnya ke tempat kerja, mungkin ini juga menjadi sarana yang baik untuk Rachel membalas budi. Karena memang ia tak suka berhutang pada siapapun, baik secara materi ataupun jasa.

“Sekolahnya Dek Reyhan di mana ya, Pak?” tanya Rachel.

“Aku kirim lewat chat. Sebelum koneksiku hilang,” tutup Roy secara sepihak.

Dalam hati memang Rachel ingin sekali mengutuk pria tampan berwajah malaikat tersebut, namun nampaknya pria itu memang sedang berada di saat-saat genting, hingga harus mengorbankan harga dirinya untuk meminta bantuan Rachel, yang merupakan orang asing. Rachel juga harus mencatat baik-baik pada pikirannya, bahwa ada kemungkinan hubungan antara keluarga Pak Abimanyu, dan Royan sedang tidak berjalan dengan baik, karena alih-alih menelpon keluarganya, yang ada Royan malah meminta bantuan tetangga rumahnya.

Pesan masuk.

“TK Rey: TK Harapan Indah. Pulang: 15:00. Thank You.

Wah, dia benar-benar orang yang kaku, batin Rachel. Mungkin ini adalah pesan tersingkat yang pernah diterima oleh Rachel dari seorang pria. Namun memang ada yang membuat Rachel merasa kagum, Royan bahkan tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih. Padahal sebagian besar orang, terutama mereka yang sudah memiliki tahta, pasti susah mengucapkan kata tersebut.

Rachel sangat bersyukur bahwa ia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, dan dapat meminta ijin untuk pulang terlebih dulu, dengan alasan akan menjemput keponakannya dari luar kota. Saat mengetahui di mana TK Rey, dengan bantuan mesin pencarian. Kini Rachel merasa dilema harus menjempunya dengan apa, karena memang ia tak bisa menyetir, dan sekolah itu cukup terpandang jadi ia tak ingin Rey harus dicap jelek, hanya karena ia menjemputnya dengan menggunakan ojek online.

Setelah pertimbangan tersebut, ia memutuskan untuk menelpon taksi langganannya, saat masih awal bekerja, setidaknya ini lebih sedikit berkelas. Ada rasa gugup karena ia takut bahwa guru di sana tidak mengijinkan Rachel membawa Rey, dan Royan pasti tidak bisa membantunya untuk menjelaskan pada guru Rey, karena masalah koneksi. Pada akhirnya Rachel akan menggunakan alasan bahwa ia adalah tante dari Rey, dan ia juga sudah mempersiapkan bukti pesan dari Royan yang tadi ia kirimkan.

“Permisi, saya mau jemput Reyhan,” kata Rachel yang kini sudah berada di sekolah Rey.

“Ah, jadi ini mamanya Reyhan, ya. Tadi papanya sudah telpon, kalau hari ini Rey dijemput sama mamanya,” ucap wanita berkuncir kuda tersebut.

“Eh … jadi sudah dikabari, ya.” Rachel masih mencerna kata ‘mamanya’dan ‘papanya’.

“Benar. Rey juga sudah nunggu mamanya, sampai ketiduran,” jawab guru tersebut sambil menunjuk Rey yang sudah tertidur di sofa ruang guru.

Bahkan saat seperti ini pun, Rachel merasa bahwa Rey sangat tampan. Jujur saja ia sangat penasaran dengan rupa ayah, dan ibu Rey. Namun sekilas Rachel berpendapat bahwa Rey sangat mirip dengan Royan, dari rambut dan kulitnya, mungkin karena faktor gen.

Dengan lembut, Rachel mengangkat tubuh mungil itu ke dekapannya. Ia tak ingin Rey terbangun dari tidurnya, karena memang ia terlihat sangat lelah. Wanita berkuncir kuda tadi juga membantu Rachel dengan membawakan tas milik Rey hingga masuk ke dalam taksi yang tadi masih setia menunggunya. Setelah mengucapkan terima kasih, dan berpamitan Rachel sesegera mungkin meninggalkan taman kanak-kanak yang uang semesternya mungkin lebih tinggi dari jamannya kuliah dulu.

Rachel merasa sedikit lega, karena tidak harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berat karena memang sebenarnya ia hanyalah orang asing yang diberikan amanah untuk menjaga pria kecil tampan ini. Yah, walaupun Rachel mengira semua berjalan dengan lancar, nyatanya ada seorang wanita yang sebenarnya sudah mengawasi Rachel sejak tadi.

***

Mata mungil yang dihiasi dengan bulu lentik itu mulai mengejap. Tangan mungilnya mulai bergerak tidak teratur, dan kaki-kaki nya merenggang tanda untuk mengaktifkan kembali seluru anggota tubuhnya. Rey masih belum menyadari ia sedang berada di mana, ia hanya merasa nyaman dengan kasur empuk yang ditidurinya, dan aroma lavender dari lilin aroma terapi yang nyala di nakas sebelahnya tidur.

Berbeda dengan kamar yang ia huni bersama papanya, kamar ini sangat nyaman dengan nuansa warna putih. Sampai akhirnya ia tersadar bahwa ini bukanlah rumahnya. Namun sebelum banyak pertanyaan masuk pada otak kecilnya, seorang wanita yang tak asing, masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi berbagai camilan yang terlihat menggoda.

“Tante!” sorak Reyhan kegirangan.

“Eh, Tuan Muda udah bangun ya, ini Tante bawain camilan,” kata Rachel dengan senyum sumringah.

“Wah, tadi Rey kira mama hidup lagi, hehe.” Rey mengatakan hal tersebut dengan sangat santai, sembari memandangi apa yang dibawa oleh Rachel.

Rachel yang awalnya ingin bermain dengan Rey, kini terdiam di tempatnya berdiri setelah memberikan nampan tersebut pada Reyhan. Sama sekali tak terpikirkan olehnya bahwa Mama Rey yang selama ini ia bayangkan, sudah pergi dari dunia ini. Bahkan Rey mengatakannya dengan lantang, dan tanpa merasa terganggu seakan ia sudah benar-benar merelakannya.

“Tante kok nangis!” Tanpa di sadari tangan mungil Rey sudah berada di pipi tembam Rachel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status