Share

DALAM DEKAP DERITA
DALAM DEKAP DERITA
Penulis: Rezquila

#1

“Josh aku hamil,” lirih Tatu pada pria iris abu gelap yang duduk nyaman di hadapannya.

“APA!!” teriakan nyaring Josh sudah menandakan bahwa pria itu sangat terkejut. Sontak berdiri berjalan mondar-mandir dan berkacak pinggang.

“Iya aku HAMIL!!” sungut Tatu tegas, ikut berdiri. Menatap nanar pria yang juga sedang berkacak pinggang memicing padanya.

“Bukankah kamu selalu meminum pil-mu?” cecar Josh dengan kepala ia miringkan dan pandangan menyelidik.

“Kamu pikir aku sengaja menjebakmu? mati saja kau!” umpat Tatu tidak terima. Ia tidak tahu kehamilannya adalah anugerah atau musibah. Dokter pernah memvonisnya akan susah memiliki keturunan karena riwayat penyakit yang ia derita. Bahkan ia masih harus terus mengkonsumsi pil dan juga obat-abatan supaya ia tidak merasakan kesakitan saat periodenya datang.

“Lalu bagaimana kamu bisa hamil?” Josh mengacak rambut tembaganya kasar.

“Kamu lupa, berapa puluh kali kita beecinta? hah!?” sanggah Tatu dengan mata berapi-api. Dadanya naik turun, emosinya meledak seperti gunung berapi yang menyemburkan lavanya.

“Kamu lupa? Pil sialan itu buatan manusia? dan anak dalam rahimku ini adalah hasil perbuatanmu,” cicit Tatu nelangsa, menghempaskan pantatnya pada sofa empuk apartemen Josh. Harapannya untuk bahagia terhempas.

“Ania, yang kamu minum memang pil kontrasepsi atau kamu salah? Jangan-jangan yang kamu minum adalah vitamin?” tuduh Josh masih tidak percaya, sulit rasanya menerima pada detik itu. Kasusnya sedang banyak, seharusnya Ania panggilan kesayangannya untuk Tatu datang kepadanya untuk memanjakan, memadu kasih, dan mendesah nikmat di bawahnya. Bukan malah berteriak dan mengumpat kasar padanya.

Mendekati Tatu dan duduk disampingnya, ia raih tangan gadis. Bukan ia sudah mengambil kegadisannya. Ah, Sialan! Feromon perempuan disampingnya begitu kuat, hanya bersentuhan saja sesuatu yang tersembunyi bergejolak, seperti sangat hapal dengan pasangannya. "Tenanglah, coba kau ingat-ingat lagi, mungkin kau lupa meminumnya?"

“Aku tidak bodoh, Josh. Jelas sekali itu pil yang selalu dokter resepkan untukku. Dan aku tidak pernah lupa. Seharusnya kamu memakai kondom kalau kamu tidak ingin aku mengandung anakmu!” ucap tatu masih dengan nada yang tidak bersahabat. 

Tentu saja.

"Itu tidak enak, aku tidak menyukai benda itu. Sangat merepotkan," kilah Josh.

Nah! Jawaban Josh menjelaskan semua bukan. Siapa yang ingin bersahabat dengan pria brengsek seperti itu, tapi dengan bodohnya ia malah melemparkan diri. Menenggelamkan diri sendiri dalam lumpur dosa, padahal dulu ia sering mewanti-wanti sahabatnya untuk bisa menahan diri apalagi dengan lelaki bule.

Ia bahkan melupakan kegiatan setiap minggunya mengikuti kajian di Majlis Ta'lim yang tak jauh dari kost. Dia malah sibuk bercinta dan memadu kasih dengan pria menjijikan yang sedang menatapnya dengan pandangan yang, entahlah Tatu malas menatap pria itu lama-lama.

Mungkin jika Lara mengetahui, ia akan dikuliti hidup-hidup. Ia pikir Josh adalah pangeran baik hati dan penyayang seperti Gary. Yang sangat menyayangi Lara, rela melakukan apapun demi sahabatnya, bahkan rela berpindah keyakinan demi menikahi Lara. 

Iri. Tatu sangat iri. 

"Aku pikir kau berbeda Josh .... "

Pada awalnya, ia pikir Josh tidak berbeda jauh dengan Gary, lelaki itu manis di awal, tapi ternyata pahit di akhir. Ketakutan akan dibuang dan ditinggalkan tentu saja ada, tapi pantang bagi Tatu untuk mengemis. Ia sudah merasakan sakitnya tidak dihargai oleh keluarganya. Mencoba menyandarkan hati pada pria yang duduk disampingnya, yang masih memandang dengan tatapan mesum khas Josh. Ternyata nyali pria itu tidak lebih besar dari kelaminnya.

“Ania sayang, dengarkan aku ....” panggil Josh dengan suara nyaris berbisik, berharap emosi kekasihnya mereda. Membawa tangan mungil itu ke bibirnya dan mengecup dengan penuh kasih.

“Berhenti memanggilku Ania, aku tidak mau kau aniaya,” desis Tatu yang membuat Josh sedikit menahan gelitikan untuk tertawa. Kekasih yang ia kenal memang humoris dan sering melontarkan candaan. Josh berharapan candaannya akan meluluhkan emosi Tatu.

“Baiklah, aku tidak bermaksud menganiaya kamu, Baby. Aku hanya menawarkan kesepakatan,” ucap Josh dengan suara ia rendahkan. Tidak mungkin melawan perempuan di hadapannya, kelabilan emosi akan mempengaruhi kesehatan juga janinnya. Josh terkejut, memang. Tapi setelah ia pikir dan menimbang, bukankan dia bukan pengecut? Dia pengacara kelas Internasional. Sudah banyak kasus ia pecahkan.

" Redakan emosimu, itu tidak baik untuk janinmu ..." Josh melunak, hanya masalah kehamilan kekasihnya tidak lantas membuatnya akan murka dan hilang kendali. Kecuali perempuan ini tidak memakai apapun, sudah pasti akalnya akan hilang saat itu juga. ‘Ck’ saat marah pun Ania-nya masih sangat menggemaskan.

“Kesepakatan katamu!?” kekehan frustasi dari bibir Tatu membuat Josh meringis. Dia memang ahli dalam membuat kesepakatan sesuai profesinya. Namun kali ini kata-katanya seperti hilang tertelan iris coklat pekat yang menatap bengis bagaikan musuh.

Look, Baby. Aku belum mengatakan apapun. Setidaknya dengarkan aku dulu,” ucap Josh mencoba bersabar, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan.

"Tatap aku, Sweetie ...."

Dia benci merasa gugup di hadapan seorang perempuan, itu bukan gayanya sekali. Aura magisnya biasanya akan membuat perempuan menggelepar di bawahnya. Namun perempuan yang mengaku mengandung anaknya ini memang selalu berbeda. Rayuan mautnya bahkan sulit menembus benteng egonya, hanya selaput daranya saja yang berhasil ia tembus dengan mudah. Eh!

“Lalu apa yang akan kau katakan? menuduh ini bukan anakmu? atau apa?” ucap Tatu dengan tidak sabar, dia sudah menempuh perjalanan jauh untuk menuju apartemen pria yang mengaku kekasihnya, tapi malah terkejut saat ia mengaku hamil. Seharusnya dia tertawa bahagia seperti pasangan luar negeri yang selalu ia lihat di televisi maupun di media sosial.

Karena gemas perkataannya selalu di potong, Josh meraih dagu perempuan mungil di hadapannya, memagut bibir itu dengan kasar. Tatu yang terkejut, dengan spontan memukul pipi Josh hingga tautan bibir mereka terlepas.

“Bisa ga sih Josh, kamu hilangkan sifat mesum kamu. Hilangkan dulu nafsumu. Aku sedang panik. Aku ingin menyelesaikan hari ini juga!” Tatu bangkit menjauh dari jangkauan Josh, dia emosi, tapi dia tidak menampik berdekatan dengan lelaki itu melemahkan imannya.

“Maaf, aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku merindukanmu. Aku membayangkan kau datang dan kita memadu kasih. Bukan membahas hal yang tidak penting,” sela Josh dengan nada enteng. Membuat Tatu semakin meradang.

“Tidak penting katamu!? Aku harus menanggung malu nanti Josh. Aku belum menikah tapi aku sudah hamil!” jerit Tatu tak bisa mengendalikan diri, matanya mengembun. Ia segera mendongakkan kepala, menghalau rasa panas di kelopaknya. Dia harus kuat, tidak mau terlihat lemah di depan lelaki tidak berperasaan yang duduk dengan menyangga sebelah kaki pada paha yang lain, juga kedua tangan tersandar santai di lengan sofa, seperti juragan yang menati kekasih hati melemparkan diri.

“Kamu bisa tinggal denganku, tidak akan ada yang menggunjingmu, aku menerima kehamilanmu, Baby. Itu bayiku.” kata Josh dengan yakin, apa yang harus dikhawatirkan. Josh tahu itu memang anaknya, karena ia percaya Tatu hanya berhubungan badan dengannya sejak pertama kali. Dia yang pertama untu perempuan manis itu, ingat?

“Maksud kamu? Kumpul kebo gitu? Sialan kamu Josh.” murka Tatu, ia mengambil buku di rak samping tempat ia berdiri. Melempar dengan membabi buta semua buku yang tersusun rapi  ke arah pria yang masih berekspresi biasa saja.

Dia bukan jalang, yang akan hidup dengan pria yang bukan suaminya. Dia memang berdosa karena sudah berzina. Namun dia tidak akan menambah banyak dosa dengan tinggal berdua saja dengan pria yang sudah membuatnya harus menanggung derita lain dalam hidupnya.

“Bukan kumpul kebo, Baby. Apa itu kumpul kebo?” tanya Josh tidak mengerti istilah yang Tatu berikan. Tatu berdecak, ekspresi menjengkelkan Josh membuatnya semakin ingin melempar pria bertubuh besar seperti kuda nil itu ke neraka.

“Sama saja, itu istilah kami untuk hal yang kamu maksud. Kamu ingin kita living together bukan?” geram Tatu, perutnya sedikit nyeri karena emosi yang sedari tadi menguasainya.

“Bahkan Brad Pitt dan Angelina Jolie hidup bersama hingga anak mereka besar, CR7 dan Georgina juga. Mengapa kita tidak … ” sanggah Josh meyakinkan, masih dengan ekspresi menyebalkan.

“Aku bukan mereka Josh, aku bukan artis. Aku hanya rakyat jelata, yang akan di cibir tetangga kala kamu terlambat pulang, yang akan menjadi gosip satu kampung saat tahu  perutmu membesar tapi kamu belum ke KUA, saat kamu sukses tapi dikira ngepet. Ini negaraku Josh. Indonesia, bukan Irlandia, atau Italia.” rengek Tatu, meluruhkan pundak yang terasa berat, emosi menguras tenaganya. Ia ingin pulang, merebahkan diri. Hati dan jiwanya lelah menghadapi pria tidak peka dan tidak punya empati yang masih duduk dengan nyaman di sofa empuknya. Sementara dirinya berdiri di sudut ruangan dengan hati tercabik dan terluka dengan kepanikan luar biasa.

“CR7 di Portugal, Baby, kalau kamu lupa,” ucap Josh membenarkan perkataan Tatu, yang membuat wajah Tatu semakin merah menahan emosi. Dia muak mendengar lawakan tak lucu Josh.

“Persetan dengan mereka Josh, aku tidak peduli. Yang aku butuhkan hanya keputusanmu. Menerima bayi ini dan menikahiku atau tidak … “ lirih Tatu tak berdaya, mendekat ke arah Sofa meraih sling bag yang ia letakkan di sana.

Baby, tenanglah. Aku sudah mengatakan aku menerima bayi kita. Duduklah, aku akan mengambilkan minum. Kamu terlihat berantakan.” Josh berdiri dan berjalan menuju pantry, bermaksud memberikan minum untuk kekasihnya.

“Aku tidak membutuhkannya Josh! LIHAT AKU! Aku tanya sekali lagi … “ teriak Tatu, ada jeda di sana, Josh berbalik menatap Tatu dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Iya atau tidak!?” tanya Tatu untuk terakhir kali, ia bertekad tidak akan pernah menginjakkan kakinya ke rumah ini lagi, ke tempat sumber kutukan ini lagi, sumber penderitaan baru untuknya.

“No baby!”  ucap Josh dengan gelengan.

Berakhir.

Hidupnya.

Cintanya.

Masa depannya.

Kebahagiannya.

Hacur, seperti jiwanya.

Dengan segera  Tatu memutar tumitnya. Dengan langkah lebar ia berjalan keluar dari neraka yang sudah membakar habis kehidupannya, dunianya sudah hancur menjadi debu. Hilang terbang tertiup angin, tak ada yang tersisa. Membulatkan tekad, ia akan menghapus pria durjana itu dari hidupnya. 

Inilah akhir impian semunya. Sampai di depan lobby beruntung ada taksi yang sedang menurunkan penumpang, Tatu bergegas masuk, memberikan alamat yang ia akan tuju. Air mata berurai dengan deras, menganak sungai membanjiri pipi. Seharusnya ia menyadari, penderitaannya tidak akan pernah berakhir.

Tuhan memang sudah menggariskan hidupnya akan selalu menderita. Berapapun sedekah yang sudah ia keluarkan, berapapun kebaikan yang sudah ia tabur, Tuhan masih belum mau memberinya sedikit saja kebahagiaan.

Jiwanya seakan mati, mengharapkan ada sedikit cinta untuknya, seseorang yang siap menjadi sandaran, siap menjadi penopangnya. Namun semua nihil, semua hanya impian semu yang hanya akan menjadi abu.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Riani Handoko
parah bnht kamu Josh sblm mendptkn Tatu km blng nerima dia dn gak sprti laki" lainya ternyta km lbih bruk
goodnovel comment avatar
Apriliana Yohana
aduh Tatu ko bisa-bisanya kamu nyerahin diri kamu ke Josh, padahal kalian belum menikah. hancur semua harapan dan impian Tatu ............
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Hancur sudah hati Tatu....Josh tak mau bertanggung jawab atas kehamilannya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status