Share

# 7

Author: Rezquila
last update Last Updated: 2021-12-04 12:57:55

“Ta, kamu ga apa-apa?” tanya Ayu mendekap Tatu yang gemetaran

Sementara, kakak tirinya melarikan diri setelah sebagian penghuni kost berhamburan dan berteriak meminta tolong. 

“Minum dulu, Ta,” Dinda salah satu penghuni kost lain mengulurkan mug teh hangat untuk Tatu minum. Air mata masih menganak sungai dari kelopak mata bulat milik Tatu. Hanya beberapa tegukan, penghuni kost lain dan beberapa warga terdekat masih berkerumun di depan kost. Ya, mereka memang mengenal Tatu. Karena semenjak mulai bekerja di pabrik Fiskar lima tahun lalu. Tatu tidak pernah berpindah kost, dan ia tidak ragu untuk bersosialisasi terhadap warga sekitar. 

“Neng Tatu, atuh kenaon … “ Bu Iroh, penjual pecel depan kost berhambur masuk, logat khas sundanya menggema di kesunyian kamar Tatu. Dinda, Mbak Ayu dan beberapa penghuni kost hanya menemani dan menenangkan Tatu yang masih gemetaran, dan menangis tanpa suara.

“Ada yang mau jahatin Tatu, Bu,” jawab Dinda dengan suara pelan. Mereka masih syok, karena penghuni kost yang memang khusus putri, dan tidak ada satpam yang mengawasi. Tentu kejadian Tatu malam ini membuat mereka khawatir.

“Aku ga apa-apa, Bu,” sela Tatu dengan suara parau. 

“Udah makan belum, Neng? Ibu bikinkan pecel ya?” tawar Bu Iroh. Biasanya pulang kerja Tatu akan memesan soto atau pecel telor. Tapi beberapa hari Tatu tidak ke warungnya.

“Makasih, Bu. Tatu udah makan tadi, pengen tidur aja,” ujar Tatu, suaranya parau dan sengau.

Mbak Ayu mengelus punggung Tatu menawarkan diri, “Aku temenin ya, Ta? Tidur sini?” 

“Iya, Ta. Biar Mbak Ayu temenin,” sambar Dinda. Tatu mengangguk menyetujui. Ya, dia butuh teman kali ini. Sebelum kehamilannya, Tatu akan di jemput Josh, dan beberapa hari dari seminggu pasti ia akan menginap di apartemen pria itu. Kecuali Josh ada pekerjaan di luar negeri.

“Makasih semuanya, maaf sudah merepotkan,” ucap Tatu, pada orang-orang yang sudah perhatian dan menenangkannya.

“Ga usah sungkan, Neng. Kalau ada apa-apa ke Ibu juga boleh,” timpal Bu iroh” Tatu hanya mengangguk.

Selepas kepergian mereka, suasana menjadi sunyi. Tatu berpamitan membersihkan diri pada Mbak Ayu. Air mata masih menggenangi pelupuk matanya, mengambil air wudhu Tatu ingin memohon ampunan. Tapi rasa tak pantas menggelayuti hati. Kesialan seperti datang bertubi-tubi, sepertinya Tuhan memang sedang murka padanya.

“Ta, lama amat sih, kamu ga pingsan ‘kan?” Mbak Ayu menggedor pintu kamar mandi.

“Ga, Mbak. Bentar lagi,” seru Tatu. Tak lama ia keluar, membawa handuk dan menyampirkan pada tempat handuk yang ada di luar kamar mandi. Ia segera menjalankan ibadah, setelah itu berbaring di ranjangnya.

“Sini, Mbak!” Tatu menggeser badannya, mempersilakan Mbak Ayu tidur di sampingnya. Tempat tidur Tatu hanya spring bed queen size. Yang ia beli beberapa tahun lalu, dengan gaji pertamanya. Karpet Turki KW menjadi alasnya. Mbak Ayu yang duduk bersandar pada nakas kecil di samping tempat tidur Tatu menatap lamat-lamat

“Ta, sorry ni. Lelaki itu siapa? Cowok yang naksir kamu apa gimana?” tanya Mbak Ayu memberanikan diri, demi memupus rasa penasaran dan jiwa keponya.

“Itu kakak tiri aku, Mbak. Sedang dalam perjalanan menyebrang mungkin. Dia kernet truk,” info Tatu singkat.

“Kakak tiri? Kok bisa mau perkosa kamu sih?” timpal Mbak Ayu dengan nada jengkel, memutar badannya demi memberi atensi pada Tatu seluruhnya.

“Dari kecil memang suka iseng, Mbak. Apalagi kalau kemauannya tidak dituruti, aku sering di pukul, dulu. Tapi tidak tahu, kenapa tadi Mas Ganjar seperti itu,” ucap Tatu dengan pandangan menerawang. Hatinya hancur, kakak tirinya sudah keterlaluan. Mengusap lehernya, tiba-tiba Tatu panik. Berdiri dan menuju ke kaca panjang di sudut. 

“Ada apa, Ta?” Mbak Ayu juga ikut berdiri, heran dengan Tatu yang tiba-tiba panik.

“Kalung aku, Mbak. Ga ada di leherku, jatuh di situ ga ya mbak?” Tatu berjalan ke arah Ganjar menghambur isi tasnya. Masih  meraba-lehernya.

“Jangan-jangan masmu tadi ga niat perkosa kamu, tapi mau narik kalung kamu, Ta. Coba aku lihat,” Mbak Ayu berspekulasi, melihat leher Tatu yang memerah bekas gesekan.

“Gimana mbak?” tanya Tatu panik.

“Merah baret, Ta. Keknya emang iya. Dompet kamu ada ga?” tanya mbak Ayu lagi. Tatu memeriksa setiap sudut kasurnya. Dompet yang tadi sempat ia dan kakaknya perebutkan terlempar di ujung kasur. Tatu bernapas lega.

“Ada, Mbak. Makasih mbak udah di ingetin,” ucap Tatu tulus. Tubuhnya terkulai lemas, di situ ada ATM yang diberikan Josh, isinya Tatu tak pernah tahu. Karena ia hanya menggunakan dalam posisi kepepet.

“Ya udah, istirahat aja. Beresinnya besok aja ya?” tawar Mbak Ayu, Tatu menyanggupi. Mbak Ayu mengunci pintu kamar, dan segera merebahkan diri di samping Tatu.

“Makasih, Mbak. Udah mau nemenin aku,” ucap Tatu tulus. Walau suka membuat kesal, Tatu beruntung Mbak Ayu masih mau menemaninya. Seandainya Lara di sini pasti kakaknya sudah di hajar. Walau kalem dan terlihat pendiam, Lara pandai bela diri. Ia pernah ikut Tapak Suci di sekolahnya dulu. Saat seperti ini, Tatu tidak hanya merindukan Lara, ia juga merindukan Josh. Pria brengsek itu, tidak menghubunginya lagi.

***

Bukan masalah berapa berat derita yang ia tanggung, Tatu tak akan pernah menyerah melawannya. Berusaha keras mengais bahagia di sela-selanya. Walau tercabik dan tertatih, Tatu tetap menguatkan hati.

“Ta, sarapan bubur mau?” Mbak Ayu menawari Tatu esok harinya. Mereka sudah segar, dan siap berangkat ke tempat kerja masing-masing. 

“Boleh, Mbak. Tatu ambil mangkoknya dulu,” Tatu bergegas ke dapur mininya, mengambil mangkok dan sendok. Menunggu tukang bubur yang sedang meracik pesanannya. Seorang pria dengan baju batik menghampiri Tatu dan Mbak Ayu.

“Assalamu’alaikum, benarkan ini kost Mbak Tatuania?” tanya pria itu ramah.

“Iya Pak, Ada apa?” jawab Tatu heran. Berdiri dan mempersilakan tamunya duduk.

Mbak Ayu yang terlihat kepo menyingkir, tidak ingin dilibatkan. Sepertinya lelaki yang datang sepagi ini adalah orang yang berkedudukan penting.

“Oh, tidak Mbak. Saya ketua RT di lingkungan ini. Saya mendengar tadi malam ada keributan dan Mbak Tatu hampir di perkosa?” tanya Pak RT. Tatu meringis, ‘Sialan Mas Ganjar’ umpat Tatu dalam hati.

“Sebenarnya dia kakak tiri saya, Pak. Datang kesini hendak meminta bantuan, tapi saya sedang tidak bisa membantu. Jadi dia berniat mencelakai saya, saya mohon maaf sudah menimbulkan keributan.” Ucap Tatu dengan sopan. Ia ingin semua selesai saat ini. 

“oh, masih saudara? Tapi begini ya, Mbak. Demi menjaga lingkungan tetap kondusif sepertinya, Mbak harus melapor atau meminta Ibu Hamsyah mengikuti program lingkungan kami. Ya, memang harus membayar retribusi keamanan. Tapi penghuni kost ini kan kebanyakan buruh wanita yang belum berkeluarga. Supaya petugas kami bisa berjaga-jaga,” jelas Pak RT. Tatu mendesah tak kentara.

“Kalau itu saya tidak bisa memutuskan Pak, mungkin bapak bisa berkomunikasi dengan Ibu Hj. Kami hanya penyewa di sini. Dan selama ini kami tidak pernah mempunyai masalah keamanan,” kilah Tatu masih dengan kesopanan.

“Memang benar, Tapi Mbak Tatu hampir di perkosa loh!”

“Apa! Perkosa?!” Tatu mendongak ke sumber suara.

“Josh??” lirih Tatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
baru darang kamu josh, ke mana aja?
goodnovel comment avatar
Humaira Zidny
ngapain dteng lg Josh hihhhh gregetan q sma kmu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DALAM DEKAP DERITA   #55

    Bahu Josh luruh, mendengar bibir mungil Sean berucap seperti itu buatnya pilu. Cintanya tak palsu hanya belitan di tubuhnya begitu kuat hingga tak mampu ia lepas begitu saja. “Tante marah sama Om, jadi bilang begitu,” sambung Sean polos. Bagaimanapun seorang anak kecil tak akan berbohong. Pria tampan itu menatap Lara yang mengendikkan bahu acuh, tak peduli dengan pertanyaan tak tersurat yang dia berikan. “Baiklah, ayo kita pulang. Rumah kalian sudah dibersihkan dan beberapa perabotan harus diganti.” Josh mengangkat tubuh dua keponakannya ke atas lengan kokohnya dan berjalan terlebih dahulu.“Madam Emily tidak tau kami disini, kan?” Lara ingin memastikan mertua bangsawannya tak mendengar kabar kunjungan dadakan itu.Josh menoleh dan menggeleng pelan. “Sebaiknya Aun Emy tak tahu, dia akan sangat mengerikan jika tahu kalian mencari Gary.” Tangannya meraih remote mobil dan memencetnya tetap dengan tenang membopong Sean di leher dan Siena di depan. Mirip bule kebanyakan yang tanpa beban

  • DALAM DEKAP DERITA   #54

    “Ta!” Lara menahan tangan Tatu yang akan menemui anak-anaknya. “Jangan seperti itu, ucapan adalah doa. Aku nggak mau ya, kamu ngomongnya ngaco gitu.” Ia berdiri, menatap sahabatnya dengan pandangan sedih. Perasaanya berkecamuk, di sisi lain Tatu adalah sahabat terbaiknya. Satu-satunya orang terdekat yang selalu ada dan tak pernah meninggalkannya. DI sisi lain Josh adalah sahabat suaminya, yang saat ini sedang berusaha membebaskan belahan hati. Dia hanya ingin juga berusaha meyakinkan Josh, merubah keputusan pria bule yang sudah menghamili orang terkasihnya. Mengembalikan gurat nestapa menjadi rona bahagia. Setidaknya di antara mereka berdua salah satu harus bisa menyemarakkan hati dengan sukacita bukan air mata. “Udah, Sayang.” Helaan napas gusar tak akan mampu ditutupi, tapi Tatiu masih bisa tersenyum lebar demi mengenyahkan perasaan yang cabar. “Biarkan bagiku dia seperti itu dan sebaliknya. Ayo aku bantu siap-siap duo kesayangan, kamu lekasi kemas yang lain jangan sampai ketingg

  • DALAM DEKAP DERITA   #52

    Arga bukan penyelamat, bukan juga ia jadikan tumpuan atas kemalangan yang menimpa. Hatinya masih tetap sama, enggan percaya. Karena tak akan pernah ada jaminan pada perasaan setiap manusia.Tatu tahu apa yang dilakukannya kejam, terlepas dari perasaan Arga sesungguhnya. Ia tak peduli. Yang dia lakukan kini hanya demi bayi yang masih bersemayam dengan nyaman di rahimnya. Walau dia tega membebat ketika bekerja, itu dilakukan juga bukan tanpa alasan. Ia tak punya siapa-siapa, hanya dirinya yang kelak akan melindungi buah hati dari kejamnya dunia.Tawaran Arga untuk menikahinya pun terpaksa ia terima, walau sadar nanti pasti akan jadi gunjingan. Setidaknya dia hanya ingin putranya mempunyai dokumen sah ketika kelahiran, itu yang ada dibenar juga rencananya. Melihat sosok berkulit sawo matang yang kini sedang mempersiapkan sebuah hunian di kota Tangerang, berbincang dengan developer yang menjelaskan bagian-bagian rumah berfurniture lengkap siap ditinggali itu, ia semakin gamang.Arga dan

  • DALAM DEKAP DERITA   #51

    “Sorry ya, Ta. Gue pikir lo nggak bakalan nerima kehadiran gue, jadi walau punya beberapa bengkel. Gue emang belum beli rumah.” Arga menjelaskan dengan raut menyesal. “Tapi setelah ini, gue bakalan beli aja itu rumah. Tapi apa lo mau lihat dulu besok?”“Jangan maksain kalau gitu, Ga. Gue nggak mau lo repot,” kata Tatu. Dia tentu tak ingin membuat Arga harus memprioritasnya. Dia memang ingin menikahi pria baik ini, tapi dia tak mau menyusahkan.“Kok gitu, sih. Justru gue emang sengaja ngasih pilihan, biar lo nyaman. Gue nggak mau ntar lo ngerasa nggak nyaman karena beda sama apa yang lo mau.” Arga meraih tangan Tatu, mencoba myakinkan.“Oke, gue ikut lo besok. Gue nggak pengen lo juga nggak suka dengan rumah ini,” ucap Tatu, rautnya berubah sendu. &ldq

  • DALAM DEKAP DERITA   #50

    Tatu sudah dewasa, paham dengan sentuhan pria dan cara menikmatinya. Pernah sangat terpedaya hingga dia lupa daratan dan berakhir menanggung penderitaan.Kini, ketika telapak tangan dengan sedikit rasa kasar membelai permukaan kulit paha telanjangnya, ia merasa kembali seperti masa-masa itu. Di mana dia tak bisa lagi mengendalikan diri, hanyut dalam kenikmatan yang nyatanya membinasakan "Lo kalau sange nggak usah ke sini," tepisnya pada tangan Arga yang mendarat di atas paha. "Bikin aja minum sendiri, gue mau sholat, mau banyak-banyak tobat!" Sarkasnya mendorong tubuh tegap di belakangnya."Ta," sesal Arga. "B-buk-" debaman di pintu kamar yang hanya berada di belakang mereka membuat pria itu berjenggit menyesal dengan setan yang membisiki telinga beberapa menit lalu.Arga berbalik menghadap kitchen set dan menuangkan air panas yang sudah dimasakkan oleh Tatu ke mug dan membuat sendiri minumannya yang berupa kopi instan.Dia akan menunggu perempuan hamil itu untuk keluar dan meminta m

  • DALAM DEKAP DERITA   #49

    Dia pernah berharap menemukan pangeran yang bisa meminang tanpa kepingan emas dan permata. Tak pernah bermimpi menjadi ratu dan hidup serba bermateri. Pintanya pada semoga untuk mereka yang pernah mencoba datang, namun hengkang sebelum berperang sudah ia anggap lekang. Kini harinya semakin menantang, dengan bentangan kenyataan yang tak bisa dibilang indah tapi juga tak menyakitkan. Menjadi penghuni kompleks perumahan cluster nyatanya tak membuat para tetangga itu juga bisa membuat mata dan telinga menggabungkan saja inderanya itu pada satu titik agar tak kepo terhadap rumah tangga orang lain. Tak pernah ikut arisan RT atau kegiatan apapun membuat Tatu seakan adalah penghuni yang wajib dicurigai. Padahal, dia juga sudah membayar iuran dan kewajiban sebagai warga yang baik. Faktanya tetangga yang berjarak beberapa rumah darinya sangat sering berjalan atau sekedar jogging di sekitar rumahnya. Sangat terlihat jika perempuan yang lebih sering mengenakan penutup kepala seperti kupluk itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status