مشاركة

BAB 143 SEKUTU BARU

مؤلف: sugi ria
last update آخر تحديث: 2025-09-07 23:06:11

"Kenapa kamu gak bilang?"

"Kamu enggak nanya!"

Arch membentak tak kalah garang dari ujung sana.

"Tuan muda Harindaya, dia itu mantanmu. Kalian pacaran lebih dari dua tahun. Masak kamu gak tahu kalau ibunya punya penyakit jantung. Aku nemu dia pas baru balik dari kampung. Dia minta kerjaan, apapun itu. Dia bilang ibunya harus naik meja operasi secepatnya."

"Aku kasih dia setengah miliar, aku suruh dia masukin ibunya ke rumah sakit ...."

"Cukup! Aku akan cari tahu sendiri."

"Bagus. Harusnya memang begitu. Kamu punya power, gunakan itu. Kalau kamu tidak membantunya, at least jangan menambah penderitaannya."

Irfan hampir membenturkan kepalanya ke dinding saat kalimat terakhir Arch serasa menusuk jantungnya.

"Aku melakukannya. Bukannya membantu, aku justru membuatnya makin menderita."

"Satu lagi, Tuan Muda."

"Apalagi?" Balas Irfan tidak sabaran. Di hadapannya sudah berdiri seorang bawahannya.

"Kalau kamu sakiti dia, Livi bakal ngamuk sama kamu."

Irfan menelan ludah. Kenapa dia jadi lebih
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق
الفصل مغلق

أحدث فصل

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 154 MEREKA SUDAH MENIKAH

    Livi lumayan terkejut ketika Axel tahu dirinya ada di sini. Seingat Livi dia telah menurunkan venetian blind di ruangan itu. Hanya dia dan Nova yang tahu keberadaan masing-masing.Tapi ... Livi seketika memejamkan mata. Bisa saja Axel tahu soal dirinya. Lagi pula ini kantornya."Nakaia Livi, long time no see."Livi membalikkan badan, menatap malas pada Axel. "Kenapa juga aku harus nego sama kamu."Sudut bibir Axel tertarik. Livi masih marah rupanya. "Siapa tahu kita bisa adu skill. Dulu kamu yang selalu mewakiliku. Sekarang kita bisa saling berhadapan."Livi tertawa mendengar ucapan Axel. "Tidak perlu dan tidak mau. Urusan selesai, aku pergi. Bye."Wanita itu menyambar tasnya lalu melewati Axel yang langsung menahannya."Nakaia Livi, aku rindu padamu."Pandangan Livi terangkat, hingga dia bisa bertatap muka dengan Axel. Lelaki yang entah kenapa kini terlihat berbeda. Sorot mata pria itu tajam tapi juga lembut di waktu bersamaan. Tatapan Axel menyiratkan rasa yang entah apa menyebutny

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 153 ULTIMATUM

    "Awas saja kalau kamu macam-macam!"Livi meringis teringat peringatan yang Arch berikan semalam. Dari pada peringatan, lebih tepat jika disebut ultimatum. "Padahal urusan pekerjaan. Jika bukan karena Nova grogi, aku juga gak bakalan temani dia. Cuma nemenin lo, bukan aku yang presentasi. Axel juga gak bakal tahu kalau aku ada."Livi sedang mengemasi barangnya. Sementara Nova sudah menunggu."Maaf ya, Bu," kata Nova yang merasa tidak enak pada Livi."Enggak apa-apa. Ayo berangkat.""Sudah mau pergi?" Kai muncul dari ruangannya.Livi mengangguk."Hajar aja kalau dia bikin ribet.""Yo ndak bisa, ini kan urusan pekerjaan. Harus pro.""Vi, perusahaan mereka bukan prioritas. Kalau secara personal dia mengganggumu. Batalkan saja kerja samanya. Aku tidak masalah.""Nanti kasihan, Nova. Kan yang effort dia. Lagian aku cuma temani dia sekalian jalan ke tempat Mr Su. Mau cek kain. Bagaimana?"Kai mengedikkan bahu. Terserah apa maunya Livi. Mereka akhir-akhir bisa menjalin kerja sama dengan bebe

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 152 KEBOBROKAN

    "Livi," panggil Arch ketika mereka sampai di rumah. Mereka baru saja kembali dari rumah sakit.Pria itu menunjukkan ponselnya. Livi menjawab oke. Livi paham mungkin urusan pekerjaan. Yang Livi tidak tahu adalah panggilan itu dari Ralph."Terima kasih sudah balik lebih cepat," ucap Arch memulai perbincangan."Sama-sama. Ada yang harus aku bicarakan soal Bella." Ralph melirik ke sebelah, di mana kamar Bella berada."Apa?""Ada kemungkinan dia sudah membaik. Tapi dia ingin gunakan kondisinya untuk menjeratmu."Arch mendesah lelah. "Aku kadang berpikir demikian. Tapi tiap kali dia jadi begitu karena aku. Aku merasa sangat bersalah sekali.""Kita tidak bisa memprediksi musibah, Arch. Mulai sekarang pikirkan kalau kamu tidak harus membantu Bella sepenuhnya. Secukupnya saja, jangan berlebihan.""Kalau dia melukai dirinya sendiri?""Kalau dilogika, hanya orang gila yang akan melukai dirinya sendiri untuk menarik perhatian orang lain.""Lah kan dia memang gila."Ralph menggetarkan tawa dari uj

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 151 PELUANG EMAS

    Ekspresi Arch tetap datar dan dingin sepanjang lorong rumah sakit yang mereka lalui. Padahal satu tangannya menggandeng tangan Livi yang matanya jelalatan mencari ruang perawatan ibu Tina.Sedang tangan yang lain santai menenteng satu parcel full berisi buah. Pria itu acuh ketika beberapa orang tampak berbisik begitu dia lewat. Padahal dia sudah memakai masker juga kaca mata hitam. Tapi aura orang tampan memang beda. Tanpa perlu tepe-tepe alias tebar pesona, sosoknya sudah mampu menarik perhatian."Enggak ke kiri?" Tubuh Livi otomatis berhenti ketika Arch mendadak tidak bergerak."Ingat gak kata resepsionisnya?"Arch melirik papan penunjuk arah di atas kepala mereka. Livi mendongak lalu nyengir tanpa dosa."Salah lihat." Wanita itu kembali bergelayut manja ketika mereka meneruskan langkah.Arch menggeleng pelan. Padahal tadi Livi sempat mengamuk ketika Arch menggodanya. Pria itu bilang kalau dia ingin menginap lagi. Livi jelas langsung protes. Kalau mereka tidur lagi di sana malam i

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 150 TRAVELING

    "Ralph!"Teriak Bella heboh melihat seorang pria berparas Asia, berdiri di ambang pintu. Sang lelaki masih mengenakan jaket yang menutupi kemeja navi yang membalut tubuh atletisnya.Begitu kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya dilepas, sorot mata beriris coklat itu tajam menatap ke arah Bella.Bukannya takut, Bella justru berlari lalu memeluk tubuh Ralph. Lelaki tadi, satu dari dua orang yang dapat menenangkan Bella kala gangguan kepanikan dan kecemasannya muncul."Jangan lakukan hal yang bisa membahayakan dirimu dan orang lain. Apalagi Mbak Listi, dia sampai ketakutan.""Arch tidak peduli padaku," adu Bella tanpa ragu.Ralph menghela napas. Dia balas pelukan Bella, lantas mengusap punggung wanita itu dengan lembut. "Bella, sudah aku bilang berulang kali. Arch punya kehidupan pribadi. Dia punya istri sekarang. Dia harus mengutamakan Livi ....""Tapi aku begini karena dia!" Raung Bella tidak terima. Dia melepaskan diri dari Ralph. Menjauh, dengan tatapan berubah benci.

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 149 KETERLALUAN

    "Jangan sentuh aku." Tina berdesis penuh peringatan.Sejak semalam dia dibuat darah tinggi oleh kelakuan Irfan. Pria itu jadi perhatian pada Tina. Namun hal tersebut justru membuat Tina ketakutan."Cuma mau bantuin doang," kekeuh Irfan."Aku bisa sendiri!" Hardik Tina tidak sabar."Masa bisa sendiri. Emang kamu bisa lihat bagian mana yang cidera."Memerah wajah Tina mendengar perkataan Irfan. Benar, keduanya sedang berdebat soal salep untuk area pribadi Tina. Tina jelas tidak mau Irfan menyentuh dia lagi. Apalagi ini bagian paling pribadi dari dirinya. Sudah cukup Irfan mengobrak abriknya hari itu. Wanita itu tidak akan biarkan Irfan melihatnya apalagi sampai memegangnya."Sumpah, Na. Cuma mau bantu. Tidak lebih.""Enggak percaya. Keluar sana." Tina mendorong Irfan keluar kamar mandi, lalu mengunci pintunya. Setelahnya Tina duduk di closet. Coba mengoleskan salep ke area pribadinya sendiri.Gadis itu mendorong napas lega ketika dinginnya salep mampu meredakan rasa panas. Untuk bebe

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status