Share

02. DUA KEPRIBADIAN

"Aiss... pak Andi merepot sekali sih nyuruh cari referensi pakai buku perpus segala, ahh."

Shena berjalan mengelilingi perpustaan untuk mencari buku referensi yang disuruh pak Andi. Pasalnya saat dia maju tadi, ada yang kurang lengkap, membuat Shena harus menglengkapinya sekarang juga, padahal sebelum pak Andi sadar dengan kekurangan tugas Shena, dia sudah mengatakan bagus. tapi saat di bacanya ulang dia menyadari kekurangan itu. 

"Haahhh.... Keselll mana gue laperr lagi ah!" Shena mulai kesal, kepalanya seketika ingin meledak karena buku yang dia cari tidak kunjung ketemu. Dia memilih untuk duduk menyender meluruskan kaki sambil membaca ulang jurnalnya.

Namun saat membaca jurnal, Shena tiba-tiba teringat dengan Athur yang mungkin sekarang sedang duduk sendiri di dalam kelas. "Athur, siapa ya cowok itu, kok kayak engga asing, tampan sih tampan bikin keingetan mulu, tapi kalau natap manik matanya nyeremin."

"Terus dia bilang 'hay kita ketemu lagi' emang gue sama dia pernah ketemu ya? kayaknya engga deh," ucap Shena bermonolog sambil menatap ke rak buku.

"Apa dia SKSD sama gue, sok kenal sok dekat gitu karna gue cantik," pede Shena sambil merapikan rambutnya.

"Dihh kok gue jadi kepikiran dia sih, ahh tau ahhh mo cari buku aja," seru Shena berdiri dan meletakkan laptopnya di meja yang tak jauh dari dirinya. Dia kembali mengelilingi rak untuk mencari buku yang dia cari.

Sedangkan di kelas Athur dan beberapa temannya sedang sibuk  menatap laptop masing-masing, termasuk 2 sahabat Shena, Agatha dan Clara.

"Nah ini dia lokal mahasiswa ganteng itu!" pekik seorang gadis dari pintu dan berlari masuk mendekati Athur diikuti para gadis lainya.

Mereka sibuk ingin bekenalan dengan Athur, dan ada beberapa yang ingin berfoto bersama Athur, dan ada juga yang hanya duduk di samping Athur sambil menatap Athur dengan intens, yang  ternyata sangat tampan.

"Nama lo siapa?"

"Nama gue Bella."

"Nama gue Shilla kalau lo mau manggil gue sayang juga boleh."

"Lo kok ganteng banget, pindahan dari mana sih?"

"Jomblo engga? Gue mau mau daftar nih."

"Lo blasteran?"

Athur memejamkan matanya dia dia merasa kupingnya mulai panas, dia mencoba untuk menahan emosinya yang sudah bergejolak didalam kepalanya,  dia  sangat benci keributan, keramaian, dan di ganggu. Apalagi  suara gadis yang cempreng.

BRAKKK!!

Athur menggebrak meja, dia tak bisa menahan emosi, membuat semuanya bergejolak kaget,  mereka mengusap dadanya spontan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Athur mematikan laptopnya dan memasukkannya asal kedalam tasnya, lalu berjalan keluar kelas dengan wajah yang kesal. Dia ingin mecari udara segar di bawah teriknya matahari, dia sangat benci keadaan seperti ini, menjadi sorotan dimana pun berada. Rasanya manusia di dunia ini seperti tidak punya kerjaan selain menyorot orang lain seakan orang itu melakukan yang tidak-tidak. Sungguh memuakkan, jika terlahir menjadi tampan membuatnya seperti ini lebih baik dia terlahir jelek dan hidup dengan tenang tanpa di sorot orang-orang.

"Gue engga kebayang sih kalau Shena duduk sama tu cowok terus-terusan," ucap Agatha yang tak percaya dengan perilaku Athur yang sangat mengejutkan.

"Ganteng-ganteng nyeremin, kasian Shena kita engga bisa kegatelan," cetus Clara menatap pintu kelas, sambil memikirkan  Athur dan Shena jika duduk berasama sampai lulus. Lelaki itu terlihat dingin dan nyeremin, ntah dari spesies mana Athur berasal.

****

Akhirnya Shena yang sudah menemukan 3 buku yang bersangkutan dengan jurnalnya, dia langsung melengkapi tugasnya dengan cepat.

"Gilak dikit doang inti sarinya, kenapa di suruh nambahin kalau cuman 1 paragraf kurang kerjaan banget si bapak ahh... Mana perut keroncongan lagi, ngerjain di kantin aja ah," seru Shena menyusun bukunya dan mematikan laptopnya lalu berjalan keluar.

"Shena," panggil penjaga perpustakaan saat Shena ingin keluar.

"Iya pak Nahar?" jawab Shena berjalan mendekati  pak Nahar yang sedang berdiri tak jauh dari dirinya.

"Ambil kantong plastik berwarna putih di meja bapak, tadi ada yang lelaki tampan yang menitipkannya ke bapak."

"Siapa pak? kak Rangga?"

"Bukan, bapak engga tau namanya siapa, dia langsung pergi aja tadi setelah nyuruh bapak ngasih ke kamu."

Shena berjalan menuju meja pak Nahar, mengambil kantong plastik putih yang berukuran sedang di sana.

"Udahh Shena ambil ya pak, Shena pergi dulu pak,"  pamit Shena membawa kantong plastik putih itu keluar dari perpustakaan.

"Iyaa..."

Shena duduk di bangku yang tak jauh dari perpustakaan, dia mengerutkan dahinya binggung, lalu membuka kantong plastik itu dan ada sebuah kertas di dalamnya.

"Untuk Shena," Shena membaca tulisan tersebut dan melihat isinya adalah  jajanan kesukaannya, seperti coklat, susu strawbery, kue, permen yupi dan lain-lain.

"Wahh rezeki anak sholeha ini mah, engga perlu beli udahh di kasih, lumayan irit uang jajan," celetuk Shena mengikat kantong platik itu kembali dan berjalan menuju kantin sambil tersenyum senang.

Tanpa Shena ketahui, seorang lelaki sedang bersembunyi sambil menatap Shena yang melenggang pergi menuju kantin. Lelaki itu tersenyum, senyumnya terlihat sangat manis. Dia adalah Athur Paker.

*****

"SHENA!!" panggil Agatha keras saat melihat Shena berdiri di depan pintu kantin.

Shena yang mendengar suara Agatha yang tak asing bagi dirinya langsung menemukan Agatha dan Clara yang sedang duduk berhadapan. Shena berjalan mendekati 2 sahabatnya itu sambil tersenyum.

"Sumpah sumpahh lo pokoknya haruss  hati-hati sama Athur," ucap Clara menggebu-ngebu.

"Kenapa?" tanya Shena  binggung sambil menarik kursi sebelahnya untuk duduk.

"Dia tu  nyeremin banget, pokoknya lo jangan duduk sama dia lagi deh. Lo jangan terpengaruh sama wajah dia yang tampan 11 12 sama kak Rangga, tapi sikapnya parahh beda jauhh. Lo harus hati-hati," cetus Agatha, membuat Shena semakin binggung.

"Apa? Kenapa?" tanya Shena menatap dua sahabatnya secara bergantian, sambil menghidupkan laptopnya.

"Jadi tadi tu banyak cewek-cewek yang mau kenalan kan sama dia terus dia tiba-tiba gebrak meja dong, sumpah sih, dia seharusnya bisa ngomong kalau dia engga mau kenalan, atau ngomong apa gitu, engga usah pake gebrak meja segala, di tambah lagi  pas dia gebrak meja tu matanya tajam kali, dia kayak marah banget  gitu," jelas Clara.

"Ahh iyaa, kayaknya dia tu memang engga suka di ajak kenalan, soalnya tadi tangan gue juga di lirik doang sama dia, mana mukanya datar banget lagi, terus matanya mata-mata burung elang lagi. Terus ya yang anehnya ni dia bilang 'Hay  kita bertemu lagi' padahal gue rasa, gue enggak pernah ketemu dia."

"Lo lupa kali Shen," ucap Agatha sambil menyeruput jus jeruknya.

"Serius gue engga kenal," ujar Shena menggelengkan kepalanya.

"Aneh sih kalau udah kayak gitu,  kita harus hati-hati," seru Clara menyuapkan 1 sendok somay kedalam mulutnya.

Tiba-tiba suara kantin ramai saat laki-laki berambut pirang dengan tubuh jangkung masuk kedalam kantin. Dia adalah Athur. Lelaki itu menjadi sorotan para kaum hawa sekarang.

Sementara Shena memegang jantungnya yang tiba-tiba berdetak hebat, saat melihat arah langkah kaki Athur yang berjalan ke mejanya. Shena yang tidak ingin ke geeran langsung mengalihkan pandangannya menatap laptopnya.

"Dapat bukunya?" tanya Athur menarik kursi dan duduk di samping Shena membuat seluruh kantin terkejut.

Shena hanya mengangguk ragu sambil menunjukkn buku yang tadi dia ambil dari perpustakaan, sedangkan Agatha dan Clara menatap Athur binggung, mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Makanan yang aku kasih ke pak Nahar sudah di ambil?" tanya Athur, spontan Shena langsung menatap Athur.

"I-itu dari kamu?" tanya Shena membuat Agatha dan Clara bengong di tempat.

Athur mengangguk, "Iya dari aku, aku titip ke  pak Nahar karena takut ngeganggu kamu pas lagi ngerjain tugas. Itu semua makanan kesukaan kamu kan? Aku engga salah kan? Kamu suka engga?"

Shena bungkap, dia menatap Athur binggung.

"Bagaimana dia bisa tau makanan kesukaan ku?" tanya Shena dalam hati.

"Shen?" panggil Athur membuyarkan lamunan Shena.

"Emm, iya itu makanan kesukaan ku, makasih ya," ucap Shena ragu-ragu.

"Yaudah kamu makan gih, sambil ngejain tugas. Makan yang banyak ya kamu, biar pipinya kayak bakpau," seru Athur bangkit dari tempat duduknya sambil menangkup pipi Shena.

Shena membesarkan matanya terkejut.

Athur tersenyum melihat wajah terkejut Shena yang menggemaskan bagi dirinya. "Aku pergi dulu ya," pamit Athur mengelus kepala Shena sekarang lalu pergi meninggalkan meja Shena.

Shena mematung di tempat, begitupun dengan Agatha dan Clara. Mereka benar-benar terlihat kebinggungan dengan sikap Athur yang berbanding terbalik dengan apa yang mereka lihat tadi.

"Gue yakin dia punya dua kepribadian," ujar Agatha menatap punggung Athur yang telah keluar dari kantin. "Atau..."

"Atau dia sukak sama lo," timpal Clara cepat.

Shena menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menepuk pipinya pelan yang tadi di sentuh Athur. Dia sekarang mati kebinggungan mengingat tingkah  Athur tadi, sebenarnya siapa lelaki itu? Apa benar Shena pernah bertemu dengan dia?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status