Share

01. MAHASISWA BARU

Setelah turun dari bis, Shena berlari menuju kelasnya. Dia melirik jam di tangannya sekilas, yang sudah menunjukkan pukul  8 pagi, yang artinya kelas sebentar lagi akan segera di mulai. Namun saat melihat kelasnya, terlihat masih banyak yang keluar masuk, dan masih banyak juga yang duduk di taman depan kelasnya, membuat Shena berjalan santai sambil memasukkan tangannya di saku celananya.

"Pagi kak Rangga yang ganteng," sapa shena pada salah satu lelaki yang sedang berjalan bersama tema-temannya di lorong menuju kelasnya. 

"Pagi juga Shena yang cantik," balas Rangga dengan senyum yang mengembang lebar, hingga lesung pipinya terbentuk.

"Yang di sapa cuman Rangga nih? Mentang-mentang cuman Rangga yang ganteng," ucap lelaki yang berada di samping Rangga bernama Sagara.

Shena hanya tersenyum manis. "Cuman kak Rangga yang ganteng gimana dong," ucap Shena setelah itu melanjutkan langkahnya menuju kelas sambil terkekeh.

"Cantik banget kan?" ujar Rangga pelan.

"Banget, paket lengkap mah dia," sahut Juan yang berada di samping kiri Rangga. "Cantik, manis, seksi, sempurna."

Rangga melirik tajam Juan, "Heh diem gak lo!"

"Kalem dong, galak amat kayak anjing," ujar Juan bergedik ngeri sambil memegang dadanya.

"Kalian, jangan ada yang suka dia, Shena hanya milik gue seorang!" Rangga menatap tajam teman-temannya, setelah itu dia pergi meninggalkan teman-temannya yang masih berdiri ditempat.

Menurut Shena, Rangga adalah cowok paling tampan di rumpun ekonomi, apalagi pas Shena tau kalau dia ketua BEM, tiba-tiba aura Rangga terlihat semakin huwaw di mata Shena, tidak hanya Shena yang merasakan aura huwaw tersebut, semua kaum hawa juga merasakannya, bahkan mereka berani mencari perhatian di depan Rangga, namun Rangga tidak pernah menanggapi. Dia juga sering di bilang sebagai cowok yang dingin, tapi bagi Shena tidak, Rangga adalah cowok yang humoris.

Sebanarnya Shena tidak menyukai Rangga dengan sungguh-sungguh. Dia hanya suka menggoda kakak kakak tampan di rumpunnya. Suka bikin baper saja setelah itu dia tinggal, dia sering di bilang cewek yang tidak bertanggung jawab saking banyaknya lelaki yang sudah dia buatnya baper. Dan bodohnya lelaki tetap tergoda dengan godaan Shena, padahal mereka tau kalau Shena  menggoda semua cowok tampan. Dia suka bertingkah seakan menyukai, tapi jika di ajak pacaran dia tidak pernah mau.

Menggoda lelaki membuat Shena merasa bahagia, sedangkan pacaran banginya hanya membuang waktu saja, apalagi di saat kuliah, untuk tidur dan mengurus diri saja kadang sesempatnya, mau mengurus orang lain pula, menanyakan udah makan atau belum, lagi ngapain, sungguh tidak berfaedah menurut Shena. Lebih baik dia rebahan, makan enak, perawatan di waktu luang dari pada jalan-jalan engga jelas dengan pacar.

Shena itu terbilang cewek yang cantik, manis, imut, pintar dan lucu, dia sangat pandai bersosialisasi. Jelas saja banyak yang suka dengan dirinya, apalagi yang kurang cobak, lelaki yang akan mendapatkannya pasti akan merasa beruntung.

*****

Shena memasuki kelas dengan langkah yang terbilang santai, namun baru saja selangkah memasuki kelas, wajah Shena langsung berubah menjadi cengo saat melihat semua teman-temannya pada fokus dengan laptop masing-masing.

"Kenapa nih?" tanya Shena duduk di samping Agatha, telihat dua sahabatnya yaitu Agatha dan Clara juga fokus dengan laptopnya masing-masing.

"Buat apa sih? fokus banget kalian," ucap Shena lagi, karena tidak ada yang menjawab pertanyaan Shena sedari tadi.

"Lo udah siap tugas dari pak Andi?" tanya Agatha, membuat Shena mengambil ponselnya cepat lalu membuka catatan di ponselnya, pasalnya tadi malam dia sama sekali tidak ada membuka laptopnya, dia langsung tidur setelah pulang dari kerja part time.

"Ahhhh..." Shena tersenyum langsung mengeluarkan laptopnya dari tasnya lalu menghidupkannya.

"Ahh apa? Udah?" tanya Clara menoleh ke samping Agatha.

Shena bungkam sejenak sambil menunggu laptopnya loding. "UDAH DONG!"

"Anjir cepet amat! Lo baca semua jurnalnya?" tanya Agatha mengambil laptop Shena lalu mengotak-ngatiknya sedikit. "Gila Clar, beneran udah siap diaa."

"Hoo iya dong jelas, gue kan anak rajin."

"Mata gue pengel anjir bacain jurnal dari tadi malam rasanya mata gue kayak terbakar," cetus Clara mengucek matanya yang sudah memerah.

"Makanya kalau ada tugas tu di cicil, ini engga, kapan di kumpul malamnya  baru di kerjakan, makanya tu otakk begoknya engga ilang-ilang," sahut Shena menoyor kepala Clara pelan.

"Gara-gara kepala gue sering lo toyor nih jadinya gue engga pinter pinter!" seruu  Claraa tak terima.

"Sini gue elus biar pinter lagi," sahut Agatha mengelus kepala Clara.

"Emang ngaruh ya kalau di elus jadi pinter, walaupun siap di katain?" tanya Clara dengan polos membuat Shena dan Agathan mengelus dada.

"Ya engga lah begok!" seru Agatha dan Shena  serentak dengan kesal.

"Kalian berdua kasar banget sih," Clara mengerucutkan bibirnya.

"Lo bikin emosi anjer, kepala gue udah berasap nih," ucap Agatha  mengidupkan kipas angin kecil yang dia bawa dari rumah.

"Lo sampe mana emangnya Ra? Sini biar gue kerjain," seru Shena mengusulkan diri.

"Gitu dong dari tadi, peka juga lu ternyata, tapi sayangnya engga punya pacar."

"Gue engga punya pacar karena gue engga mau bikin waktu gue sama kasur jadi semakin sedikit, gue udah kerja part time tiap malem belum lagi kalau ada tugas, waktu guee sama kasur tu udah sedikit, kalau gue punya pacar nanti kasur gue engga guna dong jadinya. Lo kan tau gue tu sayang banget sama kasur gue, gue engga mau ninggalin dia sebenarnya, karena udah nyaman banget, tapi gimana la pula gue butuh duit butuh juga cepat lulus," ujar Shena sambil mengerjakan tugas Clara.

"Dasar kaum rebahan," celetuk Agatha sambil fokus memandang laptopnya.

"Untung pinter," puji Claraa menghidupkan ponselnya.

Belum saja Shena mengerjakan jurnal Clara pak Andi sudah masuk ke dalam kelasnya. Seketika seisi kelas meminggirkan laptopnya, begitupun dengan Shena yang lasung memberikan laptop Clara kepada pemiliknya dan duduk sedikit menjauh dari Clara dan Agatha. Pasalnya pak  Andi tidak suka melihat 3 orang duduk sejejer dalam pelajarannya. Sekarang Shena duduk sendiri sambil menatap lelaki yang berada di belakang pak Andi, sepertinya lelaki itu mahasiswa baru. Mahasiswa baru itu memiliki tubuh yang tinggi, badan yang ideal, rambut yang pirang dengan poni yang di sisir kebelakang memamerkan kening yang membuat dirinya terlihat sedikit berwibawa. Lelaki itu juga memiliki mata yang indah berwarna coklat pekat, dan hidung yang mancung.

"Tampan," ucapan itu keluar dari mulut Shena saat melihat intens  mahasiswa baru itu.

"Baik anak-anak, kita kedatangan mahasiswa baru hari ini. Silahkan perkenalkan diri kamu," seru pak Andi kepada lelaki  yang berdiri di sampingnya.

"Perkenalkan  nama saya Athur Paker, semoga kalian semua bisa menerima saya dengan baik," ujar Athur dengan suara yang berat dan nada yang dingin, sambil mengangkat kepalanya keatas memandang satu persatu orang yang berada di depannya dengan tajam.

"Ganteng parah!"

"Turun dari surga ni kayaknya cowok."

"Hidungnya mancung banget kayak pinokio pasti suka berbohong ni sama emaknya."

"Campuran kayaknya ni cowok."

Seisi kelas menjadi bising akibat kedatangan Athur.

"Silahkan kamu duduk, cari teman yang bangku di sampingnya masih kosong. Di pelajaran saya duduk harus berpasangan, tidak ada yang ganjil, saya tidak suka ganjil," ucap Pak Andi yang di jawab anggukan oleh Athur. Dia berjalan menuju kursi kosong di samping Shena.

Shena menatap Athur yang sepertinya berjalan mendekati dirinya tersebut, seketika deg-degan. Dia sangat senang duduk bersama cowok ganteng seperti Athur yang 11 12 gantengnya dengan Rangga.

"Duh hidup gue selalu di kelilingi cowok ganteng."

Shena menggeserkan kursinya agar tidak terlalu dekat dengan Athur yang sudah duduk di sampingnya. Setelah itu dia berdehem alay sambil tersenyum manis memandang Athur.

"Aku Shena," Shena mengulurkan tangannya.

Athur hanya mengangguk singkat lalu mengeluarkan laptopnya, tanpa menjabat tangan Shena.

"Kasian sekali diriku ini, padahal dari kecil sudah di kasih perhatian penuh dengan kedua orang tuaku sekarang malah di campakkan, sepertinya dulu waktu kecil bunda belum mengajakku untuk suntik campak," Shena menatap pak Andi yang mulai menghidupkan infokus di depan.

Athur yang mendengar ucapan Shena tersebut menarik sudut bibirnya, dia melirik Shena sekilas.

"Menggemaskan sekali," ucap  Athur dalam hati.

Shena yang merasa di lirik Athur langsung melirik balik, namun Athur dengan cepat menatap kedepan, melihat materi yang pak Andi berikan. 

"Kok kayak pernah lihat ya," ujar Shena dalam hati  saat melihat mata coklat Athur yang sangat pekat. Tapi dimana ya? Shena tidak ingat. 

Athur yang merasa di perhatikan langsung menoleh  menatap Shena tajam. Spontan Shena langsung membuang muka. 

"G-gak ada yang liat kamu, aku liat pak Andi, engga usah geer deh kamu," Seru Shena takut.

Athur menarik sudut bibirnya lagi lalu mendekati mulutnya di telinga Shena. "Hay, kita bertemu lagi," bisiknya dengan pelan.

Shena langsung menatap Athur sambil mengerutkan keningnya,"kapan kita pernah ketemu?"

Athur diam, dia fokus menatap kedepan, sedangkan Shena menatap Athur binggung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status