Share

04. MENGHINDAR

Shena berjalan menuju kelasnya dengan cepat, dia baru saja pulang dari kerja part time di salah satu rumah makan sebagai pelayan. Ia tak sempat untuk mandi ketika sampai di rumah tadi, untungnya dia membawa parfum dengan aroma yang enak untuk di hirup dan tahan lama.

Sampai di kelas Shena melihat sudah banyak murid yang datang membuatnya segera mencari tempat duduk sebelum dosen datang, tapi hanya ada dua tempat duduk yang kosong, satu di samping Athur dan satu lagi di samping Eric, kawan satu SMAnya dulu. Shena binggung ingin duduk di mana. Dia menatap Athur dan Eric bergantian, namun saat melihat wajah Athur yang datar dan sedang meliriknya tajam, membuat Shena berjalan menuju meja Eric. Dia teringat dengan kejadian kemarin betapa anehnya tingkah Athur kepada dirinya.

"Gue duduk di sini yah," ucap Shena meminta izin terlebih dahulu sebelum duduk.

"Disini ada Victor," ucap Eric.

"Ahh... Victor duduk sama Athur ajalah," seru Shena mengangkat  tas Eric.

Agatha dan Clara melirik Shena mereka tersenyum senang saat melihat Shena duduk di samping Eric, walauapun muka Eric tampak tidak ikhlas tapi setidaknya sahabatnya tidak duduk dengan Athur yang sepertinya memiliki dua kepribadian yang sangat menyeramkan.

"Shen, ini tempat gue," ucap Victor dengan napas yang terengah-enggah. "Kalau lo duduk disini gue duduk dimana?"

"Lo duduk sama Athur dulu ya,  gue belum ngerjain tugas jadi gue mau caper dulu ke dosen pagi ini,yah..." seru Shena berbohong sambil mengeluarkan puppy eyesnya yang membuat Victor menghela napas, lalu berjalan menuju meja Athur. Shena tersenyum senang dia benar-benar beruntung memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan membuat siapapun luluh dengan dirinya.

Athur yang sedari tadi menatap Shena hanya memandangnya datar, ada rasa kesal di dalam hatinya, gadis itu sedang menjauhi dirinya. Dia mengambil tasnya di bangku yang seharusnya di duduki oleh Shena sekarang menjadi di duduki oleh Victor.

"Hay bro, Gue Victor," ucap Victor sambil mengulurkan tanganya, Athur yang  seharusnya menjabat tangan Victor balik malah maengabaikan tangan Victor dia memberikan tatapan sinis kepada Victor membuat Victor menelan ludahnya dan menyimpan tangannya dia dalam saku sambil tersenyum kikuk, lebih tepatnya tersenyum takut.

***

Kelas pertama selesai, selanjutnya kelas kedua  yang berjarak 2 jam dari kelas pertama. Shena keluar dari kelas dengan tergesa-gesa karena ada panggilan alam yang sudah berada di ujung tanduk. Agatha dan Clara yang memahami Shena sahabatnya itu, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, betapa cepatnya sahabatnya itu berlari seketika langsung tak terlihat oleh mata Agatha dan Clara.

Shena berlari kencang dia sudah tidak tahan lagi, tapi saat sudah sedikit lagi sampai di kamar mandi dia malah menabrak seorang lelaki yang baru saja keluar dari kelas.

"Ehhh maaf maaf udah kebelet," ucap Shena dengan cepat dia berbelok ke kamar mandi.

Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, dia adalah Rangga.

Setelah buang air kecil Shena akhirnya keluar dari kamar mandi sambil merapikan pakaianya, dia sudah merasa sangat lega sekarang. Tiba-tiba dia teringat dengan lelaki yang dia tabrak tadi.

"Siapa ya yang gue tabrak tadi," ucap  Shena mengingat-ngigat baju yang di kenakan lelaki tersebut.

"Udah lega?" tanya seseorang dari belakang membuat Shen menoleh cepat.

"Kak Rangga?" ucap Shena saat  melihat Rangga berdiri tak jauh dari dirinya. Dia melihat baju Rangga sama persis dengan lelaki yang dia tabrak tadi. "Yang aku tabrak tadi kakak?"

Rangga mengangguk.

"Maaf ya kak, aku engga segaja tadi buru-buru banget soalnya udah sampe ujung," seru Shena menunduk.

"Ahh engga papa cantik," ucap Rangga sambil tersenyum. "Kamu mau kemana nih sekarang?"

"Mau ke kantin."

"Yaudah ayok barengan," ajak Rangga menggandeng tangan Shena menuju kantin, Shena yang senang di gandeng oleh lelaki tampan pun tidak bisa menolak, hitung-hitung berlindung  agar tidak di dekati oleh Athur.

Sampai di kantin Rangga berhenti di salah satu bangku yang dekat dengan stan bakso kesukaan Shena, Rangga yang sudah mengetahui makanan kesukaan Shena sejak lama  merasa senang saat melihat gadis itu tersenyum senang.

"Mau pesan apa kamu?" tanya Rangga sambil menarik kursi untuk Shena.

"Mau bakso sama jus jeruk kak, banyakin esnlnya ya," jawab Shena.

"Okey, tunggu disini ya, biar aku yang pesanin," Rangga berjalan mendekati stan bakso, sedangkan Shena mengeluarkan ponselnya dan melihat jadwal yang harus dia kerjakan setelah pulang dari kampus. Ternyata tidak ada lagi jadwal yang harus dia kerjakan setelah pulang dari kampus yang artinya dia bisa tidur nyenyak malam ini.

"Beli makanan yang banyak ahh buatt di rumah nanti," ucap Shena membuka aplikasi i*******m untuk melihat makanan yang enak yang bisa dia pesan dan di antarkan kerumahnya. Namun niatnya untuk mencari makanan lewat i*******m gagal karena melihat banyak notifikasi follow yang masuk kedalam i*******mya membuat Shena tersenyum senang. Dia merasa dia bukan gadis yang cantik seperti Lisa black pink tapi mengapa setiap membuka i*******m selalu banyak notifikasi follow dari lawan jenis yang Shena sendiri tidak ketahui siapa mereka. Hal ini lah yang membuat Shena senang.

"Kenapa tu senyum-senyum," Rangga datang membawa nampan membuat Shena langsung mematikam ponselnya dan mengambil semangkuk bakso yang  Rangga bawa.

"Ahh... Engga ada," ucap Shena tersenyum menatap Rangga.

"Yaudah yuk makan nanti keburu dingin malah jadi engga enak," seru Rangga memberikan botol kecap dan saus kepada Shena.

Shena mengangguk sambil menuangkan saus dan kecap yang cukup banyak.

Tiba-tiba kantin menjadi ramai saat Athur memasuki kantin,  seluruh mata tertuju kepadanya, termasuk Shena yang sedang menyeruput mie dari baksonya. Matanya bertemu dengan Athur membuat Shena tiba-tiba tersedak akibat mata Athur  yang menusuk tajam saat melihat dirinya.

"Ekhem... Ekhemm..." Rangga bangkit dari bangkunya mengelus punggung Shena dan memberikan minumannya. Seketika wajah Shena memerah, dan tenggorokannya terasa begitu pedas.

Shena menyeruput jus jeruknya sampai habis, baru tenggorokannya terasa mendingan. Dia melirik Athur yang berjalan melewati dirinya dengan tatapan yang sinis kearah Shena, Shena langsung mengalihkan pandangannya dan kembali menyeruput air mineral yang di sediakan setiap meja. 

"Masih pedas tenggorokannya? Mau aku beliin jus jeruk lagi?" tanya Rangga menatap Shena.

Shena menggelengkan kepalanya, " Engga usahkak aku udah mendingan kok."

"Kamu kenapa bisa tiba-tiba kesedak, gara-gara cowok itu ya?" Rangga menunjuk Athur, Shena langsung menghalang jari telunjuk Rangga.

"Engga kak, tadi tu aku terkejut aja  pas tiba-tiba kantin jadi rame banget," seru Shena mengaduk-ngaduk baksonya.

"Dia anak baru ya?"

"Iya kak, tapi engga tau pindahan dari mana."

"Yaudah lanjutin makannya, kamu mau aku ganti engga baksonya? Kayaknya itu kebanyakan saus deh," seru Rangga melihat mangkuk bakso Shena yang merah akibat saus.

"Engga usah kak, aku memang suka pedes," balas Shena sambil tersenyum.

"Yaudah makan lagi yuk, tapi pelan-pelan ya," ucap Rangga yang di jawab anggukan oleh Shena. Rangga mengelus pucuk kepala  Shena. 

Athur yang duduk di paling ujung sendirian mengahadap meja Shena dan Rangga mulai menatap keduanya dengan napas yang memburu. Ia mengeluarkan pisau kecil yang berada di saku celananya, lalu menyayat tangannya sendiri dengan kesal sambil membayangkan leher Rangga yang sednag dia potong.

Saat Athur sedang melampiaskan emosinya datang seorang gadis yang duduk di depannya menghalangi penglihatannya. Athur menatap gadis itu dengan tajam. Namun gadis itu tersenyum ke arah athur, membuat mood Athur menjadi sangat buruk.

"Kenalin nama gue Erika," ucap gadis itu mengulurkan tangannya.

"Awas dari hadapan gue!" seru Athur berhenti menyayat tangannya, dia memasukkan pisaunya kembali ke sakunya, lalu menarik jaketnya untuk menutupi luka di tangannya.

"Apasih yang lo liat?" tanya gadis bernama Erika itu, dia menoleh ke belakang dan melihat meja Rangga dan Shena yang terlihat sedang membicarakan hal yang seru. "Oh.. Liatin si jalang itu?"

Mendengar ucapan gadis di depannya dia langsung menatap gadis itu dengan tatapan membunuh, gadis itu sama sekali tidak takut dengan tatapan Athur.

"Kenapa? Gue ngomong sesuai fakta," cetus Erika membuat emosi Athur memuncak, dia mengepal tangannya lalu memilih untuk pindah meja meninggalkan gadis bernama Erika yang akan menjadi pemuas nafsunya selanjutnya.

"Lo suka ya sama Shena?" tanya gadis itu lagi duduk di depan Athur.

"Lo bisa awas gak?!"

"Kenapa sih! semua cowok engga percaya kalau Shena itu jalang!"

"Karna lo yang jalang bukan dia!"

"Lo karna anak baru aja belum tau dia yang sebenarnya, dia itu punya banyak cowok, dia itu persis kayak Jalang!"

BRAKKK

"LO BISA DIAM ENGGA?!!" teriak Athur sambil menggebrak meja dengan sangat keras membuat seisi kantin melihat kearah Athur dan Erika.

"Asal lo tau, lo lah yang jalang! Bukan Shena, sekali lagi lo bilang Shena jalang lo harus siap memilih   dibunuh dengan perlahan atau di bunuh dengan ganass..." bisik  Athur penuh dengan emosi, lalu pergi meninggalkan Erika yang masih berdiri di tempat.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Darcy Darcy Darcy
lamanya nak update
goodnovel comment avatar
nirrmalaaa
erika bakal mati deh kayaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status