Episode 13 (Carakan Pinanganten) Bagian 3
Saat mengedipkan mata, aku berada di tempat lain, tempat yang belum pernah kudatangi.
Kepalaku seperti agak pusing, namun, masih bisa untuk berdiri, karena penasaran akan hasrat dalam hati, untuk mencari tahu ini dimana.
Ada sebuah gapura terbuat dari sebuah batu bata yang entah dari apa menyambungkan.
Beberapa saat berjalan melewati gapura tersebut, mataku melihat beberapa orang, entah apa yang mereka bicarakan. Namun, ada satu kata yang membuatku tahu, kalau sekarang aku berada di mana, yaitu di daerah Nahsadewangsa.
"Berarti, ini daerah Ian disekap," gumamku lirih.
Aku memberanikan diri mendekati orang-orang yang sedang berjalan. "Maaf, permisi pak, numpang tanya."
"Iya, mau nanya apa?" tanya salah satu dari mereka.
"Apa benar, sini daerahnya Nahsadewangsa?" tanyaku.
Orang-orang itu kemudian saling bertatap muka, lalu menatapku penuh keanehan. Dua o
Episode 14 (Waranggani)Kalau di alam manusia, pasti wajahku tertepa angin.Sedangkan dialam ini, tak ada angin sedikit pun.Matahari pun, tak ada.Setiap waktu dan setiap jam, hari-hari seperti senja."Yadwakarna! Boleh ceritakan tentang Ajeng?" tanyaku penasaran."Diajeng Ratna Sari ...? Hm ... baiklah!" jawabnya.***Ratna Sari, atau yang di panggil Ajeng dari kata Diajeng adalah seorang Putri dari kerajaan Mahyang Guana. Dia juga, kekasih dari pangeran Abiseka.Suatu hari, Ratna Sari menyamar sebagai rakyat jelata selama, 3 hari.Dalam penyamarannya, dia menjadi anak seorang kusir kuda yang sejatinya, penggawa kerajaan.Pada hari ketiga, atau hari terakhir dalam penyamarannya ....Ratna Sari pergi ke sungai, untuk mencuci pakaian.Dia terpesona dengan m
Episode 1 (Cinta anak Indigo)"Andi, Kamu jahat! Beraninya menduakan-Ku. Padahal, Aku sayang sama Kamu!" gumamku terisak sambil memukul-mukul kasur."Kila, jangan sedih! Andi, akan-Ku kasih pelajaran?" ucap sosok yang mengelus rambutku, disaat aku tengkurap sambil menenggelamkan wajah ke bantal."Kasih mati saja! Aku tak mau melihatnya." tegasku berucap sembari menangis.Andi, adalah pacarku yang berani menyakiti hati ini.Sedangkan sosok yang aku panggil Biyung, dia sudah aku anggap sebagai Ibuku.Aku anak yatim piatu, yang tinggal bersama Mbok Tini (Nenek). Mbok Tini adalah penjual nasi kuning di perumahan Anggrek Merah, tempat tinggal kita.Namaku Kila Ambarsari, anak remaja kelas 11c di SMA Anggrek.Aku duduk di bangku paling belakang, karena teman-teman mengucilkanku dan banyak yang mengatakan kalau aku gadis aneh.Aku juga ingin menjadi gadis pad
Episode 2 (Tumbal Darah)Begal tersebut baru sempat membuka ikat pinggangku.Aku merontah, agar tak bisa melepaskan celana."Biadab! Orang seperti kalian tak pantas untuk hidup!" teriakku sambil mengerang penuh amarah.Mereka tertawa.Orang yang menduduki kaki dan hampir membuka celana, langsung melihat kearahku.Dia kaget, kala melihat Biyung menampakkan diri."Ha-hantu ...." teriak orang tersebut melepaskan tangannya yang hampir membuka resleting celana.Dia langsung berdiri dan berlari meninggalkan temannya yang masih memelukku dari belakang."Sial, si Edho malah lari." cletuk si jaket hitam.Aku merasakan, tubuhnya mulai bergetar dan melepaskan tangan kanannya sambil mengelus tengkuk.Dia berpaling kebelakang dengan perlahan.Nampak sosok perempuan berkulit pucat dengan pakaian bak kerajaan menatapnya begitu tajam.Dia langsung melepaskan tubuhku. Membuatku terbenam di tu
Episode 3 (Kos-an Londo)Semenjak kejadian itu, Andi tak pernah mengantarku.Dia kena marah sama orang tuanya, karena luka yang Andi dapat.Andi di rawat di Rumah Sakit Lyli Medica Center.Tapi, aku tak boleh menjenguknya.Yang membuatku aneh, kenapa perumahan Anggrek Jingga tak ada warganya. Serta, rumah yang Sella tempati rusak parah. Bahkan, ada retakkan tanah yang membelah rumah jadi dua.Perumahan Anggrek Jingga, menjadi perumahan hantu.Tak ada satu orang pun yang berani melewatinya saat malam hari."Ndok, Nenek takut! Masa Kamu pulang kerja jalan kaki? Kan jauh Ndok." ucap Nenek memperingatkan."Gak apa Nek. Lagian, Kila turun sebelum perumahan Anggrek Jingga. Jadi, tak terlalu jauh." jawabku membela diri."Jauhlah Ndok. Hampir setengah jam Kamu jalan kaki. Begini saja, untuk sementara ... Kamu Nge-kos yo?!" pinta Nenek."Tapi, Nek." ucapku terpotong."Jangan hawatir!
Episode 4 (Jimat jari mayit)Hari berikutnya, sehabis pulang dari toko.Aku langsung ke Kos-an dan sampai didepan kamar, ada seorang perempuan.Aku langsung bisa nebak siapa dia! Sosok perempuan dengan wajah suram."Assalamualaikum ...." ucapku berdiri didepan pintu sambil memandangi dia yang tengah membuka lemari."Walaikumsalam ... Kamu teman satu kamarKu?" tanyanya tersenyum. Tapi, senyum penuh kesedihan. Seakan, dia memikul banyak beban."Iya! Kakak kah yang namanya Viola?" tanyaku melangkah masuk."Iya. Kamu siapa?" tanya dia sambil duduk di atas ranjang menatapku."Aku, Kila Kak." jawabku menghampirinya.Aku memandang aneh Kak Vio, seakan ada suatu benda yang dia bawah. Sampai ... Banyak mahluk mengerumuninya.Tapi, aku tak berani bertanya macam-macam. Karena, kita baru kenal!"Kakak, mau pergi lagi?" tanyaku menatapnya."Entahlah ...." jawab Kak Vio membaringkan tubuhnya.
Episode 5 (Genderuwo lantai 2)Alhamdulillah, Kak Vio sudah tak lagi tidur di rumah pacarnya.Dia sudah rajin mengerjakan ibadah dan menyesali perbuatannya.Tapi, semakin lama perutnya semakin membengkak dan tak bisa di tutupin lagi.Dia terpaksa menanggung malu, karena kelima pacarnya tak ada yang mau bertanggung jawab. Mereka saling melempar kesalahan satu sama lain.Akhirnya, Kak Vio hanya bisa pasrah dan berniat membesarkan bayi yang tak berdosa.Kak Vio yakin, suatu hari nanti akan ada seorang lelaki yang menerima dia apa adanya.Lewat tengah malam, Kak Vio sudah tertidur pulas.Tapi, aku tak dapat memejamkan mata, karena mendengar suara desahan seorang wanita dari lantai dua.Keesokan harinya, sebelum berangkat sekolah, aku bertanya pada Kak Mita tentang kejadian semalam,"Kak, apa anak cowok boleh masuk ke Kos-an Kita?" tanyaku membuatnya m
Episode 6 (Penglaris 'Buto Ijo')Kak Vio beberapa bulan terakhir tidak pernah ke kampus lagi.Dia malu, akan cemo'oh teman-temannya yang tahu, kalau Viola hamil.Malam ini, Kak Vio berteriak.Teriakannya membangunkan ku."Astaga, Kak." ucapku kaget, melihat air ketubannya pecah.Aku panik dan memanggil para penghuni Kos. Tapi, tak ada yang membukakan pintu.Entah tidur, atau menghindari Viola.Untungnya, masih ada Kak Mita dan Kak Onah yang membantuku membawa Kak Vio ke rumah sakit.Sampai dirumah sakit, Kak Vio langsung ditangani tim dokter.Aku memilih diam diluar bersama Kak Mita dan Kak Onah.Mataku terbelalak, melihat keramaian rumah sakit.Yup, rumah sakit ini menyimpan hawa yang begitu kuat dan banyak sekali orang datang untuk berobat disini.Sampai-sampai, rumah sakit berlantai dua ini, kamarnya penuh."Aku bingung! Kak Vio akan ditempatkan dimana, setelah proses b
Episode 7 (Mama Kunti)Malam berikutnya aku kembali ke rumah sakit, untuk menemani Kak Vio.Aslinya, aku takut!Bukan takut sosok yang ada di rumah sakit ini. Tapi, takut sama Mas Wahyu, pemilik rumah sakit.Sampai di kamar Kak Vio, dia menyambutku dengan senyuman.Untungnya, si kampret gak ada. Jadi, rasa kesal ku sedikit berkurang."Kak Andi gak kesini?" tanyaku."Enggak! Besok, dia mau mengurus surat pernikahan." jelas Kak Vio yang berasa menusuk dada. Tapi, aku menutupinya dengan senyuman.Sebenarnya, ada satu hal yang bikin aku penasaran.Sosok kuntilanak dengan perut teruai."Bu Vio, Aku periksa dulu ya?" ucap Suster yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.Kak Vio mengangguk sambil tersenyum.Aku memundurkan kursi dan duduk, menatap keduanya dari kejauhan.Setelah Suster memeriksa kondisi Kak Vio, dia melangkah keluar.Tapi, langkahnya aku hentikan."Sus." pa