Beranda / Romansa / DEBTLY IN LOVE (Indonesia) / Protecting The Firstborn

Share

Protecting The Firstborn

Penulis: SURIYANA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-25 17:30:01

Mendadak, pintu kamar utama itu terbuka. Seorang wanita berkulit seputih pualam keluar sambil tertawa-tawa. Mata mereka bertatap-tatapan dan tawa itu terhenti. Di belakang, ada Bapak Hidayat yang menyamakan langkah dengan wanita tersebut.

Diawali dengan dehaman, Pak Hidayat menjelaskan, “Ini Mbok Surti, yang mengurus rumah ini.”

Wanita berkulit cerah itu memandangnya dari ujung rambut ke ujung kaki. Takut-takut Mbok Surti balas menatap, namun hanya berani sebentar saja. Meskipun demikian, dia dapat menilai kalau wanita itu cantik sekali. Rambutnya cokelat panjang diikat ekor kuda, Matanya teduh dengan kelopak yang dalam. Bibirnya penuh dipoles gincu merah. Pipi yang mulus seolah-olah tidak berpori-pori. Tubuhnya langsing dengan lekuk-lekuk di tempat yang tepat yang dibungkus dengan baju ketat berwarna merah.

She’s a maid? Kenapa tidak pakai seragam?”

“Yaaah di sini bebas saja, Honey.”

Perempuan itu melayangkan pandangan membunuh ke arah Bapak Hidayat. “Tidak bisa begitu. Harus dibedakan! Mereka harus tahu kalau mereka berbeda dengan kita. Tempat mereka tidak selevel dengan kita. Mereka harus selalu tahu itu!”

Mbok Surti terheran-heran dengan repetan perempuan itu.

Bapak Hidayat berusaha menenangkan si perempuan berkulit putih. “Mbok, buatkan kopi buat Ibu Yasmine. Kopi hitam tanpa gula.”

Tentu saja pelayan Keluarga Armadjati itu cepat-cepat melaksanakan titah.

***

Tempat pengungsian Delilah dan anak laki-lakinya yang baru berusia lima tahun adalah sebuah panti asuhan. Dahulu, Delilah tinggal di sana sejak lahir sampai usianya lima belas. Umur yang dianggap sudah dewasa dan tidak layak tinggal di sana. Tapi sekarang, lihatlah apa yang terjadi. Wanita dewasa beranak satu yang kembali meminta perlindungan kepada panti.

Senyumnya tersungging menertawakan nasib. Begitu keluar dari panti, Delilah bekerja sebagai petugas kebersihan di perusahan Keluarga Armadjati sambil menyelesaikan sekolahnya. Suatu hari, dia mengembalikan tas ayah Hidayat yang tertinggal. Rupanya tas tersebut berisi uang yang melimpah. Terkesan dengan kejujuran Delilah, pemilik perusahaan besar itu mengangkat Delilah menjadi asistennya setelah dia lulus SMA.

“Mama, dipanggil sarapan.”

Delilah yang sedang mengagumi pohon sawo tersenyum melihat kedatangan Leo. Dia mengatur kruk agar lebih kokoh menempel di ketiaknya. Anak laki-lakinya itu mendekati dan memegang kruk pelan-pelan berniat membantu berjalan. Senyum Delilah semakin melebar.

“Memangnya Mang Dadang udah datang?”

“Udah,” sahut anak kecil itu. Leonardo berusaha mensejajarkan langkah dengan ibunya sehingga tidak lagi menggandeng kruk. Rupanya, walaupun tidak dapat berjalan normal seperti biasa, langkah Delilah tetap dianggap terlalu cepat untuk anak lima tahun itu.

Dari halaman belakang panti, keduanya memasuki dapur luas yang di dalamnya dilengkapi meja panjang dan banyak kursi.

“Leo!” panggil anak-anak yang sudah berkumpul di sana.

Lari Leonardo semakin cepat demi menghampiri teman-temannya. Itu, dan seporsi Getuk Lindri yang terletak di meja.

Setiap pagi, Mang Dadang, pedagang Getuk Lindri akan mengantarkan kue tradisional tersebut untuk sarapan penghuni panti. Leonardo sangat menyukainya.

Pemandangan Leo bercengkerama dengan gembira bersama anak-anak lain, membuat hati Delilah meleleh. Hal itu mengonfirmasi pilihannya untuk keluar dari mansion Keluarga Armadjati adalah keputusan yang tepat. Di sini, anak semata wayangnya itu belajar berbagi, tunjukkan belas kasih, mengerti dan saling menghormati sesama.

Pandangannya yang mengelilingi seluruh penjuru ruangan terhenti pada pintu pemisah antara dapur dengan ruang tamu. Bukan bentuk pintu yang simpel dan tanpa ukiran yang menangkap keingintahuannya, melainkan sosok yang ada di sana. Delilah mencoba menghalau rasa dingin di lehernya.

Sosok itu adalah Hidayat Armadjati.

***

Ibu Kepala Panti Asuhan meminjamkan ruang kerjanya untuk tempat mereka mengobrol. Sebenarnya Delilah tidak mau, tapi tidak juga tidak ingin laki-laki di hadapannya itu menciptakan drama di tempat ini.

Delilah duduk di kursi dekat jendela besar di ruangan itu. Dari sini, orang-orang yang lalu-lalang masih dapat menyaksikan keberadaannya. Tangannya juga menggenggam erat-erat kruk yang dia harap dapat dijadikan senjata jika diperlukan.

I never know you were from this….” Suami Delilah itu menegakkan bingkai foto yang dalam posisi tertelungkup di atas meja kerja Ibu Kepala. “Orphanage,” sambung Hidayat menyelesaikan kalimat.

Delilah menundukkan kepala. Bukan salah suaminya jika laki-laki itu tidak mengetahui latar-belakangnya. Mereka menikah tanpa terlebih dahulu mengalami proses jatuh cinta. Ayah Hidayat yang meminta Delilah menjadi menantu keluarga itu. Delilah tahu sebenarnya Hidayat menolak perjodohan itu. Namun, sewaktu Armadjati senior sedang sakit parah terus-terusan mendesak pernikahan itu harus terjadi, Hidayat pun setuju.

“Saya nggak akan kembali, kalau itu mau kamu.”

Hidayat perlahan-lahan mendekatinya. Delilah memegang kruk semakin kuat dan menaikkannya sedikit supaya berada dalam posisi siaga.

What would people,” Hidayat menghentikan langkah, “Orang-orang bakal bilang apa?”

Delilah mengernyit. Menikah selama hampir tujuh tahun, cukup membuat dia memahami kalau Hidayat adalah pria paling egois sedunia. Pencitraan lebih penting baginya dibandingkan dengan kesehatan istrinya sendiri. Delilah mengembuskan napas. Dia melonggarkan pegangannya pada kruk sewaktu mengatakan, “Maksudmu orang-orang bakal bilang apa kalau tahu apa yang kamu lakukan ke saya?” dengan tenang.

Delilah dapat melihat suaminya mengepalkan tangan dan kening laki-laki itu berkerut-kerut.

“Del,” kata Hidayat lembut. “Kamu harus memikirkan Leonardo. Sekolahnya, masa depannya!”

“Itu yang sedang saya lakukan sekarang,” bantah Delilah. “Saya mau dia berhati baik. Saya ingin dia mampu menyelami segala hal dari berbagai sisi. Saya mau dia menjunjung tinggi kebenaran –

For God’s sake, dia itu Armadjati! My firstborn.”

“Ya! Saya akan memastikan dia nggak akan lupa itu. Tapi tolong beri saya waktu untuk membentuknya menjadi orang yang baik sebelum dia menghadapi semua kejahatan di luar sana.”

“Delilah, apa yang bisa dia capai di kota kecil ini? Tanpa pengajar terbaik, tanpa fasilitas paling canggih, tanpa –

“Saya yang akan mendidiknya.”

Hidayat tertawa seolah-olah menghinanya. “Kamu? Kuliah saja tidak! Del, Armadjati punya banyak bisnis yang harus –

“Saya bersumpah. Leo akan menjadi penerus bisnis Armadjati yang paling pantas dan dapat memajukan grup perusahaan.”

But still, what would people say?”

“Kamu bisa ketemu Leo kapan saja dan lakukan pencitraan apapun yang kamu mau.” Delilah meneliti air muka suaminya sebelum cepat-cepat melanjutkan, “Tapi, Leo harus kembali ke sini dan biarkan saya yang mendidiknya.”

I don’t

“Kamu bisa lakukan apapun yang kamu mau. Get as many as women you want,” ujar Delilah sengaja berbahasa Inggris. Dia harus menunjukkan kalau dia tidak sebodoh yang Hidayat sangka. “Tapi Leo tetap bersama saya. Don’t break the rules, or….” Kalau laki-laki picik itu beranggapan, orang yang berada dalam levelnya harus dapat berbicara bahasa internasional tersebut, maka dia harus menyesuaikan diri dengan suaminya itu. Setidaknya, Delilah memiliki strategi yang kuat agar laki-laki itu menyetujuinya kali ini.

Or what?”

“Saya bisa ambil setengah dari kekayaanmu. Saya punya banyak bukti untuk itu.”

Ya, benar. Delilah sudah belajar bahwa tidak ada yang lebih penting dari keluarga kaya raya tersebut selain masalah uang. Dia mengancam suaminya akan kehilangan banyak harta apabila terus berani mengganggunya. Menikah terburu-buru ternyata ada gunanya karena dia tidak sempat menandatangani perjanjian pemisahan harta.

Dari sorot mata Hidayat yang merah membelalak dan kepalan tangan yang gemetaran, Delilah tahu bahwa suaminya itu paham betul apa yang dia maksud. Tapi, apakah suaminya itu rela membiarkannya hidup bersama anak satu-satunya?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Last Hurrah

    Dina tidak lagi takut berhadap-hadapan dengan wanita secantik malaikat itu. Dia sudah mendengar semuanya dari Leonardo. Bagaimana Wendy sebenarnya memiliki cita-cita lain sekadar dari menjadi seorang nyonya rumah. Dia bahkan mengagumi upaya Leo agar istri Bastian itu mendapatkan apa yang diinginkan. Awalnya, dia tidak setuju kalau niat baik itu dibalut dengan perjanjian antara Wendy dan Bastian untuk tetap dalam ikatan pernikahan. Namun, dia bisa bilang apa kalau dua-duanya telah setuju. Seperti Leo, dia hanya berharap di tengah-tengah perjanjian itu, cinta antara Wendy dan Bastian akan kembali bertumbuh.“Hai,” sapa Dina.Wendy mengedikkan bahu. Bahkan cara wanita itu bersikap tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekeliingnya tampak menakjubkan. Elegan dan membuat orang lain berniat untuk memberikan apa saja yang diminta oleh Wendy.“Nona Wendy ikut makan, ya,” ajaknya santai sambil menata piring baru di meja yang kosong.Tidak

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   A Good Life

    Dari kejauhan, Dina sudah melihat bayangan Leonardo. Senyum di wajah laki-laki itu menerbitkan cahaya benderang di kepalanya. Leonardo setengah berlari menghampirinya. Pria itu langsung mengambil alih kursi roda dari pegawai bandara untuk mendorong ayahnya. Cerminan seorang pria yang bertanggung jawab.“Gimana Bali?” tanya laki-laki itu.“Sepi.” Itu karena tidak ada kehadiran Leonardo di sana. Tapi, tentu saja Dina tidak akan mengungkapkan bagian terakhir dari pikirannya itu terang-terangan. Dia masih malu mengakui perasaannya terhadap laki-laki itu. Ditambah, dia juga tidak ingin Leonardo menggodanya terus-terusan.Mereka telah berada di parkiran mobil. Dengan sigap laki-laki itu membantu mendudukkan Ayah di kursi tengah, sedangkan Dina mengatur tas bawaan mereka di bagasi. Ketika Dina menutup pintu bagasi, Leonardo sedang mengembalikan kursi roda kepada petugas bandara.Dina cukup heran karena tidak menemukan satu orang pengawal

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   In Between

    Ditinggal oleh Dina, Leonardo belingsatan. Apa jawaban Dina? Apa dia kelewatan sudah menarik tangan perempuan itu? Apa dia tidak sopan karena terdengar begitu memaksa? Bagaimana kalau Dina menolaknya? Jantungnya berdegup kencang. Biasanya, Leonardo adalah orang yang dapat menerima apa saja: baik ataupun buruk. Tapi kali ini, dia punya asa. Dia ingin harapannya kali ini terkabul. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan kalau usahanya gagal.Leonardo berjalan mondar-mandir dengan sepatu Dina di tangannya. Sekarang apa? Menunggu gadis itu dan menuntut jawaban darinya? Atau, dia bisa pergi dan keinginannya. Tidak, tidak. Leo tidak siap apabila dia gagal mendapatkan bahagia.“Mas Leo.”Leonardo membalikkan badannya. Dan di sana, pada salah satu anak tangga, ada Dina yang memandanginya. Rambut panjang gadis itu ditata kuncir kuda. Mata besarnya berbinar-binar dan senyumnya merekah sampai ke telinga. Seakan-akan waktu bergerak melambat, Leonardo menikmati

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Growing Love Together

    Begitu Leo turun ke lantai bawah, dia tepergok dengan Dina yang sedang mendudukkan ayahnya di kursi di foyer. Di sebelah Ayah, telah tersedia tas dan satu buah koper. Rupanya, gadis itu serius dengan rencana kepindahannya ke Bali. Leo sedikit kesal karena perempuan itu tidak berniat sedikitpun untuk pamit kepadanya.“Uhm, Pak Hidayat ada?” tanya gadis itu.Dengan dagunya, Leonardo memberikan kode kalau ayahnya ada di ruang kerja di lantai atas. Dia menyaksikan Dina yang berjongkok dan pamit kepada Ayah sebelum meneruskan langkah sesuai petunjuk Leo.Leo sudah memerhatikan bahwa sejak bertemu dengan ayahnya kembali, Dina selalu enggan untuk berjauh-jauhan dengan orangtuanya itu. Seolah-olah gadis itu takut akan terjadi apa-apa kepada ayahnya jika dia meleng sebentar saja. Benar-benar sosok yang penyayang.Kata-kata Olivia jadi terngiang-ngiang di telinganya. Satu yang tidak dapat dia enyahkan adalah perihal penyesalan karena kata-kata

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   It's Time to Change

    Sepeninggal Mbok Surti, Bacon mengambil sebuah amplop dari balik jas belakangnya. Pengawal itu memberikannya kepada Pak Hidayat, bos paling tinggi dalam hierarki Grup Armadjati.“Itu dari pantat kamu?” sindir Pak Hidayat. Mana mungkin dia mau memegang sesuatu yang entah sudah berapa lama mengendap di bokong pengawal itu. “Apa itu?” tanyanya seraya menyembunyikan tangan di punggung, pertanda dia tidak mau menyentuh amplop tersebut.Bacon mengeluarkan isinya yang berupa kertas-kertas dokumen, dia menjejerkan semuanya di atas meja kopi. “Identitas pembunuh bayaran Danny.”“Foto dan kirim ke saya,” perintah Pak Hidayat sedikitpun tidak mau memegang dokumen.Bacon melakukan apa yang dia perintahkan. Sebaik foto-foto itu masuk ke folder pesan di telepon genggamnya, Pak Hidayat mengamati dokumen tersebut. Sayangnya, tidak banyak yang dapat dia telaah dari laporan Bacon tersebut. Pasalnya, ada beberapa kartu tanda p

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   One More Thing

    Pak Hidayat mencoret satu baris dari daftar kegiatan yang harus dia lakukan hari ini. Tahu-tahu, teleponnya mengalunkan notifikasi tanda pesan masuk. Dia membacanya sekilas. Dari sekretarisnya yang menanyakan apakah dia akan datang ke kantor hari ini.Jawabannya adalah tidak, pikir laki-laki itu seraya membalas pesan. Beberapa hari terakhir, dia harus membereskan kekacauan yang terjadi di rumahnya. Pak Hidayat mengecek email. Dia menunggu kabar penting seputar keberadaan istrinya dan Danny. Geram hatinya kalau mengingat-ingat dua makhluk tak berguna itu.Notifikasi pesan terdengar lagi. Every ship needs a captain.Pak Hidayat mengembuskan napas panjang. Dia juga tahu maksud tersembunyi dari pesan yang dikirimkan oleh sekretarisnya itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Keluarganya lebih membutuhkan perhatiannya saat ini. Pak Hidayat tidak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti yang sudah-sudah dengan mengabaikan mereka. Terlebih sewaktu anak-anaknya telah b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status