Share

Simpanan Pria Beristri

"Anda baik-baik saja, Nona?" tanya seorang pelayan kala mendapati Bianca telah tersadar dari pingsannya.

Bianca mengangguk sekilas sembari mendudukkan dirinya di tempat tidur.

"Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?" tanya pelayan tersebut lagi.

Bianca menggeleng, "Pergilah. Aku ingin sendiri," ucapnya pelan.

Pelayan tersebut tanpa membantah segera enyah dari kamar sang majikan.

"Argh! Bisa-bisanya aku pingsan lagi, dasar lemah!" umpatnya pada dirinya sendiri, kala tinggal ia seorang di dalam kamar itu.

Bianca menghirup napas dalam-dalam, sebelum setitik senyum tersungging di bibirnya kala mendapati bahwa udara di kamarnya kini telah berganti dengan aroma citrus yang dapat menenangkannya dalam sekejap.

***

Keesokan harinya.

Bianca menurunkan kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya. Menatap ke samping di mana rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh di sana. Tanpa pagar yang mengelilinginya.

Suasana rumah tampak sepi, selalu sama seperti dahulu. Hanya saja, kini, penghuni rumah di dalamnya yang berbeda.

"Apa pekerjaan mereka, Luke?" Bianca bertanya.

"Tuan Thomas seorang mantan pengacara, sementara Nyonya Thomas hanya seorang ibu rumah tangga, Nona," jawab Luke setelah paham kemana arah pandang Bianca.

"Berapa harga yang kau tawarkan untuk mengambil rumah ini?" tanya Bianca lagi tanpa melepas tatapan pada rumah tersebut.

"Harga tertinggi yang saya tawarkan adalah 1 juta euro, Nona."

Bianca langsung mengalihkan atensi pada Luke yang berada di kursi depan.

" ... dan mereka tidak mau menjualnya?" tanya Bianca dengan kening berkerut.

"Tuan Thomas mengatakan, tidak akan menjual rumah itu berapapun nominal yang ditawarkan, Nona. Tuan Thomas berkata, jika rumah tersebut nantinya akan diberikan kepada seseorang dan saat ini ia tengah menunggu orang tersebut," jelas Luke panjang lebar.

Bianca mendecih, "Ini gila! Mereka tidak menerima 1 juta euro-ku dan malah akan memberikan rumah ini pada orang lain? Aku tidak akan membiarkannya," desis Bianca.

"Luke, cari tahu siapa seseorang yang dimaksud kedua tua bangka itu. Berani-beraninya mereka memberikan rumah yang aku inginkan pada orang lain," kata Bianca tegas.

"Baik, Nona. Saya akan menemukannya sesegera mungkin."

"Bagus. Sekarang, antarkan aku ke Martinez Inc ."

***

Eduardo Martinez memasuki kediamannya yang tampak lenggang hampir setiap ia pulang ke rumah. Hari ini, pria itu pulang cepat karena merasa kurang fit. Beberapa hari ini, pekerjaan di perusahaan menumpuk hingga pria itu cukup banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, bekerja dan bekerja.

Eduardo menghempaskan tubuh di sofa ruang tengah rumah besarnya. Disambut dengan kecupan penuh cinta dari sang istri, sangat jarang sekali ia terima. Bagaimana tidak? Isabell sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter spesialis kardiovaskular yang sangat kompeten di tempatnya bekerja. Wanita itu sangat jarang memiliki waktu luang apalagi pulang cepat.

Eduardo sama sekali tidak keberatan. Ia mencintai wanita itu sejak mereka menikah, dan mengalami hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan. Pria itu juga bisa di katakan pria yang sangat setia dengan pasangannya, karena meski jarang mendapat perhatian sang istri, Eduardo tidak mencari kepuasan dari wanita lain di luar sana. Ya. Setidaknya sebelum wanita penggoda bernama Bianca Ruiz memasuki kehidupannya lewat dunia maya setahun terakhir.

Eduardo merogoh saku celana bahan yang ia gunakan, mengeluarkan ponsel mahalnya untuk menelepon sang istri.

"Halo, Isabell," sapa Eduardo ketika panggilan di angkat di dering ke-lima.

"Hm, h-halo, Eduardo. Ada apa?" sapa Isabell dari ujung telepon dengan suara yang cukup serak.

Eduardo mengernyitkan kening, "Isabell, kau sakit?"

"Oh, tidak. Aku kurang minum air hari ini. Jadwal di rumah sakit semakin padat, bahkan untuk sekedar istirahat saja, sangat sulit," jawab Isabell lagi.

"Selalu begitu. Setidaknya, istirahatlah walau sebentar. Jangan sampai kesehatanmu terganggu karena itu. Apa aku harus meminta kepala rumah sakit untuk mengurangi jadwalmu?"

"Tidak perlu, Eduardo. Aku senang melakukannya dan ini sudah menjadi bagian dari diriku, kau tahu, 'kan?"

Eduardo akhirnya menghela napas, "Baiklah. Tapi, jika bisa, usahakan kau memiliki waktu istirahat, oke?"

"Ya, Eduardo. Sudah dulu ya, sekarang aku ada jadwal operasi," kata Isabell sembari menutup telepon.

Eduardo tidak lagi menjawab. Sudah tahu pasti bahwa bahkan untuk sekedar bertelepon pun jika wanita itu sedang di rumah sakit, waktunya sangat minim sekali.

Eduardo memejamkan matanya yang terasa berat. Bahkan untuk mengangkat tubuh menuju kamar mereka pun ia sudah sangat lelah. Akhirnya, pria itu pun memilih tidur bersandar di sofa dengan jas yang telah ia lepaskan terlebih dahulu. Kini, menyisakan kemeja putih yang melekat di tubuh kokohnya. Tak selang beberapa menit setelahnya, pria itu sudah jatuh lelap dalam tidurnya.

***

"Apa? Dia pulang cepat hari ini?" tanya Bianca pada resepsionis kemarin.

"Ya, Nona. Tuan Eduardo kelihatannya tidak enak badan hari ini," jelas resepsionis itu yang sudah terkena tipu daya dan percaya bahwa Bianca adalah simpanan Eduardo.

Bianca mengetuk-ngetukkan jarinya di meja resepsionis, memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menghampirinya ke rumah," ucap wanita itu tanpa ragu. Ia meraih tas tangannya yang tadinya ia letakkan di atas meja, lalu berbalik dan melenggang santai meninggalkan lobi perusahaan.

Resepsionis itu hanya bisa berdecak sembari geleng-geleng kepala tidak menyangka.

"Oh Tuhan, sayang sekali gadis-gadis cantik sekarang lebih suka menjadi simpanan daripada istri sah," gumam wanita pelan sembari menatap punggung Bianca yang perlahan menghilang.

***

"Luke, antarkan aku ke rumah Eduardo Martinez," titah Bianca begitu masuk dan mendudukkan diri di kursi belakang pada asisten pribadinya yang paling setia itu.

Tanpa membantah, Luke mengangguk dan mulai menancap gas meninggalkan Martinez Inc menuju kediaman Eduardo Martinez seperti yang di perintahkan sang nona.

Dalam perjalanan menuju rumah Eduardo, sisi iblis Bianca muncul begitu saja. Bibirnya tersungging miring kala sebuah ide licik terlintas di benaknya. Bertepatan sekali ia akan datang ke kediaman pria itu.

"Luke, berhenti di apotik terdekat," kata Bianca memerintah.

Tak lama, Luke menghentikan kendaraan beroda empat itu di salah satu apotik yang mereka lewati.

Bianca merogoh tas, mengeluarkan beberapa lembar uang, dan menyerahkannya pada Luke.

"Belikan obat perangsang paling mujarab di apotik ini. Oh, ya, dan jangan lupakan juga obat apapun yang biasa diminum untuk seseorang yang tidak enak badan," ucap Bianca tanpa malu yang langsung dituruti Luke tanpa banyak bicara.

***

"Anda mencari siapa, Nona?" tanya penjaga yang berjaga di gerbang rumah Eduardo.

"Kekasihku," kata Bianca dengan mata menilai rumah mewah yang berdiri kokoh di hadapannya. Salah satu rumah termewah di kawasan perumahan elit para pebisnis itu.

Penjaga tersebut lantas berkata, "Sepertinya anda salah rumah, Nona. Rumah ini tidak di huni oleh pria lajang."

Bianca memutar bola mata malas, "Aku mencari kekasihku, Eduardo Martinez. Jadi, apa aku salah rumah?"

Raut terkejut tampak dari wajah sang penjaga gerbang.

Bianca segera merogoh tas tangannya, mengeluarkan ponsel lalu menampilkan roomchat-nya dengan Eduardo Martinez.

[Datanglah ke sini, Sayang. Aku sudah sangat tidak sabar untuk bercinta denganmu lagi.]

Itulah sederet pesan yang dikirimkan Eduardo Martinez kepada Bianca.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status