Share

Datangnya Pasukan Mafia

Mendengar ucapan tersebut, seketika dua pria tegap di belakang Adam maju ke hadapan.

Namun Adam menahannya. lalu dua orang ajudan mundur kembali di belakangnya.

"Ini tidak bisa dibiarkan Jendral,"

"Dia sudah berani menghina anda," ucap salah satu Ajudan.

Jhony menimpali ucapan Ajudan tersebut. "Haha! Jendral? cukup bagus juga kebohongan kalian!"

Any menyauti Jhony, "Jangankan menjadi Jendral. untuk selevel bintara saja dia tidak pantas. Sudahlah, jangan berpura-pura di depan kami. saya tau kalian hanya bersandiwara agar si Sampah itu tidak terus-menerus terhina!"

Adam hanya diam mendengar ucapan tak berguna dari mulut mereka.

Tak berselang lama, sebuah mobil berwarna biru dengan pengawalan ketat datang lalu memarkir di depan rumah.

Suasana masih ramai dipenuhi para prajurit bersenjata lengkap, Paska penangkapan Sang gembong mafia.

Seorang pria bertubuh tegap dengan baju dinas lengkap dengan lencana keluar dari mobil dijaga ketat oleh beberapa ajudannya.

Ia memperhatikan sekitar yang dipenuhi oleh prajurit bersenjata lengkap.

hal itu membuat Sang Brigadir Jendral bertanya-tanya.

Jhony menghampiri Brigjen Hady lalu menyapanya.

"Selamat siang Brigjen Hady, saya sudah menunggu kedatangan anda, saya ingin menunjukkan bahwa ada salah satu oknum tentara. yang kemungkinan seorang bintara mencoba mengusik rumah kami!"

Brigjen Hady tampak mengerutkan keningnya.

"Tapi, sebelumnya saya ingin bertanya dulu dengan anda. Ada kejadian apa hingga banyak tentara bersenjata lengkap di sekitar sini?" tanya Brigjen Hady.

"Sebenarnya, di rumah ini sedang diadakan pesta pertunangan. Tapi tiba-tiba seorang tentara bersama pasukan datang menghancurkan acara dan menangkap calon pempelai pria tanpa sebab. Bukan itu saja, dia mencoba mengambil hak rumah kami Jendral!" Seru Jhony, mengadu.

Tentu saja alasan itu membuat Brigjen Hady semakin bertanya-tanya sekaligus murka.

"Loh, apa masalah mereka hingga mengusik acara Kalian!"

"Yang mana tentara yang berani mengusik kalian?!" tanya Brigjen Hady dengan penuh amarah.

Lantas Jhony menunjuk Adam yang tengah berdiri bersama ajudannya.

"Itu dia Jendral!" Seru Jhony.

Sontak saja Brigjen Hady terkejut bukan kepalang.

"D–dia!"

Brigjen Hady seketika berlari menghadap kepada Adam. Diikuti oleh para pengawalnya.

Mereka langsung melakukan penghormatan militer.

"Berikan Hormat kepada Sang Panglima Besar!" teriak Brigjen Hady, lalu seluruh pengawalnya melakukan penghormatan.

Any dan Jhony tampak semakin terkejut.

"Jhony! seseorang yang kamu bawa malah melakukan penghormatan! Apakah kamu tidak salah menyuruh dia datang ke sini Jhony?" tanya Any, berbisik.

Jhony pun menjawab, "Tidak salah Ma, dialah seorang Jenderal Polisi militer. Tidak ada satu orang tentara pun yang tak segan dengannya," ucap Jhony.

Mendengar perkataan Jhony, Any tampak semakin bingung.

Berharap mendapat perlindungan dari Sang Jenderal Polisi. Kenyataannya malah sebaliknya. Brigjen Hady tunduk di hadapan Adam.

Lalu Brigjen Hady kembali menegakkan badan lalu berjabat tangan dengan Adam.

"Selamat siang Jenderal! saya sangat senang bertemu dengan anda. selama beberapa tahun ini dunia militer sangat kehilangan. Akhirnya Anda kembali lagi menjadi Sang Panglima besar yang dapat memimpin pertahanan Negeri ini. Karena hanya andalah Negeri ini akan menjadi aman," ucap Brigjen Adam.

Tampak Any dan Jhony semakin tercengang mendengar Sang Jenderal memuji Adam.

"Terima kasih atas pujian Anda. Sejujurnya saya baru mengetahui jati diri saya akhir-akhir ini. Karena, tak ada seorang pun yang memberitahukan sebuah insiden yang pernah menimpa diri saya di masa lalu. Beruntung, ada sebuah kejadian yang membuat saya semakin yakin. Bahwa di dalam jiwa ini, ada jiwa Seorang Panglima," ucap Adam.

Brigjen Hady pun tersenyum tatkala mengetahui Adam telah menyadari jati dirinya.

Lalu Jhony melangkah mendekati Brigjen Hady. Lalu ia berkata sinis sambil menunjuk wajah Adam.

"Dia yang ingin merebut rumah ini Brigjen! Tolong tindak tegas oknum satu ini!" teriak Jhony.

Tiba-tiba, Prakk!

Brigjen Hady melayangkan tamparan hingga mengenai kepala Jhony.

Pria bertubuh atletis namun sedikit kemayu tersebut jatuh dan hampir terjungkal.

"Jaga bicara mu!"

"Dia adalah seorang Panglima Besar Kemiliteran di Negeri ini!"

"Saya mengenalnya! Tidak mungkin dia melakukan hal tercela seperti itu!" Seru Brigjen Hady.

Lalu Jhony kembali bangkit dan mengusap seluruh kotoran dari pakaiannya.

"Tapi Jenderal, aku berani bersumpah. Dia ingin mencuri surat rumah ini,"

"Bohong!" Tiba-tiba saja Lusyana muncul dan berteriak. Membuat Jhony terdiam dan Brigjen Hady menoleh ke arah Lusy.

Lalu Lusyana berdiri di hadapan Brigjen Hady.

"Mereka lah yang telah mencuri surat rumah milikku. Mereka telah mengganti nama kepemilikan rumahku atas kehendak mereka sendiri!" ucap Lusyana dengan berderai air mata.

Brigjen Hady memandang Jhony dengan tajam dan berkata. "Jadi kau membohongiku Jhony?"

Seketika Adam menjawab, "Benar, dia adalah istriku. Dan merekalah yang telah merebut rumah hasil keringatnya dengan seenaknya,"

Sontak saja Brigjen Hady terbelalak matanya memandang Jhony.

Ia seketika melangkah mendekati Jhony dan menggenggam kerah bajunya.

"Jadi seperti ini kebohonganmu Jhony!"

"Berani sekali kamu melakukan hal tidak baik kepada Jenderal Adam dan istrinya!" seru Brigjen Hady, dengan memelototi Jhony.

Jhony tampak gemetaran bercampur keringat dingin. Seorang Jenderal bertubuh kekar murka hingga memelototi dirinya.

Jhony menoleh ke arah Any. Dari raut wajahnya terlihat Jhony ketakutan dan meminta pertolongan.

Namun Any hanya bisa terdiam. ia tak berkutik di hadapan Brigjen Hady.

Seketika Brigjen Hady mendorong tubuh Jhony dengan keras hingga ia terpelanting.

Semua orang tercengang melihat kejadian itu. Di saat Brigjen Hady akan mengampiri Jhony untuk menghabisinya. Tiba-tiba Adam melangkah dan mencoba menenangkan Brigjen Hady yang tengah murka.

Ia menepuk pundak Brigjen Hady dan berkata, "Sudah, Jaga emosimu Hady. Bagaimanapun dia masih saudara istriku. biar aku yang akan memberinya pelajaran," ucap Adam, pelan.

Lantas Brigjen Hady pun menuruti perintah Sang Panglima tanpa sedikitpun membangkang.

Ia menundukkan kepala di hadapan Adam dan berkata, "Maaf jika saya kelewat batas dalam memberikan pelajaran untuk orang itu. Bagaimanapun saya akan membela dengan jiwa raga demi harga diri anda Jenderal Besar!"

Adam pun tersenyum seraya menepuk pundaknya.

"Terima kasih sudah memperlakukanku seperti ini. sekarang aku bersama pasukan akan menuju ke markas besar kemiliteran. untuk memberikan tindakan kepada James. Seorang gembong mafia. dan dia juga yang telah membunuh keluargaku."

"Kini, ia sudah berada dalam mobil lapis baja karena dikhawatirkan adanya serangan balasan dari para mafia di perjalanan nanti," ucap Adam.

Mendengar itu, Hady seketika terkejut.

"Anda berhasil menangkap James?"

"Luar biasa! selama ini kami kesulitan dalam menangkapnya karena perlawanan dari para pasukan Mafia!"

"Saya sangat salut dengan anda Jenderal," ucap Brigjen Hady, memandang kagum.

Di tengah perbincangan itu, Tiba-tiba terdengar suara letupan senjata dari sudut jalan.

Suara yang menggelegar dari senjata Ak47. Dan seketika Adam dan Brigjen Hady mengeluarkan senjata dari balik bajunya.

Adam menarik Lusyana dan membawanya menuju ke tempat aman.

"Lepaskan James atau kami akan membantai kalian!" teriak seseorang berjas hitam di sebuah sudut jalan. Ia diiringi oleh puluhan pria bersenjata.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marjit Tina
ngak bisa lepas,sedap kisahnya,tapi ngak cukup koin.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status