Share

DENDAM SANG PEWARIS
DENDAM SANG PEWARIS
Author: NingsNingrum

SATU

Keheningan yang pekat memenuhi atmosfer ruangan yang berukuran enam kali empat meter tersebut. Terlihat dua orang wanita yang berdiri sedikit gemetar menghadap sebuah meja besar yang sedikit penuh dengan tumpukan map sewarna dengan yang sedang di baca oleh seorang wanita muda di balik meja.

Embusan napas panjang wanita itu semakin membuat dua pegawai wanita tadi was-was.

I’m done. Bukankah saya bilang berkali-kali jika kita tidak bisa menambahkan biaya produksi? Jika masih belum bisa menentukan berapa target minimum dengan benar, seharusnya kalian tidak mengambil keputusan serampangan begini.”

Wanita itu mengentak map di atas meja. Tidak peduli tatapan takut-takut dua pegawai wanita di depannya. “Perbaiki dan serahkan kembali sebelum pukul empat sore ini,” ujarnya dingin tanpa mengalihkan pandangan dari layar elektronik yang berpendar lembut di hadapannya.

Salah satu dari pegawai itu mengambil benda persegi berwarna hitam itu kemudian pamit undur diri.

 “Ternyata rumor yang menyebar itu bukanlah rumor yang tidak berdasar.” Salah satu pegawai itu bergidik.

“Kau lihat tadi? Bagaimana ia bisa menyadari penambahan biaya produksi yang kita selipkan?”

“Jabatan Manager Keuangan itu bukan hal yang mudah dicapai. Pastinya karena dia berkemampuan.”

“Siapa yang kalian bicarakan?”

Kedua pegawai wanita itu terperanjat.

Miss Anderson, Miss Robinson. Jika kalian memiliki banyak waktu membicarakan Sally, apakah tidak lebih baik waktu itu digunakan untuk merevisi proposal itu?”

“Baik, maafkan kami, Mr. Smith.”

Kedua pegawai tadi kemudian buru-buru kembali ke kubikel mereka.

***

Tiga puluh menit lagi matahari akan terbenam, dan dalam dua puluh menit semua kantor akan mengakhiri jam kerjanya. Su Li harus mencuri start. Wanita itu juga berdoa di dalam hati, agar tidak banyak orang yang berpikiran sama dengannya.

Mantel coklat yang membalut sweater putih yang ia kenakan ternyata cukup ampuh menghalau dingin saat dirinya sudah berada di luar gedung dengan tulisan Ubex Corporation berwarna silver di atas pintu masuk. Selang tak lama, taksi yang ia pesan tiba.

Musim dingin bagi Su Li adalah sebuah love hate relationship. Wanita itu menyukai winter karena malamnya akan lebih panjang, serta identik dengan holiday. Artinya akan banyak clearance sale serta diskon besar-besaran.

Walaupun terkadang niat berbelanja itu akan menguap seperti salju yang mencair di musim semi kala melihat laporan cuaca yang mendekati angka nol bahkan bisa di bawah nol. Su Li sangat sensitif dengan udara dingin.

Hacho.” Gadis itu mengelap ujung hidungnya yang berair, inilah salah satu alasan ia tidak suka dengan musim dingin.

Sambil menghabiskan akhir pekan di dalam apartemen yang hangat, Su Li menghabiskan waktu untuk menamatkan series yang sudah ia tonton berminggu-minggu yang lalu.

Secangkir cokelat yang masih mengepulkan uap tipis dengan keberadaan dua buah marshmallow kenyal di dalam cangkir menjadi rekannya malam ini.

Baru saja ia memasrahkan diri di atas sofa empuknya, bel apartemennya berbunyi. Dengan langkah tidak sabar, ia membawa torsonya mendekati pintu. Benar saja, sang kurir yang membawa kotak coklat itu berdiri dengan sabar di depan pintu.

Hello, Miss Su. Ini paketmu.”

Thank you, Bram.” Setelah mengisi tanda terima, ia menerima paketnya.

Tak sabar ia mencari gunting guna membuka paket tersebut. Sepatu cantik itu sudah bersemayam lama di keranjang belanjanya. Hanya saja Su Li menunggu diskon seperti saat ini.

Keningnya berkerut kala kotak coklat itu berhasil dibuka. Tidak ada sepatu coklat incarannya, melainkan hanya sebuah flashdisk. Tidak mungkin Bram salah memberikan paket miliknya.

Su Li kembali memeriksa keterangan yang tertempel pada kardus. Benar paket itu memang ditujukan kepadanya. Wanita itu kemudian mencoba mencari hal lain, dan nihil. Kardus itu hanya berisi sebuah flashdisk.

Su Li mencoba menghubungi nomor telepon yang tertera pada paket. Tidak tersambung. Bahkan nomor tersebut tidak terdaftar. Rasa penasaran memenuhi dadanya, ia kemudian membawa flashdisk tersebut ke ruang kerja untuk memeriksa isinya.

Gadis itu mengumpat pelan saat melihat ternyata diska lepas tersebut memiliki password. Ia kemudian beranjak dari meja kerjanya, namun tak berapa lama ia kembali duduk.

“Tidak bisa seperti ini,” gumamnya. Su Li berusaha memikirkan kombinasi apa yang memungkinkan. Percobaan pertama ia gagal, kembali jemari lentik itu menekan beberapa tuts keyboard komputer membentuk kombinasi ulang tahun sang Ibu.

Tak disangka, diska lepas tersebut berhasil terbuka. “Yash,” pekik Su Li kegirangan.  Namun kernyitan tercipta di keningnya saat ia hanya menemukan satu folder yang tak bernama.

Tidak ada hal spesial, folder tersebut hanya berisi satu file dalam format audio berdurasi kurang dari satu menit. Su Li kemudian membuka file tersebut.

Selesaikan tugasmu dengan benar. Su Liang bodoh itu sedang lengah sekarang.” Suara berat seorang pria berkumandang memenuhi ruangan.

Su Li terkesiap, apa maksud dari lelaki itu? Bisa dipastikan bahwa dirinya saat ini sedang mendengarkan percakapan telepon seseorang.

“Kau pikir ia akan tahu bahwa istrinya dibunuh? Lelaki kolot itu hanya peduli dengan hartanya.”

Su Li menutup mulutnya, maniknya menjadi perih dan dadanya sakit seperti terhimpit batu. Jarinya sudah tidak ada tenaga untuk menghentikan percakapan itu.

“Bos akan membayarnya lunas. Kau hanya perlu lakukan sesuai rencana. Jangan sampai gagal.”

Suara gemericik terdengar sebelum percakapan itu berlanjut. “Kau akan mendapatkan bonus jika bisa membuatnya tersiksa sebelum membunuhnya.”

Pertahanan Su Li runtuh, air matanya menganak sungai dengan kedua tangan yang mengepal. Ia berjanji akan mengejar bedebah yang telah membunuh ibunya itu, sampai perlu ke ujung dunia pun akan ia kejar.

“Kau akan mendapatkan bonus jika bisa membuatnya tersiksa sebelum membunuhnya.”

Manik kelamnya menatap nanar layar komputer. “Aku harus pulang,” tekadnya sambil mengepalkan tangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status