Share

Bab 3. Tolong Aku

"Kamu bersyukur?" tanya Jayden dengan sebelah alis mata yang terangkat. 

"Aku bersyukur untuk itu. Itu lebih baik daripada aku harus mengandung anak dari salah satu manusia-manusia bejat itu, karena akibat dari pemerkosaan! Jika itu terjadi, maka aku akan bunuh diri."

"Lagipula setelah apa yang terjadi, bagaimana Anda mengira aku memiliki keinginan untuk hamil di masa mendatang? Rahim, bukan sesuatu yang penting bagiku saat ini. Yang penting adalah aku ingin membalas dendam! Aku hanya ingin balas dendam!" tegas Alula dengan suara bergetar. 

Seulas senyum puas, terpatri di wajah tampan Jayden Lee. Keputusannya tidak pernah salah, begitu juga dengan kemampuannya untuk menilai seseorang. Ya, ia tidak salah menilai wanita yang terbaring di hadapannya saat ini. 

"Bagus! Selamat telah menjadi salah satu anggota keluarga klan Lee. Pulihkan dirimu dan setelah itu, aku akan mengurus semuanya untukmu," ujar Jayden dan dengan anggun, ia pun berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kamar rawat VVIP tanpa sekalipun menoleh ke belakang. 

Alula, memejamkan mata saat ia tinggal sendirian di ruangan luas ini. Bau disinfektan memenuhi penciumannya, bau khas dari rumah sakit. Apakah keputusannya tepat? Tepat atau tidak, itu tidak penting. Sebab, hanya ada satu alasan mengapa ia bertahan hidup yaitu karena keinginan balas dendam yang begitu kental. 

"Selamat malam, Nona. Perkenalkan aku Joe," sapa Joe, salah satu tangan kanan Jayden yang ditugaskan untuk bertanggungjawab terhadap anggota keluarga baru klan Lee. 

Alula, membuka mata lebar dan menatap ke arah seorang pria dengan setelan formal yang melangkah ke arahnya. Seketika, tubuhnya gemetar hebat saat melihat seorang pria asing mendekatinya. Trauma akan pemerkosaan yang dialami, membuat Alula dikuasai ketakutan dan panik. Tubuhnya dibasahi peluh, mulai dari kepala sampai ke ujung kaki. 

"P-Pergi! PERGI!" teriak Alula kembali dengan tubuh yang gemetaran. Ia ingin lari, tapi tubuhnya begitu lemah dan hanya mampu berteriak. 

Joe, pemuda berusia 25 tahun langsung menghentikan langkah kaki saat melihat betapa panik dan ketakutannya pasien yang terbaring di ranjang. Ia diperintahkan oleh sang Tuan untuk mendampingi wanita itu, tapi siapa yang menyangka reaksi seperti itu yang ia dapatkan. 

"PERGI! PERGIII!" teriak Alula, kembali. 

Jayden yang mendengar teriakan itu, langsung berderap kembali ke dalam kamar rawat VVIP. Beberapa orang perawat dan seorang dokter, juga turut berlari ke arah ruang VVIP di mana Alula berada. 

"Ada apa?" tanya Jayden, saat melangkah masuk ke dalam ruangan itu. 

"T-Tidak ada Tuan! Saat aku masuk, wanita itu langsung histeris," jelas Joe, yang sendiri tidak paham atas apa yang terjadi. 

Jayden, memfokuskan pandangan ke arah wanita itu. Saat seorang dokter datang mendekati, wanita itu semakin histeris dan mulai meronta. Terlihat rasa takut dan panik, yang membuat wanita itu terus meronta seperti orang yang kehilangan akal. 

"Suntikkan penenang!" perintah sang dokter, yang merupakan seorang pria paruh baya. 

Saat tangan sang dokter, menyentuh lengannya, Alula semakin histeris dan mulai meronta. Ia ketakutan, saat melihat pria asing mendekati apalagi menyentuh dirinya. 

Para perawat mulai berusaha menahan lengan dan kaki Alula yang terus melawan, tapi ternyata cukup sulit. 

Jayden melangkah mendekat ke arah ranjang, ia penasaran dengan apa yang terjadi. 

"T-Tolong aku! TOLONG!" pekik Alula, saat melihat Jayden di hadapannya. Tangannya yang gemetar terulur ke depan, ke arah Jayden. Tatapan Alula memohon pada pria itu untuk menolongnya. 

Tanpa ragu, Jayden melangkah maju. Melewati barisan perawat dan dokter, ia menyambut uluran tangan kurus yang gemetaran itu. 

Alula, langsung merasa lega saat uluran tangannya disambut. Spontan, ia mencondongkan tubuh dan meringkuk di dada bidang terbalut jas milik Jayden Lee. Aman, ya barulah ia merasa aman. Perlahan dan pasti, tubuh kurusnya berhenti gemetar. Pria asing, membuatnya takut. Namun, tidak dengan penolongnya. Hanya penolongnya yang mampu menenangkan dirinya dari lilitan badai ketakutan. 

"Tolong aku," lirih Alula dengan kedua tangan memeluk erat pinggang kokoh Jayden Lee. 

Jayden mengangkat sebelah tangannya, tanda agar semua orang keluar. Dokter, para perawat dan Joe patuh, mereka semua meninggalkan ruang rawat dengan tenang. Tinggallah Alula dan Jayden di ruangan itu. 

Salah satu tangan kokoh milik Jayden, mengelus punggung kurus Alula. Berusaha menenangkan wanita itu. Ternyata, bukan hanya luka fisik yang dialami Alula. Namun, ada luka yang lebih dalam di jiwa wanita malang itu dan Jayden yakin, itu sulit disembuhkan.

"Kamu aman, tenanglah."

"Tenanglah."

Suara bariton pria itu, benar-benar mampu menenangkannya. Perlahan, Alula mulai dapat bernapas dengan normal dan mampu mengendalikan dirinya. 

Setelah merasa mampu mengendalikan diri, Alula pun melepaskan pelukannya dan kembali merebahkan tubuh di atas ranjang rawat. 

Jayden mengeluarkan sapu tangan dari saku jas, digunakan untuk menghapus butiran keringat yang membasahi pelipis Alula. 

"Kamu tidak takut padaku, tapi mengapa takut pada mereka?" tanya Jayden ringan, masih sambil menyeka keringat Alula. 

Menelan ludah dan berusaha mengumpulkan tenaga, Alula pun berkata, "Entahlah. Aku tidak dapat mengendalikan ketakutanku saat berhadapan dengan pria asing. Rasa takut akan kebejatan itu terulang, langsung melilit jiwaku. Aku tidak mampu membendung rasa takut tersebut. Namun, denganmu aku merasa aman dan percaya."

Apa yang dikatakan Alula adalah kejujuran. Ia ketakutan seperti orang yang kehilangan akal, saat harus berhadapan dengan pria asing. Namun, anehnya ia merasa aman saat berada dekat dengan Jayden Lee. 

"Tidak apa-apa. Itu dapat dimengerti setelah apa yang kamu lalui. Namun, percayalah aku dapat menyembuhkan dirimu. Sebab, syarat menjadi salah satu anggota keluarga klan Lee adalah tidak boleh memiliki kelemahan. Apalagi kamu adalah seseorang yang aku pilih," jawab Jayden, perlahan. 

Seseorang yang dipilih? Namun, apa keuntungan bagi pria itu dengan membantunya sejauh ini? Tidak ada kebaikan yang dilakukan dengan percuma, bukan? batin Alula.

"Mengapa Anda mau menolongku?" tanya Alula, spontan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status