Share

CHAPTER 41. ALPHA DAN LUKA

Author: Selena Vyera
last update Last Updated: 2025-07-05 19:30:11

Malam itu, Ravenstale membisu. Tiga alpha. Satu luka lama pecah. Satu sumpah baru mulai ditulis.

Udara di ruang taktis pekat, seolah setiap napas menjadi duri yang menusuk paru-paru.

Layar taktis memantulkan pesan Helena. Kata-kata di layar lebih tajam dari peluru, membelah diam mereka.

Kevin berdiri tegak, jaketnya meneteskan sisa hujan di lantai besi. Sorot matanya menukik, sudut bibirnya terangkat tipis — bukan senyum ramah, tapi senyum getir penuh duri.

“Bahkan pesan pribadi pun kau belokkan ke sistemmu, Dendy?”

Nada sarkasnya menembus seperti belati.

“Apa ini paranoia... atau kau kini sudah jatuh cinta terlalu dalam pada apa yang kau lindungi?”

Dendy mendongak, menatap Kevin dengan mata setajam baja.

Rahangnya mengeras, tapi bibirnya tetap diam. Diam itu lebih mematikan daripada umpatan.

Di dadanya, s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 74. AFTERMATH

    Angin baling-baling helikopter belum sepenuhnya reda saat roda-roda mereka menyentuh rooftop Alpha di Gedung Blackstone.Langkah-langkah tergesa langsung mengambil alih. Sirine medis tidak meraung, tapi tekanan suasana lebih keras dari suara apapun.Tim medis berlarian mendekat—dengan brankar, peralatan, dan darah yang belum tahu harus diselamatkan lebih dulu dari siapa.David dibopong keluar lebih dulu. Tubuhnya masih tegak, tapi darah dari sisi perutnya tak berhenti mengucur.Lalu Kevin. Punggungnya sobek, lengan kirinya nyaris tak bergerak, namun matanya masih terbuka—menatap seolah satu tarikan napas lagi akan ia paksa, demi bertahan.Helena melompat turun dari kabin, langkahnya terhuyung. Tapi matanya… bukan mata orang yang bisa ditahan.“Awas…” katanya, pelan namun tajam.Langkah tim medis yang hendak menyentuh Kevin terhenti.“Jangan sentuh mereka,” bisik Helena—matanya menaj

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 73. VELVENNE: DARAH DI UJUNG PINTU

    Tak ada yang bicara saat mereka melangkah keluar dari gudang.Bau darah Falcon masih melekat, tapi sunyi yang menggantung terlalu licik untuk disebut aman.David berjalan paling depan.Dendy dan Kevin di kanan-kiri. Wolf di belakang, menjaga Helena.Langkah mereka waspada, tapi tidak tergesa.Dua bayangan tiba-tiba meluncur dari sisi kanan dan kiri pintu utama—cepat, senyap, seperti dua panah kematian.Eksekutor Tristan. Berpakaian tempur hitam, wajah tertutup, hanya matanya yang menyala seperti mesin.Mereka tak melepaskan peluru. Tapi pedang.Pedang senyap, melengkung, tajam seperti niat untuk mengoyak waktu.Satu mengincar Kevin.Yang lain—langsung ke Dendy.Kevin sempat mengangkat bahu dan memutar tubuh, menghindar tepat sebelum pedang itu menembus dadanya.Dendy memutar tubuh seperti angin dan menangkis tebasan dengan bayonet pendek

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 72. VELVENNE: EKSEKUSI TANPA NISAN

    Bau darah belum kering.Gudang itu tak lagi sekadar tempat negosiasi—tapi altar bagi siapa yang berani menantang garis tak terlihat bernama: Morgan.Falcon bersimpuh di lantai. Tangan kirinya berlumur darah. Nafasnya kasar, matanya masih menyala—bukan karena nyawa… tapi karena ego yang belum mati.David berdiri di depannya.Dendy di sisi kanan, laras pistolnya masih mengarah tanpa emosi.Kevin berjaga di dekat Helena. Matanya menyapu seluruh ruangan—siaga jika ada serangan lanjutan.Suara yang pecah pertama bukan tembakan. Tapi kalimat.“Aku bisa bantu kalian,” desis Falcon.“Sistem distribusi, jalur kanal timur, jalur udara dari Norvenia… semua masih di tanganku.”David tak bicara.Ia hanya menatap. Tatapan kosong yang membekukan waktu.Helena, dari balik kontainer, bisa melihat rahangnya mengeras.“Jangan buat dirimu makin kecil,” ucap Dendy pel

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 71. VELVENNE : DARAH DAN PERIMETER

    Langit di atas Blackstone pekat. Tak ada bintang. Hanya helikopter hitam berdiri seperti monster tak bersuara di tengah hanggar terbuka. Propeller belum menyala. Tapi udara sudah mulai dingin. Bukan dingin cuaca—melainkan dingin dari sesuatu yang akan segera terbakar. David berjalan paling depan. Jaket tempurnya terbuka sedikit, sarung tangan sudah terpasang. Dendy di kanan. Wolf di kiri. Kevin dan Helena menyusul beberapa langkah di belakang. Helena menggigit bagian dalam bibirnya. Langkahnya ragu satu detik, lalu stabil. Tapi Kevin merasakannya. Ia menoleh. Satu tatapan. “Don’t run,” bisiknya. Ia menggenggam tangan Helena—erat. Tak keras, tapi cukup membuat jantung Helena ingat bahwa ia tidak sendiri. Kevin bicara pelan, hanya untuknya. “Jangan keluar dar

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 70. SEBELUM SEGALANYA TERBAKAR

    Beberapa luka tidak menjerit. Mereka hanya menunggu… sampai dunia cukup tenang untuk mendengarnya retak. Langkah David bergema di lorong bawah Blackstone. Sepatu hitamnya menyentuh lantai logam tanpa suara tambahan. Dendy berjalan di sebelahnya—tangan di saku, bahu sedikit miring seperti biasa, tapi wajahnya… lebih berat dari biasanya. Tak ada percakapan. Karena malam ini, semua kata hanya akan menambah sesak yang tak dibutuhkan. Saat mendekati ruang senjata, lorong sempit itu melewati dinding kaca menuju ruang latihan. Dan di sana—David berhenti. Dari celah pintu terbuka, dia melihat Helena bersandar di dada Kevin. “Lena?” setengah berbisik. Dia melihat Napasnya masih berat. Keringat membasahi pelipis.

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 69. SATU PER SATU

    Teror memanggil luka lama— dan musuh pun bermunculan, satu per satu. Pagi itu, ruang taktis Blackstone sunyi. Tapi bukan sunyi damai—melainkan senyap yang memantul dari monitor, grafik, dan laporan pengkhianatan yang tak lagi bisa ditutupi. David berdiri di depan layar besar, sorot matanya tajam menembus peta digital Velvenne. Di sebelahnya, Wolf sibuk membuka laporan jalur logistik, sementara Dendy menyandarkan tubuhnya pada sisi meja besar, satu tangan di saku, mata fokus. “Raymond sabotase jalur utama dari Arkan,” ujar Wolf datar. “Semua kargo opium dialihkan lewat kanal lama. Dan yang mengatur penggantian kontainer... adalah Tristan.” Nama itu jatuh seperti paku. Dendy mendongak, dingin. “Tristan Morgan?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status