Share

2. Gadis itu menangis

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-07-30 07:26:22

DIA TAK TERIMA DITINGGALKAN.

**

Aku yang masih kaget dan gemetar terkejut dengan kedatangan Mas Hengky, begitu pula dengan gadis bernama Cantika, gadis dengan rambut tergerai dan baju panjangnya yang elegan.

Untuk beberapa detik suamiku membeku, sepertinya dia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi di rumah kami.

"Mas akhirnya aku temuin kamu juga di sini!" Cantika langsung berdiri dan mendekat ke arah Mas Hengki. Wanita itu menghapus air matanya dan berusaha menyunggingkan senyum yang manis.

Hal berbeda malah terjadi, dia yang didekati langsung bersurut, seakan menjaga jarak dan pura-pura tidak kenal, Mas Hengky memasang wajah begitu dingin kepada Cantika.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Aku ga punya pilihan lain, Mas. Kamu sulit dihubungi." Wanita itu memelas dan seakan sedikit takut dengan Mas Hengky.

"Ayo pergi dari sini!" Tiba-tiba Mas Hengky menarik siku wanita itu, lelakiku menyeretnya menuju ke gerbang rumah dan hendak mengusirnya. Tapi wanita berkaftan warna pink itu juga memberontak dan bertahan.

"Tunggu, ga bisa mas! Kamu nggak bisa nyingkirin aku seperti ini demi jagain perasaan istri kamu. Sudah lama kamu janjiin pernikahan dan bilang mau pisah dengan dia! Mana buktinya!"

"Cantika, diam!" Mas Hengki membentak dan nyaris menampar wanita itu tapi tangannya mengambang ke udara, aku yang terkejut makin terkejut saja begitu mendengar kata pisah dari bibir Cantika.

Jadi, selama ini suamiku merayunya dan menjanjikan perceraian kami, demi meyakinkan agar si cantik itu tetap mau bersamanya? Ah, Aku kehilangan kata-kata.

"Kamu mau pukul aku Mas? Beraninya kamu,", desis wanita itu.

"Aku bilang kita bisa bicara nanti, Kenapa kau datang ke sini? Lagipula baju apa yang kau pakai ini?"Mas Hengky meremas rambutnya sendiri dan nampak menahan kemarahannya. Dia menatap Cantika dari atas ke bawah dengan ekspresi seakan menjijikkan,

"Aku sudah bilang jangan ganggu keluargaku!" bisiknya dengan penekanan yang amat tegang.

"Setelah menikmati manisnya madu kau buang ampasnya dengan mudah?" air mata wanita itu mulai meleleh di pipinya, aku bisa bayangkan seseorang ditinggal saat dia begitu mencintai kekasihnya bisa begitu menyakitkan. "Bodohnya, aku percaya semua ucapanmu Mas."

Seperti tayangan drama yang ada di televisi aku hanya bisa menyaksikan dengan mulut terbuka, hatiku sakit tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku ingin menyala diantara percakapan mereka berdua tapi aku menahan diriku dan membiarkan ada ruang diantara suamiku dan apa sebutan yang pantas untuk wanita itu....hewan peliharaankah?

"Kalau kamu terus berbuat sesuka hatimu lebih baik kita..."

"Aku nggak mau mengakhiri hubungan ini, aku nggak mau diabaikan! Aku menolak ditinggalkan!" secepat itu Cantika menyela perkataan suamiku.

"Sebaiknya kamu pergi!" Desis suamiku sambil mengarahkan kedua tangannya kepada wanita itu.

"Kita ketemu nanti!"

"Sekarang aja Mas sekalian Mbak Haifa dengar!"

"Tapi, anak-anakku ada di sini dan akan terjadi kehebohan! Tolong pergilah, dengan penuh hormat!" Hengky mengusir wanita itu dengan kasar.

"Mbak... tolong aku... aku tahu aku bersalah tapi tolong pikirkan jika hal yang sama terjadi pada anakmu!" Aku kaget sangat cantik kau minta tolong padaku dia berlari dan memegang kedua tangan ini lalu menangis tersedu-sedu. Dia berlutut dan menangis seakan seluruh dunia ini sudah hancur dan rasa putus asa yang ada di wajahnya itu tidak bisa ditutupi.

"Sebagai wanita yang punya martabat seharusnya kau...."

"Aku bersalah karena percaya padanya, tolong bicaralah pada masa Hengky dan Tolong jangan halangi dia untuk bertanggung jawab!"

"Apa?" Aku tercengang begitu dia bilang kalau aku akan menghalangi suamiku dengan segala niat dan rencananya.

"Bisa secepat itu kamu menghakimi? Bahkan aku belum sempat bicara dengan suamiku!"

"Mbak, biarkan dia menikahiku. Siapa tahu aku juga sudah hamil!"

"Apa?" Terbelalak diri ini seakan jantungku dirampas paksa dari rongga dada, menelan ludah pun sulit seakan menelan duri begitu mendengar ucapan cantika.

"Ayo pergi!"

Mas Hengky yang merasa situasi sudah tidak kondusif menarik paksa wanita itu untuk berdiri dari hadapanku, dia menyeretnya dan memaksanya untuk masuk ke mobil.

"Ga mau Mas!" Dia berontak sementara aku sendiri khawatir kalau Betari akan terbangun dan menyaksikan semua drama ini. Putriku yang masih duduk di kelas 3 SMA itu akan syok begitu mengetahui kalau Cinta pertamanya punya simpanan yang sangat cantik. Anakku pasti akan sangat membenci ayahnya.

Mas Hengky memasukkan wanita itu ke dalam mobil lalu segera meluncur pergi bersamanya. Aku hanya menyaksikan semua itu dengan kaki gemetar, hilang kata-kata serta sensasi kaget membuat kepalaku membeku dan aku hanya bisa tercengang.

Jadi itu yang dilakukannya sepanjang Minggu, dia bilang dia sibuk dengan semua tetek bengek pekerjaan, ternyata itu semua hanya sandiwara dan kebohongan.

Berapa banyak waktu yang dihabiskan, berapa banyak uang yang dibelanjakan untuk menunjang kecantikan dan penampilan wanita itu, dan berapa banyak kesempatan yang ia lewatkan untuk bersama istri dan keluarganya!

Jika dia telah memanjakan wanita itu sedemikian rupa, lalu aku ini apa? Masihkah aku berharga di matanya, atau aku hanya pengurus rumah tangga yang dikontrak dengan pernikahan untuk membesarkan anak-anak dan melayaninya.

Masihkah pernikahan ini pantas disebut pernikahan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN Ā Ā Ā ending.

    Melalui pengacara di mana aku sudah tak mau lagi bertemu dengan Mas hengki, aku menggugat perceraian dan meminta dia untuk membagikan harta gono gini dengan adil. sekalipun lelaki itu mati-matian ingin berjumpa denganku tapi aku tak sudi bertemu dengannya. tentang anak-anak aku tidak perlu mengkhawatirkannya karena mereka sudah dewasa dan bisa menentukan mau ikut siapa. mereka tidak harus memilih mereka bisa datang padaku atau ayahnya kapan saja mereka inginkan. 3 bulan setelah perceraian. Matahari pagi menyapa dengan lembut, menyapa aku yang baru saja bangun dari tidur. Cahaya mentari menembus celah gorden tipis, menari-nari di dinding kamar. Aku tersenyum. Udara pagi di kota ini terasa segar, berbeda dengan hiruk pikuk Jakarta yang selalu mencengkeram jiwa. Aku menghirup udara dalam-dalam, mencoba menikmati ketenangan yang selama ini kucari. Ini adalah hari ke-100 sejak aku meninggalkan Hengky. 100 hari yang terasa begitu singkat, namun begitu penuh makna. 100 hari yang mengajar

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN Ā Ā Ā 39

    Mentari pagi menyapa dengan lembut, udara segar masuk melalui tirai jendela kamar hotelku yang mewah. Aku tertidur pulas dalam mimpi yang tenang untuk pertama kalinya tidak harus terbangun oleh alarm dan segera melakukan rutinitas pagi untuk menyiapkan sarapan anggota keluarga. Untuk pertama kalinya aku bisa bernapas dan tidur tenang untuk diriku sendiri. Setelah bangkit dari tempat tidur aku membuka jendela dan menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara pantai yang menyegarkan seakan ingin menyingkirkan segala beban yang selama ini menumpuk di hatiku. Aku tahu persis meski aku sudah berumur 40 tahun tapi aku masih memiliki paras yang menawan serta tubuh yang sehat. Mungkin aku harus memutuskan untuk pergi dan memulai kehidupanku sendiri. Aku tahu ada konsekuensi saat harus meninggalkan rumah dan meninggalkan Mas Hengky, saat suamiku tak kunjung memberikan kebahagiaan dan malah menambah kerumitan kuputuskan untuk mencari kebahagiaanku sendiri. Ditambah sekarang Cantika sudah hadir

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN Ā Ā Ā 38

    Melihat uminya Nathan pergi begitu saja aku jadi panik dan gelisah. Aku tahu ada perubahan dalam gesture wajah dan tatapan matanya saat dia menyeret kopernya pergi. Wanita itu seakan bukan istriku, dia butuh kemerdekaan dari hubungannya denganku, dan aku tahu persis Haifa mulai ingin lepas dari semua ini.Hanya aku yang bisa menyelamatkan keadaan dan keluargaku bila aku tidak bisa berpikir bijak dan bertindak maka aku akan kehilangan kedua wanita itu. Bahkan anak-anak dan keluargaku.**Aku terbangun dengan perasaan hampa yang menggerogoti hati, ketidakhadiran Haifa dan kekosongan kamar ini menularkan dingin dan kosong ke hatiku. Rumah kopi yang biasa diseduh hari haifa hari ini tidak tercium. Sana rumah terasa sepi dan hampa, saya akan tempat ini hanya kuburan saja. Saya turun ke lantai bawah dan menuju ke meja makan, tidak ada apapun di sana. Tidak ada secangkir kopi atau sarapan yang dibuat dengan penuh cinta, atau hal yang paling sederhana satuan Haifa yang selalu membangkitkan

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN Ā Ā Ā 37

    "Aku mulai mengerti maksud perkataan Mbak Haifa sekarang!"Bahkan setelah aku tiba di kamar utama, masih kudengar percakapan antara Cantika dan Mas Hengky di teras rumah. Wanita itu belum pergi juga dan masih sibuk mengumbar kemarahannya pada suamiku. "Aku mengerti bahwa Mbak Haifa ingin aku menyingkir sendiri dari hubungan kalian! Dia ingin mendorongku untuk meninggalkanmu!" "Sudahlah, Jangan salah paham begitu! Haifa sedang marah jadi dia tidak tahu apa yang dia ucapkan." "Aku tidak salah paham Mas...dia mengatakannya dengan jelas, aku memang benalu, aku merusak segalanya tapi aku tidak meragukan perasaanku padamu. Aku tulus Mas!" Dia mulai menangis sementara aku menatapnya dari jendela balkon lantai dua."... Aku tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukaiku, dan aku tidak berdaya mengendalikan keadaan selanjutnya. Istrimu akan terus mengganggu hidupku, merusak suasana dan menimbulkan kekacauan dalam keluargaku. Dia akan memberikan pembalasan dendam yang pantas untuk perbuatanku

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN Ā Ā Ā 36

    Suasana tiba-tiba berubah menjadi begitu canggung dan memalukan, wanita itu hanya tersenyum canggung sambil memegang bagian belakang lehernya. "Maaf, boleh saya pergi.""Bagaimana kabar Cantika? Tempo hari dia datang ke rumah dan memaksa kami untuk membagi waktu dengan adil. Dia juga mengancam akan membuat aku dan suamiku bercerai bila Mas Hengky tidak menuruti keinginannya.""Kurasa kau tidak perlu membahas ini di tempat umum," desis wanita itu."Memang tidak boleh, tapi aku tidak pernah punya kesempatan bertemu denganmu. Kau harus tahu perilaku anakmu Dan mungkin kau akan memperbaikinya.""Aku sudah sering bicara pada Cantika.""Berhasil mendapatkan suamiku saja dia belum puas, dia ingin menguasai semuanya," ujarku yang membuat sahabatku Sabrina langsung menggenggam tangan ini dan mengajakku mundur. "Hehe, sudah sudah, nanti bicara lagi, banyak orang yang belum kita temui, mari kita membaur," ajak Sabrina sambil menyeretku menjauh. Suasana benar-benar sudah tidak nyaman karena or

  • DIA YANG MENOLAK DIABAIKAN Ā Ā Ā 35

    Berkat kemarahan itu seisi rumah menjadi begitu hening, anak-anak tetap di kamarnya dan aku juga masih setia di peraduanku. Membaca buku dan bermain ponsel. Aku mengabaikan keberadaan Mas Hengky yang biasanya selalu ingin ditemani untuk menghabiskan waktu dan menonton TV. Di hari-hari biasa kami akan berkumpul di ruang keluarga, bercanda tertawa dan berbagi cerita, tapi sekarang suasananya berubah, terbalik seakan-akan aku dan dia tak begitu saling mengenal, anak-anak kami hanya seperti anak-anak yang kebetulan datang ke dunia ini, seperti tidak terlalu dekat pada ayah dan ibunya. Brak!Suara pintu terbuka keras, Aku menoleh dan mendapati suamiku berdiri di sana. Dia menatapku sambil berkacak pinggang dan menghela nafasnya. "Apa kemarahanmu sudah reda?""Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti bagaimana kehidupan kalian setelah ini. Rumah ini berubah jadi kuburan dan dapur tidak berisi makanan. Aku lapar.""Kamu bisa pesan makanan karena anak-anak sudah pesan makanan untuk diri mere

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status