Home / Urban / DIALAH SANG DEWA PERANG / BAB 2. Meadow Creek

Share

BAB 2. Meadow Creek

Author: Seruling Emas
last update Last Updated: 2023-03-20 19:01:25

  

Dari Tom juga, akhirnya Jack tahu detail cerita di hari naas itu. Mommy sedang dalam perjalanan bisnis dan mengatakan pulang membawa uang untuk membayar bank. Tak mengira harapan yang mereka tunggu, justru kabar buruk yang disampaikan polisi.

“Aku telah mengurus beberapa hal dan baru pulang ke rumah sekarang.” Tom menunduk. Dia sangat lelah. Namun, sekarang hatinya sedikit lega. Sudah ada Jack yang siap untuk menahan semua terpaan beban dan masalah yang merundung kediaman mereka.

Jack tak dapat berkata-kata lagi. Tak mungkin juga dia menyalahkan Tom ataupun Tuan Fred. Mereka bahkan tidak punya persediaan makanan. Masalah kediaman ini memang sudah sangat parah.

“Aku akan ke kantor polisi setelah ini. Apakah motorku masih ada, Tom?” tanya Jack. Tinggal itu kendaraan yang mereka miliki sekarang, selain truk barang tua yang tak akan laku dijual.

“Masih ada di garasi. Nyonya tak ingin menjualnya, meskipun ada yang menawar dengan harga tinggi.”

Kedua orang itu menuju gudang. Mata Jack melebar takjub. Motor itu sangat terawat dan bersih. “Aku selalu merawatnya, sesuai perintah Nyonya Besar,” kata Tom tanpa diminta. Diambilnya kunci dan diserahkan pada Jack.

“Aku pergi, Tom. Kau jagalah rumah!”

Mata Tom melihat sinar lampu motor tua itu menjauh dari kediaman di tengah kebun anggur yang luas di Meadow Creek. Matanya menyiratkan kekhawatiran. Kemudian pria itu menghibur diri. “Jack tentara. Dia pasti mampu mengatasi mereka!”

Jack melintasi jalan desa menuju ke kantor polisi. Jalanan itu sepi dan beberapa lampu jalan mati di sana sini. “Apakah pemerintahan kota tidak tahu kalau lampu jalan mati?” batin Jack. Namun, dia terus melajukan motornya ke pusat kota, di mana kantor polisi dan forensik berada. Dia ingin penjelasan polisi dan melihat mommy sebelum menjenguk granny.

Kota kecil itu masih terlihat seperti yang dulu. Hanya saja, terlihat beberapa orang pria bergerombol di sudut-sudut kota, entah membicarakan apa. Mereka memperhatikannya saat lewat. Jack menghentikan motor tuanya di depan kantor polisi.

Di bagian depan kantor polisi, malam itu terlihat kosong. Jadi Jack berjalan masuk ke dalam. Beberapa petugas sedang bekerja sambil mengobrol. Televisi menyala tanpa ada yang menontonnya. Jack mengetuk pintu kayu yang terbuka lebar. “Hallo.”

Semua polisi menoleh ke pintu dan melihat seorang pria yang kulitnya terlihat sehat kecoklatan, berdiri menunggu. “Di mana Timmy?” tanya satu polisi entah pada siapa.

“Mungkin dia pergi makan malam!” jawab yang lain tak acuh. Orang itu masih terus mengetik laporan di mejanya.

Seorang polisi berdiri dan menghampiri Jack. “Ada keperluan apa? Jika tak terlalu mendesak, datanglah melapor besok pagi. Kalau malam, kami kekurangan tenaga,” ujarnya malas.

“Saya Jack Hamilton. Ingin bertanya tentang kasus meninggalnya ibu saya, Daniella Lawrence!” ujar Jack tak peduli.

Petugas yang tadi menyapanya sedikit terkejut, kemudian menoleh ke belakang. “Wyatt! Ini putranya Daniella Lawrence!” teriaknya. Beberapa orang melihat ke arahnya.

Pria yang dipanggilnya Wyatt, tampaknya sedang berusaha untuk bisa tidur. Polisi itu menyandar di kursi begitu rupa, hingga bokongnya hampir jatuh dari kursi. Kepala dan wajahnya ditutupi dengan lembaran majalah yang dibuka. Pria itu menurunkan majalah dan melihat menyipitkan mata ke pintu.

“Dia yang menangani kasus ibumu. Pergilah ke sana,” suruh petugas tadi.

“Terima kasih,” jawab Jack sopan. Kemudian dia melangkah ke tempat Wyatt berada. Polisi itu sudah memperbaiki posisi duduknya. Mengulurkan tangan dan Jack menyambutnya.

“Aku, Jack Hamilton, putranya Daniella Lawrence.” Jack kembali memperkenalkan dirinya pada Wyatt.

“Oke, Jack … silakan duduk!” Wyatt menunjuk bangku di depan mejanya.

“Yo, jadi ini putra tak berguna Daniella? Bagaimana ada anak yang tidak membantu ibunya yang sedang kesulitan, hingga rela merendahkan diri untuk mendapat uang?” Seseorang yang tak dikenal Jack melontarkan hinaan.

Jack menatap orang itu tajam, mengingat wajah pria yang telah menghina ibunya.

“Apa kau tak senang dengan kata-kataku, Jack? Kau bisa tanya warga kota ini reputasi Daniella! Dia sangat liar! Hahahaa.” Pria itu tertawa keras dan Jack tak dapat lari menahan diri.

Sekelebat bayangan bergerak dan tiba-tiba pria yang tertawa itu terdiam pingsan, menelungkup di lantai.

Para polisi itu terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Mereka melihat Jack kembali ke tempat duduknya dengan cepat. “Aish … kau terlalu sombong dan banyak bicara!” Dua polisi menarik pria itu dan memasukkannya ke sel untuk sementara.

“Sekarang, bisakah aku tahu, bagaimana kejadian kematian ibuku?” tanya Jack tak sabar.

Wyatt lepas dari rasa terkejutnya. Dia mulai serius menghadapi Jack. “Kami mendapat laporan bahwa seorang wanita jatuh dari kereta dan tewas. Jadi aku pergi memeriksa ke sana!”

“Jatuh dari kereta? Jatuh dari kereta bagaimana maksudnya?” Jack sangat terkejut. Dia tak menyangka kejadiannya seperti itu.

“Tidak, jangan berpikiran macam-macam. Ibumu jatuh di peron kereta. Dia baru turun dari kereta dan jatuh. Kemudian tak bangun lagi,” jelas Wyatt.

Mata Jack menyipit. “Bagaimana dugaanmu?” tanya Jack.

“Polisi tidak bekerja dengan dugaan, Jack. Kami memeriksa berdasarkan bukti yang ada. Kami langsung mengirimnya ke forensik, setelah petugas ambulans mengatakan bahwa dia sudah tewas.”

“Aku ingin melihat mommy,” kata Jack. Matanya yang dalam dan menyorot tajam, membuat Wyatt tak mampu menolak.

            “Mari kuantar, sekalian pulang,” katanya berbaik hati.

            Jack berdiri dan mengikuti petugas polisi itu keluar. “Aku naik motorku saja,” kata Jack.

“Tidak. Lebih aman meninggalkan motormu itu di sini. Di bagian forensik itu sangat rawan,” saran Wyatt. Jack mengangguk. Dia masuk ke mobil Wyatt dan mereka meluncur pergi.

“Kudengar dari Tuan Fred bahwa kau seorang tentara dan sedang bertugas di luar.” Polisi itu berbasa-basi.

“Yah. Aku mendapat ijin pulang untuk mengurus beberapa hal, setelah pemberitahuan tentang kematian mommy,” jelas Jack. Dia merasa harus sedikit menjelaskan kedatangannya.

“Apa kau memutuskan untuk menetap, Jack?” Wyat berusaha berkata santai. Namun, Jack bisa merasakan bahwa petugas polisi itu sedang menyelidikinya.

“Tergantung bagaimana perkembangan kasus ini,” sahut Jack terus terang.

“Kota ini sudah berubah Jack. Berhati-hatilah,” pesan Wyatt.

Jack melirik pria yang sedang menyetir dengan hati-hati, tanpa menoleh ke sekitarnya.

“Apakah maksudmu orang-orang yang berkumpul di jalanan itu?” tebak Jack.

“Hemm.” Wyatt hanya mendehem.

“Aku tahu bahwa kalian para prajurit hidup dalam aturan ketat dan bersih. Jadi, jangan sampai terpengaruh dengan mereka.”

Jack mengawasi anak-anak muda yang ramai berlalu-lalang. “Makin malam, makin ramai di sini,” komentar Jack. Wyatt tak menanggapi. Mobil itu berbelok ke satu bangunan yang halamannya tampak remang-remang.

 “Kapan kau terakhir pulang?” tanya Wyatt.

“Tiga tahun yang lalu, sebelum aku berangkat ke Afrika!” sahut Jack.

Wyatt tersenyum dan keluar dari mobil. Jack mengikuti langkah polisi itu menapaki coble stone menuju gedung megah di depan mereka.

“Selama beberapa tahun itu, terjadi perubahan besar di kota ini. Aku juga tak ingin percaya tapi itu kenyataannya. Dan aku tidak ingin ada tambahan kekacauan di kota ini!”  Wyatt memperingatkan Jack.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Putri_bungsu
hay kak, aku dari nt, yg star leo, ud mmpir ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 148. Cinta Akan Menemukan Jalannya Sendiri

    Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 147. Keterlibatan Alessandro Garcia

    Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 146. Pilihan yang Tak Bisa Ditolak

    Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 145. Pemakaman Vladimir Deska

    Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 144. Rencana Pembalasan Six

    Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa

  • DIALAH SANG DEWA PERANG   Bab 143. Akhir Vladimir Deska

    Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status