Share

DIALAH SANG DEWA PERANG
DIALAH SANG DEWA PERANG
Author: Seruling Emas

BAB 1. Pulang

“Bos, atasan memanggilmu!”

Seorang prajurit mengetuk di depan sebuah pintu yang terbuka. Beberapa orang yang ada di ruangan itu ikut menoleh ke sana, lalu kembali melihat pria yang dimaksud.

“Apa menurutmu atasan akan memberi hadiah untuk masa cutimu, Bos?” Seseorang berkelakar.

Seorang pria tampan bermata tajam dan berwajah tegas penuh kharisma, berdiri dan melangkah ke pintu. Tanpa mengatakan apapun, dia mengikuti prajurit yang tadi mengantar pesan.

“Jenderal Jack di sini!” seru prajurit itu memberi tahukan di depan pintu ruangan yang cukup luas.

Seorang pria paruh baya yang telah kenyang dengan pengalaman perang, mengangkat wajah dari meja, melihat ke pintu.

“Masuk!” perintahnya.

Jenderal Jack masuk ruangan yang pintunya segera ditutup oleh prajurit penjaga di pintu.

Jack memberi hormat pada atasannya.

“Duduk, Jack!” perintah pria itu.

Jack duduk dengan sikap sempurna. Dia siap mendengarkan perintah ataupun teguran yang mungkin akan disampaikan atasan atas tugasnya yang terakhir kali, kemarin.

“Kami menerima telegram dari Meadow Creek!” Pria itu menyodorkan sebuah kertas yang berisi berita pada Jack.

Pria muda itu menerima dan membacanya. Bola matanya membulat dan mulutnya sedikit terbuka, tak percaya. Ada rintih halus yang nyaris tak terdengar keluar dari bibirnya.

“Kapan ini diterima?” tanyanya dengan suara bergetar. Kertas berita di tangannya juga ikut bergetar. Jack sekuat tenaga menahan diri dari berteriak di depan atasannya.

“Barusan kuterima,” jawab pria itu.

“Mommy selalu sehat. Bagaimana ini bisa terjadi? Aku baru meneleponnya minggu lalu.” Jack menggelengkan kepala tak percaya.

“Aku bisa membantumu memeriksanya dengan satu syarat, Jack!”

“Apa syaratnya?”

“Kau harus terima posisi Kepala Gabungan Tentara Distrik Timur!”

“Kenapa posisi itu lagi? Aku tidak terlalu suka formalitas yang hanya akan dikelilingi orang-orang bermuka dua!” kata Jack ketus.

“Keputusan ada di tanganmu. Hanya itu syaratku.”

“Apakah anggota tim inti bisa ikut bersamaku?” Jack mengajukan syarat.

“Aku akan segera menarik mereka dari zona perang!”

“Beri aku waktu berkabung selama seminggu!” kata Jack.

“Tentu. Ini tiket untukmu kembali. Kau bisa ikut pesawat kargo ke bandara lima belas menit lagi!” Pria itu menyerahkan sebuah amplop pada Jack. “Aku turut berduka, Jack. Urus dulu pemakaman ibumu. Kita bicarakan yang lainnya satu minggu kemudian!” ujarnya penuh pengertian.

Jack mengangguk. Dia segera berdiri dan memberi hormat pada atasannya, sebelum keluar dari ruangan.

***

Tujuh belas jam berikutnya, Jack turun dari taksi dan berdiri di depan lahan perkebunan milik keluarganya. Dia tercengang melihat perkebunan anggur warisan kakek yang dulu subur, indah dan sangat menjanjikan, telah berubah menyedihkan.

“Apa yang terjadi?” Dengan pikiran itu, kakinya bergegas melangkah menuju kediaman besar di tengah lahan perkebunan. Tempat itu sangat sunyi. Bahkan meski hari sudah remang senja, lampu-lampu belum juga dinyalakan.

“Hallo, apakah ada orang?” Jack mengetuk pintu rumah. Hanya kesunyian yang menyahuti. Hingga kemudian seorang pria berkulit hitam, muncul dan menyapa.

“Anda mencari siapa?” tanyanya.

Jack berbalik dan menemukan seseorang yang sangat dikenalnya. Itu adalah pria yang sejak kecil diasuh oleh kakek dan bekerja di perkebunan.  “Ini aku, Tom. Apa kau tidak mengenaliku lagi?” sapanya dengan mata menyipit.

“Jack? Akhirnya kau kembali!” sahut Tom sedikit terkejut. Pria itu mendekat dan membuka pintu. Jack melihat ke sekitar.

“Apa yang terjadi dengan perkebunan, Tom,” ujarnya.

“Mari masuk dulu. Kau pasti lelah karena perjalanan jauh,” potong Tom.

Pria itu mempersilakan Jack untuk masuk. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Namun, Jack bisa melihat bahwa tidak semua lampu yang menyala. Rumah perkebunan itu jelas sedang menahan pengeluaran listrik.

“Aku bisa melihat keanehan di sini, Tom. Katakan ada apa!” desak Jack tak sabar.

“Yang pertama mesti kau pikirkan adalah upacara pemakaman Nyonya Daniella, Jack!” Tom mengingatkan.

“Oh ya, dimana mommy disemayamkan?” tanya Jack yang akhirnya sadar hal pertama yang mesti diurusnya.

“Aku baru dari kantor forensik di kota. Mereka bilang, mungkin besok pemeriksaan nyonya selesai. Jadi kau bisa mulai memesan tempat di gereja dan lahan pemakaman!” kata Tom.

Seakan mengetahui bahwa Jack masih kebingungan dengan keadaan mereka, Tom kembali menambahkan. “Aku akan menemanimu besok pagi. Sekarang istirahatlah,” ujarnya.

Jack termangu sebentar, lalu ingat sesuatu. Dia mengejar Tom ke ruang tengah. “Tom, di mana granny? Aku tidak melihatnya sejak tadi.”

“Nyonya Besar dibawa ke rumah sakit. Beliau jatuh sakit saat berita kematian ibumu disampaikan polisi ke sini!” sahut Tom nyaris tak terdengar.

“Granny sakit? Apa kata dokter?” desak Jack.

“Tuan Fred menjaga beliau di rumah sakit. Kau bisa tanya perkembangan Nyonya Besar padanya,” jawab Tom.

“Oh, baiklah.” Jack berniat masuk ke kamarnya, tapi berhenti lagi dan kembali memanggil Tom yang hampir menghilang di belakang.

“Tom, adakah makan yang bisa dimakan sekarang? Aku lapar sekali,” kata Jack.

Tom menunduk. “Tidak ada persediaan makanan di penyimpanan, Jack.  Coba kulihat, mungkin aku bisa memasakkan sesuatu untuk kita,” sahut Tom sebelum benar-benar menghilang di belakang.

“Tidak ada persediaan di penyimpanan?” Mata Jack membesar tak percaya. Cellar*1) mereka begitu besar. Biasanya sealu ada persediaan bahan makanan untuk satu bulan di sana. Bagaimana mungkin tempat itu sekarang kosong?

“Apa yang terjadi sebenarnya?” batinnya.

Jack pergi ke dapur. Dilihatnya Tom sibuk memasak sesuatu di atas kompor. “Apa yang kau masak?” tanya Jack.

“Daun anggur tanpa isian daging, Jack. Mungkin buatanku tidak akan selezat masakan nyonya---” Suara Tom kembali tercekat.

“Kebetulan aku ada membawa sedikit makanan kaleng di ransel. Mari kita tambahkan ke situ,” timpal Jack, menghibur Tom.

Setelah masakan matang, mereka makan dalam diam. Jack yang merindukan masakan ibunya yang lezat, meneteskan air mata melihat masakan Tom yang sedikit gosong. Mereka hanya makan tumis kacang merah bercampur daun anggur. Tanpa roti wangi dan hangat yang selalu dibuat ibunya. Itu makan malam paling menyedihkan yang dia rasakan di rumah itu.

Sayup, isak tangis Tom terdengar oleh Jack. Didekatinya pria gagah yang mengabdikan diri di perkebunan itu. “Apakah situasi kita sangat berat, Tom?”

Jack dapat merasakan anggukan kepala Tom di bahunya. “Maafkan aku karena terlambat menyadari hal ini dan membuat kalian semua begitu menderita,” sesal Jack.

Tangis Tom makin keras. Dia sudah merasakan sesak di dadanya sejak beberapa hari sebelum kematian Daniella. Tapi terus berusaha kuat karena nyonya dan nyonya besarnya masih optimis bahwa mereka akan keluar dari krisis. Siapa yang menduga wanita tangguh itu akan tewas begitu cepat?

Jack menghela napas. Dia membiarkan Tom melepaskan semua beban di hatinya dengan menangis. Mungkin teman bermainnya ini sudah menyimpan kepenatan begitu lama.

Setelah Tom berhenti menangis, Jack bertanya. “Sekarang, kau harus katakan apa yang terjadi di sini. Hanya itu cara agar aku bisa mengerti dan membuat keputusan dengan benar!”

Setelah penjelasan Tom yang emosional, Jack akhirnya mengerti permasalahan yang dihadapi ibunya. Perkebunan mereka mengalami masa sulit dan mommy mengambil pinjaman bank dua tahun lalu. Hanya saja keadaan tidak kunjung membaik, hingga perkebunan terancam disita untuk lelang.

            “Kenapa mommy tidak pernah cerita soal itu padaku? Aku mungkin bisa membantunya!” kata Jack menyesali.

“Menurut nyonya, tidak baik membebanimu masalah rumah. Itu bisa mengganggu fokusmu saat bekerja. Sementara kau bekerja di tempat yang sangat berbahaya!” Tom mengatakan apa yang diketahuinya.

“Mommy, maafkan aku terlambat menyadari kesulitanmu. Aku akan menyelidiki semua ini dengan serius,” lirih Jack tertunduk.

*****

*1) Cellar: Tempat penyimpanan bahan makanan bawah tanah, di pedesaan

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Sudah mau tamat kak.
goodnovel comment avatar
Sukamto
ceritanya sedih
goodnovel comment avatar
CitraAurora
lanjut Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status