Share

BAB 4. Pemakaman Daniella Lawrence

“Bagaimana hasil pemeriksaannya?” tanya Jack tak sabar.

Billy menyerahkan copy pemeriksaan pada Jack. “Satu lembar untukmu, satu untukku, satu untuk polisi,” katanya tanpa menjawab langsung pertanyaan itu.

Jack membaca dengan cepat apa yang tertulis. Penyebab kematian: Racun Tetrodotoxin! Jack terkejut. “Racun jenis apa ini?” tanyanya.

“Itu racun yang secara alami ada di alam. Tepatnya bisa ditemukan pada ikan buntal, katak, salamander, ataupun gurita cincin biru!” jelas Billy.

Mata Jack makin membesar. “Mommy alergi makanan laut! Tak mungkin dia akan memakan jenis makanan ini!” bantah Jack serius.

Billy menggeleng. “Memang tak ada sisa makanan itu di lambungnya. Racun itu bermula dari suntikan di pundak yang kau lihat kemarin malam!”

Suara Jack tercekat. “Seseorang meracuni mommy ….”

“Polisi harus menelusuri kasus pembunuhan ini dengan benar. Mommy juga kehilangan uang dalam jumlah besar di perjalanan ini. Dia dirampok!” desis Jack marah.

“Siapa yang kejam membunuh mommy, Tom? Dia selalu baik dan ramah pada semua orang!”

Tom merangkul pundak Jack. Dia melihat setetes air jatuh dari mata pria itu. Ketegaran Jack runtuh, menghadapi kenyataan pahit kepergian ibunya. Billy memberi kesempatan Jack untuk mengurai semua kesedihan dan kemarahannya. Bahkan ketika Wyatt datang untuk mengambil hasil pemeriksaan, polisi itu juga tak mengganggu Jack dan Tom.

“Kami akan membawa nyonya ke gereja, jika urusan di sini sudah selesai,” Tom mengambil alih urusan di sana. Jack butuh waktu untuk berduka cita dan bersama dengan ibunya sedikit lebih lama. Tom dengan pengertian yang dalam, memberinya waktu dan mengurus beberapa hal tanpa diminta.

“Sudah saatnya berangkat, Jack,” ujar Tom.

Jack mengangguk, mengikuti langkah Tom. “Kau Bersama dengan Wyatt saja. Aku akan mengiringi dengan motor di belakang.” Tom memutuskan. Jack mengangguk dan masuk ke mobil polisi. Bersama dengan Wyatt, pergi mengantar jasad mommy ke gereja untuk disemayamkan.

“Kalian bisa kembali kemari siang nanti. Kau akan melihat ibumu yang cantik terakhir kali, sebelum disemayamkan,” kata pendeta penuh pengertian.

Meskipun berat hati, Jack harus memberi waktu pada pihak gereja untuk mendandani ibunya sebelum dimakamkan. Memang tak ada yang bisa dilakukannya di sana saat ini. Jadi dia setuju dengan Tom untuk pulang dan kembali untuk berdoa siang nanti.

“Officer!” Jack menahan langkah Wyatt yang juga hendak pergi. Polisi itu berbalik dan menunggu Jack mendekat.

“Sekarang, kecurigaanku terbukti. Tolong selidiki kasus pembunuhan dan perampokan ini dengan benar!” tegas Jack.

“Perampokan apa? Ini kasus pembunuhan, Jack!” bantah Wyatt.

“Apa kau lupa yang dikatakan Tuan Fred bahwa mommy pulang dari perjalanan bisnis dengan membawa sejumlah besar uang? Sekarang uang itu menghilang. Bukti apa lagi yang kau mau?” desak Jack tak sabar.

“Tak ada bukti bahwa ibumu benar membawa uang dalam jumlah besar, Jack. Tanpa bukti itu, maka aku hanya akan mengejar ekorku sendiri!” bantah Wyatt.

“Jika kalian punya bukti kuitansi atau apapun tentang uang itu, segera laporkan padaku. Tanpa itu, maka ini hanyalah kasus pembunuhan!” Wyat membanting pintu mobilnya dan pergi.

“Sialan!” Jack menendang jalanan dengan marah. “Apa susahnya mempunyai praduga dulu? Dari situ baru cari bukti-bukti.” Jack menggeleng tak mengerti cara kerja kepolisian.

“Tenangkan dirimu. Mari kita pulang dan memikirkannya. Jika memang polisi butuh bukti, maka ayo kita coba cari!” bujuk Tom.

“Kau benar. Tampaknya memang lebih baik kita cari sendiri!” ketus Jack.

***

Sore hari hujan gerimis membasahi kota kecil itu. Tak ada seorang pun teman ibunya yang dulu dengan muka manis datang ke kediaman mereka untuk mendapatkan cipratan rejeki, yang menampakkan batang hidung. Hanya Jack, Tom, dan pihak gereja yang mendampingi sembari membacakan doa untuk mengantarkan Daniella Lawrence ke peristirahatan terkahirnya. Tak ketinggalan juga polisi yang mengawasi dari kejauhan.

Jack menyimpan kepahitan dan kebencian di hatinya pada semua orang yang tidak menghormati ibunya. Dia merekam mereka semua dalam hatinya. Orang-orang yang bermuka manis, seperti semut merubung gula, saat perkebunan mereka jaya.

Meadow Creek menggigil merasakan dendam kesumat yang tertanam dalam hati seorang pemuda yang selama ini percaya bahwa dunianya jauh lebih baik dari pada medan perang.

Jack meletakkan bunga lily putih kesukaan ibunya ke peti mati. Peti itu siap untuk diturunkan sekarang.

“Mommy, aku akan mencari siapapun yang membunuhmu. Aku akan memburu mereka seperti anjing dan membalasnya puluhan kali lipat!” sumpahnya di depan peti mati.

Di kejauhan, satu sosok misterius berdiri mengamati. Dia tidak merasa terganggu sama sekali pada hujan yang terus membasahi mantel panjangnya. Sebelum semua orang bubar, sosok itu sudah menghilang lebih dulu.

“Tom, coba kau bersihkan kamar granny. Aku akan membawanya pulang jika dokter sudah mengijinkan,” kata Jack setelah dia selesai menunggui makam mommy ditutup dengan rapi.

“Baik.”

Keduanya pulang ke kediaman naik motor. Di rumah, sudah menunggu empat pria bertubuh kekar yang datang menagih hutang bank. Sikap mereka yang kasar, membuat darah Tom mendidih.

“Hai Tom. Sebaiknya kau segera mencari induk semang baru. Karena kediaman ini akan segera disita dan berganti pemilik!” ujar orang itu congkak.

“Tidak! Pemilik perkebunan ini sudah datang. Kalian tidak akan bisa menguasai perkebunan ini” balas Tom puas. Dengan adanya Jack di sana, dia merasa berani membalas kata-kata kasar mereka.

“Hahaha … pemiliknya sudah mati. Apa kau kira nenek tua dan pikun itu bisa mengurusi perkebunan yang rumit dan banyak masalah ini?” ejeknya.

Tom menggeleng dan menyeringai. Lalu dia menoleh pada Jack. “Ini pemiliknya!” ujar Tom bangga.

Para penagih itu baru menyadari ada orang lain datang bersama Tom. Pria yang terlalu diam dan tidak mencolok, sehingga tidak menarik perhatian siapapun.

Sebuah tawa keras terdengar membahana. Orang-orang itu tertawa terpingkal-pingkal. “Kau mau membanggakan dirinya? Siapa dia? Apa dia anak haram Daniella?”  Ledakan tawa kembali terdengar.

Wajah Jack memerah mendengar penghinaan itu. Dia tidak pernah masalah diejek sebagai anak haram ibunya. Dia sudah mendapat penghinaan itu sedari kecil, karena ayahnya tak pernah menampakkan diri. Namun, Jack tidak akan mengampuni siapa pun yang menghina ibunya.

Jack melesat cepat dan melancarkan pukulan keras pada orang-orang bayaran yang ditugaskan pihak bank. Mereka semua terpental dan berdebum di tanah kotor. Rintihan disertaisumpah serapah terdengar. Jack masih terus menendang mereka dengan sepatu bootnya yang tebal. Suara tulang berderak terdengar beberapa kali.

“Pergi!” usir Jack dingin.

Empat orang itu lari terbirit-birit menuju mobil mereka yang diparkir dekat jalan masuk. Tagihan belum dapat, tidak masalah. Yang penting, menyelamatkan nyawa lebih dulu. Jack dan Tom mengawasi keempatnyaa pergi.

“Tunggu saja. Tidak ampun untukmu. Kau akan mendapatkan balasan karena sudah menyinggung kami!” teriak orang-orang itu dari dalam mobil, sebelum melajukannya dengan cepat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Papa_Yor
kok ngancem itu orang????
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status