Share

EP. 4

Bel jam istirahat berbunyi, sesuai dengan pesan Kate. Andrea dan Sasha pergi menuju ke ruang konseling untuk menerima teguran. Selama setengah jam Kate memberi kuliah pada Andrea dan Sasha, dari mulai mengingatkan untuk tidak memulai perkelahian, sampai membandingkan mereka kepada Annie dan kawan-kawannya. Padahal kalau saja Annie tidak memancing Andrea lebih dulu, keributan itu tidak akan terjadi.

Andrea dan Sasha hanya bisa terdiam mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Kate, tapi di dalam hati mereka merutuki gurunya itu karena kesal hanya Andrea dan Sasha saja yang dipanggil tapi Annie dan kawan-kawannya tidak. Sungguh tidak adil bukan, padahal yang ribut bukan hanya mereka berdua saja. Apa jangan-jangan Kate tidak berani memanggil Annie karena takut ia akan mengadu kepada ayahnya, dan dia memanggil Andrea karena tahu bahwa perusahaan ayahnya sedang diambang kebangkrutan?

Sepertinya benar begitu, karena kalau tidak ada kabar tersebut mana berani Kate menyentuh Andrea. Andrea bisa dibilang murid yang paling kaya di kampus dan orang tuanya selalu menyumbangkan dana kepada kampus dengan jumlah yang cukup besar. Karena itu kadang pihak kampus selalu bersikap hati-hati pada Andrea dan membiarkannya melakukan apapun yang ia mau.

Setelah menerima perkuliahan dari Kate, Andrea dan Sasha keluar dari ruangan tersebut dengan langkah gontai. Andrea menghembuskan nafas beratnya, kupingnya sudah pengang karena omelan Kate dan kakinya juga pegal. Selama setengah jam tadi Kate benar-benar tidak mempersilahkannya untuk duduk.

“Aku lapar, Andrea kau mau makan?” tanya Sasha mengeluh sembari memegangi perutnya yang keroncongan.

“Tentu saja, kau ingin makan apa?”

“Hmm…”

“Bagaimana kalau mie cup? Sepertinya enak,” kata Sasha memberikan saran.

Andrea mengangguk menyetujui. “Kalau gitu ayo sebelum bel masuk, nanti kalau kita telat bisa-bisa kita kembali kena ceramah oleh si Kate.” Andrea tidak mau bertemu dengan Kate untuk kedua kalinya kalau seperti itu.

*

Keadaan kantin saat Andrea dan Sasha datang sudah tidak terlalu ramai seperti pada awal jam istirahat, Andrea memesan mie cup kuah rasa ayam pedas kesukaannya dan Sasha memesan 2 cup kuah rasa kari dan goreng untuk sapi pedas. Bukan Sasha namanya kalau tidak makan seperti orang rakus, tapi anehnya mau sebanyak apapun ia makan. Badannya masih terlihat ramping hanya pipinya saja yang terlihat agak chubby.

Andrea pun memlih tempat duduk di pinggir dekat kebun kampus, suasana siang ini agak mendung. Makan mie cup dengan cuaca seperti ini pun menjadi perpaduan yang pas. Ditambah dengan ice lemon yang menyegarkan membuat rasa pedas pada makanan akan ternetralisir dengan meminum ini.

“Jadi kau nanti malam akan pergi dengan apa?” sembari memakan mie cupnya, Sasha membuka pembicaraan.

Andrea yang tengah mengaduk mienya tiba-tiba terdiam, ia baru mengingat hal itu. “Mungkin aku akan meminjam mobil kakakku,” jawab Andrea asal. Ia tidak yakin akan diizinkan, kakaknya pasti curiga kalau tiba-tiba ia meminjam mobilnya. “Kau ikut kan?”

“Tentu saja, masa aku membiarkan sahabatku sendirian disana.”

Andrea tersenyum simpul, Sasha adalah satu-satunya teman terbaiknya yang selalu menerima Andrea apa adanya. Karena kebanyakan orang yang berteman dengan Andrea mempunyai maksud tertentu. Dan yang tulus padanya bisa dihitung jari.

“Jadi, bagaimana si Nicholas itu?” tanya Sasha penasaran, ia juga baru tahu bahwa Andrea akan menikah dengan Nic. Karena memang Andrea tidak memberi tahu siapa-siapa tentang ini.

“Dia tampan, kaya, rumahnya besar dan mewah seperti istana ditengah kota,” jawab Andrea.

“Bukan itu bodoh, semua orang juga tahu dia seperti itu maksudku kepribadiannya,”

Andrea  terdiam sebentar, memikirkan kata yang pas untuk ia deskripsikan bagaimana seorang Nicholas Aldrich itu. “Arogan, tukang memaksa, dan menyebalkan.”

Pupil mata Sasha sedikit membesar mendengar itu. “Wow, itu terdengar sangat berbeda dengan tampangnya yang tampan dan lemah lembut.”

“Benar kan!!” tiba-tiba saja Andrea menjadi bersemangat. “Aku juga tidak tahu dia mempunyai sikap yang buruk, aku pikir dia orang yang hangat, baik hati dan juga ramah. Tapi saat aku bertemu dengannya, ia bahkan tidak tersenyum sama sekali dan seperti tidak punya malu sikapnya yang buruk itu juga ditunjukkan kepada kedua orang tua ku!” Andrea menceritakan kejadian yang ia alami kemarin di rumah Nic pada Sasha, ia seperti menuang rasa kekesalannya atas kejadian kemarin dan juga tadi pagi.

Hanya karena Nic, orang tuanya bahkan menjual mobil yang mereka berikan untuk Andrea. Tanpa sepengetahuan Andrea pula.

Sasha terus memakan mie cupnya sembari mendengarkan cerita Andrea dengan seksama, sesekali ia tertawa karena ekspresi kesal Andrea saat menjelaskan terlihat lucu dimatanya.

“Tapi aku yakin dia bersikap seperti itu karena pernikahan ini juga.”

“Maksudmu?”

“Ya aku yakin dia juga tertekan dengan pernikahan ini sama dengan kau, bedanya kalau kau tidak bisa menahan semuanya dan memilih untuk berontak karena ini tidak sejalan yang kau mau. Sementara Nic menahan itu semua, karena ia tidak bisa memberontak sepertimu itu. Masalah orientasi seksualnya saja sudah cukup membuat dia bermasalah apa lagi ditambah kalau ia menolak pernikahan ini. Nic akan terlihat seperti pria yang kekanak-kanakan,” kata Sasha panjang lebar. Ia memahami kedua sisi dari yang diceritakan oleh Andrea, dan Nic menanggung beban yang lebih berat dari Andrea. Oleh karena itu sikapnya yang buruk itu mungkin muncul dari rasa lelahnya.

“Oh iya, kau bawa mobil kan?” tanya Andrea, setelah meneguk habis kuah mie cupnya.

Sasha mengangguk.

“Aku menumpang ya!”

“Tidak biasanya seorang Andrea Brooke menumpang mobil temannya, di mana memang mobilmu memang?” goda Sasha sambari memainkan alisnya, mukanya menahan tawa karena ledekannya sendiri.

“Kurang ajar, meledekku ya!” Andrea melempar tisu bekas ia pakai ke arah Sasha lalu tertawa lepas.

*

Saat ini Andrea sudah berada di depan rumah kakaknya, Rachel. Sasha yang mengantarnya kemari tadi sudah pulang karena ia mempunyai janji dengan Jean untuk bertemu. Andrea kemari untuk meminjam mobil kakaknya, tentu saja ia tidak akan memberikan alasan sebenarnya untuk apa ia meminjam mobil. Andrea yakin bukan diberi izin oleh Rachel, ia malah akan kena omelan olehnya jika kakaknya itu tahu kalau Andrea ikut balapan liar.

Sebenarnya tanpa memberikan alasan pun Andrea ragu Rachel akan meminjamkannya, karena Rachel itu termasuk kategori kakak yang pelit. Jadi Andrea sudah memiliki rencana kedua jika ia tidak diberi izin, Andrea akan meminta langsung kepada kakak iparnya yang baik hati. Devan, untuk meminjamkannya mobil.

Setelah memencet bel beberapa kali, pintu rumah Rachel terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang mengenakan baju seragam khas nanny.

“Halo Nek!” Andrea menyapa Wanita itu dengan senyum diwajahnya.

Wanita itu balas tersenyum pada Andrea dengan teduh. “Non Andrea, sudah lama tidak kemari,” kata wanita paruh baya yang bernama Yessy itu, lalu ia mempersilahkan Andrea masuk ke dalam.

“Iya nek aku ingin bertemu kak Rachel, dia ada?” tanya Andrea. Ia memanggil Yessy dengan sebutan nenek karena beliau adalah salah satu asisten rumah tangga yang telah bekerja pada keluarga Andrea sejak Rachel masih kecil, Andrea sudah menganggap Yessy sebagai neneknya sendiri karena beliau sudah mengurus Andrea sejak masih bayi. Yessy juga sangat perhatian dan sayang sekali pada Andrea dan sudah menganggapnya seperti cucunya sendiri. Sifat Andrea mengingatkan pada dengan cucunya Laura.

Saat ini Yessy sedang bekerja di rumah Rachel untuk membantunya mengurus keperluan rumah karena sekarang Rachel sedang hamil.

“Ada, non Rachel sedang di ruang baca dengan tuan Devan,” jawab Yessy, lalu ia meraih tas Andrea untuk disimpannya.

“Tidak usah nek, aku hanya sebentar di sini jadi kubawa saja,” kata Andrea, lalu ia merogoh tasnya untuk mengambil sesuatu. “Ini aku bawakan untuk nenek.” Andrea mengeluarkan sekotak penuh permen jahe kesukaan Yessy dan memberikan padanya.

Yessy tersentuh saat Andrea memberikan permen jahe tersebut, walau hanya permen tapi Yessy senang karena Andrea mengingat hal kecil yang disukai olehnya. “Terima kasih banyak non.”

Andrea mengangguk. “Sama-sama nek!” kemudian Andrea pergi meninggalkan Yessy dan berjalan menuju ruang baca tempat di mana Rachel berada.

Andrea mengetuk pintu ruang baca sebanyak dua kali sebelum membuka kenopnya. Di sana ia melihat kakaknya Rachel dan Devan suaminya sedang duduk bersama di sofa ruang baca, mereka tampak terkejut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka.

“Ah maaf, aku tidak tahu kalau kalian sedang ….” Andrea menjadi salah tingkah sendiri, ia datang saat Rachel dan suaminya Devan sedang bercumbu.

Rachel menoleh kesal saat tahu Andrea yang membuka pintu. “Ck, kalau mau masuk biasakan ketuk pintu!” tegur Rachel ia menjauhkan tubuh Devan dengan tangannya, ia sendiri juga merasa malu karena dipergoki oleh adiknya seperti itu.

Andrea hanya tersenyum kikuk.

Berbeda dengan Devan, ia bersikap santai dan hanya tersenyum saat melihat Andrea. “Tidak biasanya kau datang kesini Andrea, ada apa?” tanya Devan seraya membenarkan posisi duduknya.

“Itu… aku mau meminjam mobil boleh tidak kak?” tanya Andrea pada Rachel.

“Untuk apa, memangnya kenapa mobilmu?” Rachel balik bertanya dengan galak.

Benar-benar kakak Andrea satu ini, ia tidak bisa bersikap baik pada adiknya sekali saja.

“Itu mobilku disita sama papa, boleh kan kak.” Andrea memasang wajah sedih yang dibuat-buat agar Rachel luluh

Rachel terdiam lalu melirik suaminya seolah meminta izin.

Devan hanya mengangguk. “Aku boleh saja, lagi pula kalau tidak ada mobil Andrea akan kesulitan bukan untuk pergi ke kampus,” ujar Devan pada Andrea.

Andrea sumringah melihat Devan, ia lalu mengangguk dengan cepat mengiyakan perkataannya, kakak iparnya ini memang paling mengerti dirinya. Dengan begitu Andrea tidak perlu memberikan alasan lagi pada Rachel.

“Kau habis buat masalah ya, karena itu mobilmu disita.” Rachel memberikan tatapan menyelidik pada Andrea. Ia sangat tahu sifat Andrea, ia tidak akan meminta bantuan padanya kecuali saat ada masalah.

Andrea mengangguk pelan. “T-tapi hanya masalah kecil kak.” Jujur saja Andrea lebih takut pada kakaknya daripada orang tuanya, Rachel terlihat sangat galak dan mengintimidasi dan kesalnya Rachel hanya bersikap seperti itu kepada Andrea. Tapi walaupun begitu Rachel sangat sayang pada adik satu-satunya itu.

“Coba aku tanya pada mama,” ujar Rachel, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi ibunya untuk memastikan bahwa Andrea tidak membuat masalah besar.

Andrea gelagapan, kalau Rachel menghubungi ibunya Andrea akan dimarahi nantinya karena telah mencoba meminjam mobil kakaknya. Perhatian Andrea pun beralih pada Devan, ia mencoba memberi kode pada kakak iparnya agar tidak menelpon ibunya.

“Kak Devan~”

Untungnya Devan mengerti maksud Andrea. “Sudah kasih aja, kamu tidak kasian sama adik kamu? Liat itu mukanya sampai melas begitu,” ujar Devan, ia menahan tangan Rachel untuk tidak menghubungi ibunya.

“Tapi sayang kalau dia buat masalah gimana, aku lagi aja yang kena omel papa.” Rachel menggerutu, nada bicaranya berubah menjadi sangat lembut berbeda saat berbicara dengan Andrea.

Dalam hati, Andrea merutuki Rachel. ‘Emang dasar pelit aja tidak mau meminjamkan.’

Devan memberikan tatapan yang membuat Rachel luluh, akhirnya Rachel meminjamkan mobilnya pada Andrea. “Aku pinjamkan hanya karena Devan izinin, awas kalau sampai mobilku lecet sedikit pun. Kubunuh kau.” Rachel memberikan tatapan mengancam pada Andrea.

Andrea tersenyum lebar, ia sangat berterima kasih berkat kak Devan, Rachel manusia yang Andrea anggap paling pelit di dunia ini mau meminjamkan mobil padanya.

“Makasih banyak kak Devan!” ucap Andrea senang.

Devan balas tersenyum, Andrea sudah ia anggap seperti adiknya jadi Devan akan memberikan apapun yang Andrea butuhkan selama ia mampu.

“Kok sama Devan saja, aku?” Rachel menunjuk dirinya, tidak terima.

“Kan yang kasih izin kak Devan, bukan kak Rachel,” ucap Andrea sambil memeletkan lidahnya meledek Rachel. “kunci mobilnya ada disopir kan? Kalau begitu aku pergi dulu, bye!” ssetelah itu Andrea berjalan meninggalkan Rachel dan Devan di ruang baca.

“Dasar adik kurang ajar, tidak tahu terima kasih!” rutuk Rachel melempar bantal sofa pada Andrea, tapi tidak kena karena Andrea terlanjur menutup pintu.

Devan hanya tertawa melihat keributan kecil antara kakak dan adik itu, mereka berdua sangat menggemaskan. pikirnya.

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status