Share

EP. 3

Saat ini Andrea dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang, setelah keributan kecil yang dibuatnya setelah makan malam membuat suasana saat ini menjadi canggung. Selama perjalanan pulang pun orang tua Andrea hanya diam tidak mengungkit atau pun memarahi Andrea seperti yang ia kira sebelumnya, Andrea pikir ia akan diberi ceramah sepanjang malam oleh ibunya karena sikapnya tadi.

Andrea langsung masuk ke kamarnya begitu mereka sampai di rumah, mengunci pintu dan mengurung diri sampai pagi tiba. Andrea hanya keluar dari kamarnya untuk berangkat kampus, dirinya berniat untuk langsung pergi tanpa melihat kedua orang tuanya tapi gagal ketika Andrea tidak menemukan kunci mobilnya di tempat yang seharusnya. Terpaksa ia harus menemui ibunya untuk bertanya.

"Ma lihat kunci mobilku?" Tanya Andrea pada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan untuk Ayahnya.

Liliana diam tidak menjawab Andrea.

Andrea merasa kesal karena diabaikan. "Ma? Aku mau berangkat kampus dan aku butuh kunci mobilku sekarang!"

"Apa itu sikap seorang anak pada orang tuanya? Kamu bahkan tidak menyapa sama sekali" ujar Liliana tampak tidak peduli dengan pertanyaan Andrea sebelumnya.

Andrea mendengus. "Selamat pagi" sapa Andrea dengan malas. "Dan sekarang dimana kunci mobilku?"

"Mulai hari ini kamu tidak perlu mobil untuk berangkat kampus Andrea," sela Adam menjawab pertanyaan Andrea, ia melipat koran yang dibacanya lalu meminum kopi yang telah disiapkan oleh Liliana.

"Maksudnya? Terus kalau tidak pakai mobil aku pakai apa ke kampus?" Tanya Andrea bingung dengan sikap orang tuanya yang terlihat tidak peduli dengannya pagi ini.

"Terserah kamu, intinya mobil kamu papa sita dan akan papa jual," kata Adam lagi dengan santai seolah hal itu bukan lah hal besar. "Terima kasih sayang," ucap Adam ketika Liliana memberinya roti panggang lalu mengecup bibirnya.

Andrea semakin kesal melihat orang tuanya malah bermesraan mengabaikan keberadaannya di sana. "Aku tidak tahu apa yang sedang kalian pikirkan, tapi itu mobilku kalian tidak bisa menjualnya begitu saja!" ujar Andrea tidak setuju. Audi R8 adalah mobil yang Ayahnya berikan saat Andrea berulang tahun ke-17 dan sekarang mereka berpikir mau menjualnya? Tentu saja Andrea tidak bisa menerimanya, mobil itu adalah barang kesayangannya.

"Ma!" Andrea memanggil Liliana meminta penjelasan.

"Turuti saja apa kata Papamu" ujar Liliana.

Melihat sikap aneh orang tuanya ini pikiran Andrea langsung terlintas pada kejadian semalam,  kini ia paham apa yang sedang terjadi saat ini, orang tuanya sedang marah padanya dan mengancam mau menjual mobilnya karena kelakuannya saat di rumah Nic semalam.

"Jadi ini karena Nic kalian mau menjual mobil itu?" tanya Andrea mencoba menebak.

Lagi-lagi orang tuanya mengabaikannya dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Aku tidak mengerti jadi kalian benar-benar mau menjualku kepada pria tidak normal itu?" Ujar Andrea mengatakan hal itu untuk memancing reaksi kedua orang tuanya.

Dan benar saja Liliana langsung menoleh kearah Andrea dan menatapnya marah mendengar kata-kata yang diucapkan anaknya itu. "Jaga kata-katamu Andrea! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan Mama melakukan ini untuk kebaikanmu, kebaikan kita semua!"

Andrea menggeleng. "Kebaikanku? Jika untuk kebaikanku kalian tidak melakukan itu padaku!" Kata Andrea membalas tatapan ibunya lalu kemudian berbalik pergi meninggalkan orang tuanya di ruang makan.

Hancur sudah ketenangan yang Andrea harapkan pagi ini, akhirnya Andrea memilih pergi untuk menghindari semakin memanasnya suasana yang seharusnya damai saat pagi.

Andrea tahu tidak akan ada habisnya jika ia memulai perdebatan dengan ibunya, jika ia tidak pergi bisa-bisa ia tidak berangkat kampus karena tertahan oleh omelan ibunya sepanjang hari.

*

Andrea turun dari taksi setelah membayar ongkos perjalanan yang menghabiskan cukup banyak uang jajannya.

"Shit, my money!" Keluh Andrea saat melihat isi dompetnya yang kurang dari 100 pound. 

Ia tidak pernah mengeluhkan soal uang sebelumnya, tapi mengingat ia sedang bertengkar Andrea pikir ia harus menghemat khawatir kalau orang tuanya berencana untuk memotong uang jajannya.

"Aku melihat tuan putri turun dari taxi hari ini, dimana mobilmu Andrea?" Tanya Sasha tiba-tiba dari arah belakang langsung merangkul pundak Andrea membuat Andrea terkejut.

"Aku sedang bertengkar dengan kedua orang tuaku" jawab Andrea dengan malas, ia memasukkan kembali dompetnya ke dalam tasnya.

"Bankrupt already huh?" Sasha yang sudah tahu apa yang terjadi dengan keluargamu bertanya lagi.

Andrea mendorong tubuh Sasha menjauh darinya. "Berhenti berkata seperti aku sudah miskin sekarang, jika aku jatuh miskin pun aku masih lebih kaya darimu," ujar Andrea dengan sombong sembari mengibaskan rambutnya ke belakang.

Sasha tertawa mengejek melihat kesombongan ditampilkan oleh sahabatnya itu. "Tapi intinya kau jatuh miskin."

Andrea menatap tajam ke arah Sasha dan sedetik kemudian tertawa. "Dan kau harus memberikanku mobil baru karena mobilku disita sekarang"

"Serius?" kata Sasha tidak percaya karena orang tua Andrea yang Sasha kenal sangatlah loyal dan memanjakan anak-anaknya.

Andrea mengangguk, ia melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Sasha yang masih diam di tempat.

Sasha berlari kecil sembari membenarkan tali tasnya yang sedikit melorot ke arah Andrea yang mendahuluinya. "Terus bagaimana dengan taruhan nanti malam?" 

Langkah Andrea terhenti seketika mendengar ucapan Sasha, ia pun memutar tubuhnya menghadap Sasha dan menatapnya bingung. "Taruhan apa?" 

Sasha mendengus. "Jangan bilang kau lupa? Minnerva club besok malam, kalian janjian balapan mobil dan taruhannya adalah mobilmu karena dia tahu itu barang kesayangan kau Andrea! ingat tidak?" ujar Sasha menjelaskan.

Perlahan ekspresi wajah Andrea berubah, ia meringis karena merutuki kebodohannya saat itu yang sedang mabuk dimanfaati oleh Annie dan teman-temannya hanya untuk balapan mobil 2 minggu lalu. Alasannya hanya karena pria incaran Annie mendekati Andrea dan itu membuat Annie kesal dan mengajak Andrea taruhan. Sebenarnya Andrea sama sekali tidak tertarik dengan pria itu, tapi ia sangat senang ketika ia mengalahkan Annie dan melihat ekspresi marah dan iri gadis murahan itu jadi Andrea meladeninya. 

"Bagaimana ini? lagi pula Kenapa waktu itu kau tidak menghentikanku?!" kata Andrea kepada Sasha.

"Aku sedang bersama Jean saat itu jadi aku tidak tahu kalau kau menerima itu," ujar Sasha mengecilkan suaranya dan memasang wajah tidak bersalahnya itu. 

Andrea mendengus kesal kearah Sasha. 

"Well ada tuan putri kita disini," suara centil dan merendah itu terdengar tiba-tiba dari arah belakang Andrea.

Andrea memutar bola matanya kesal, ia sangat hafal siapa pemilik suara itu. Annie. 

Ok, nice timing.

"Good Morning Princess" sapa Annie gadis berambut pirang dengan senyum mengejeknya bersama dengan dua babunya Hanna dan Chloe yang selalu mengikutinya kemanapun ia berada.

Here we go again. 

"Mau apa kau?" tanya Andrea dengan malas. 

"Chill princess, masih pagi jangan marah-marah," ujar Annie lagi mencoba memancing amarah Andrea dengan memanggilnya seperti itu.  "Aku disini hanya mau mengingatkan dengan taruhan kita besok malam tidak lupa kan?" tanya Annie sembari memainkan rambutnya. 

"Tentu saja aku tidak lupa dengan taruhan bodoh yang kau buat," jawab Andrea dengan sarkas. 

Annie mengerutkan wajahnya kesal, tapi dengan cepat ia kembali memasang wajah normalnya dan mengejek Andrea. "Tapi dengan bodohnya juga kau menerimanya" balas Annie diikuti dengan tawa teman-temannya. 

Andrea diam mencoba menahan rasa kesalnya dengan tidak menanggapi ucapan Annie.

"Tapi Annie bagaimana kalau dia kalah? perusahaan orang tuanya bukannya terancam bangkrut bukankah tidak baik jika kau menerima mobilnya begitu saja?"kata Hanna tiba-tiba memprovokasi Annie sambil melemparkan wajah mengasihani kepada Andrea. 

Andrea terbelak bagaimana bisa kabar tersebut sudah diketahui oleh para gadis menyebalkan ini, padahal ini adalah masalah internal perusahaan ayahnya dan hanya beberapa orang dalam saja yang tahu. 

Annie mamasang wajah sedihnya. "Oh iya bagaimana aku bisa lupa kalau princess kita satu ini akan jatuh miskin apa kita batalkan saja taruhannya? aku tiba-tiba merasa kasihan padanya, bahkan tadi aku melihatnya naik taksi menuju kampus," ujar Annie sengaja membesarkan suaranya agar bisa terdengar oleh orang disekitar, tidak lupa ia memberikan Andrea tatapan iba yang semakin membuatmu semakin muak melihatnya. 

"Poor girl," ejek Hanna dan Chloe bersamaan. 

Perkataan Annie tadi berhasil menarik perhatian beberapa orang disana dan mereka mulai saling berbisik mempertanyakan kebenaran dari ucapan Annie tersebut. 

Annie tersenyum miring penuh kemenangan saat melihat orang-orang mulai membicarakan Andrea dan menertawakan Andrea dalam diam.

Kedua tangan Andrea terkepal menahan emosi terhadap sikap Annie yang semakin membuatnya kesal, padahal rasa kesalnya akibat masalah di rumah tadi belum juga hilang. 

Sasha yang tidak tahan dengan sikap mereka yang mengejek Andrea akhirnya mulai bergerak, ia mendorong cukup keras pundak Annie sehingga membuatnya terdorong ke belakang beberapa langkah. "Shut the fuck up Annie, kalau pun Andrea bangkrut dia masih lebih kaya daripada kau!" 

"Oh ya?" Annie menaikkan sebelah alisnya. "Aku tidak yakin karena ayahku bilang bahwa saham perusahaan milik Ayahnya princess sudah menurun hampir 50%, apa aku benar Andrea?" ungkap Annie dengan suara lembut yang dibuat-buat. 

'...Jadi dia benar-benar jatuh miskin?...'

'...Lihat wajahnya sudah miskin saja masih sombong...'

'...Aku dengar dia ke casino untuk berjudi...'

'...Padahal minggu lalu dia masih membeli tas bermerek mahal, jadi dia masih berfoya-foya walau usaha ayahnya sedang bangkrut anak tidak tahu diri...'

Andrea menggigit bibir bawahnya begitu orang-orang mulai membicarakannya secara terang-terangan, Andrea sebenarnya tidak peduli dengan status sosial yang sangat dijunjung tinggi murid di kampusnya ini. Dimana yang kaya akan diagung-agungkan dan miskin dikucilkan, sungguh kasta di kampus ini sangat terlihat bahkan kerap kali guru disini melakukan diskriminasi terhadap murid yang dianggap miskin dan mendekati para murid yang kaya untuk mengambil hatinya agar orang tua mereka mau menyumbangkan dana dalam jumlah besar ke kampus.

Andrea menatap tajam kearah Annie, sementara Annie tidak bisa menahan ekspresi bahagianya ketika orang-orang mulai menjelekkan Andrea.

"Kalau kau jatuh miskin Andrea." Annie berjalan mendekati Andrea. "Kau tidak akan bisa melawanku lagi dan menunjukkan wajah angkuhmu yang menyebalkan itu," ujar Annie lagi mengangkat paksa dagu Andrea agar ia bisa melihat dengan jelas ekspresi wajahnya, dan lagi Annie melemparkan senyum mengejeknya kepada Andrea.

Dengan cepat Andrea meraih tangan Annie yang berada di dagunya, ia menjauhkan tangan Annie dari wajahnya dan mencengkramnya dengan keras. 

Annie meringis. "Apa-apaan lepaskan bodoh, ini sakit!" kata Annie berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang dicengram kuat Andrea. 

Bukan melepasnya Andrea malah semakin mempererat cengramannya itu lalu tersenyum ke arah Annie. "Oh ya? aku bahkan hanya menyentuhnya saja, lemah sekali," ejek Andrea. 

Hanna yang melihat ekspresi kesakitan Annie marah dan mencoba menyerang Andrea. "Lepaskan tanganmu itu jalang!" 

Andrea dengan cepat menghindari serangan Hanna, dan membuat badan Hanna sedikit terhuyung kedepan. Hanna terkejut dengan refleks Andrea membuat Hanna kehilangan keseimbangannya, dengan sigap Andrea segera menyelamatkan Hanna agar tidak tersungkur dengan cara memegang rambut belakang Hanna dan menariknya dengan kencang membuat badan Hanna tertarik ke belakang.

Hanna memekik cukup keras ketika Andrea secara tidak langsung menjambak rambutnya. "Kau gila ya?!!"

"Aku hanya ingin menyelamatkanmu agar wajah cantikmu itu tidak menyentuh lantai Hanna," kata Andrea dengan santai masih memegang rambut Hanna dan mencengkram tangan Annie.

Annie membelak ketika Andrea menjambak rambut Hanna, ia pun marah karena Andrea menggunakan kekerasan dan membuatnya tidak berdaya. "Lepaskan Andrea! Kau telah melakukan kekerasan di kampus aku bisa laporkan ini kepada orang tuaku!" teriak Annie.

"Lakukan saja, kau pikir aku takut?" Kata Andrea lalu dengan sengaja memperat cengramannya pada pergelangan Annie dan membuat Annie mengeluh kesakitan.

Hal ini menarik perhatian banyak orang karena tertarik dengan keributan kecil yang Andrea buat.

Sementara Sasha tersenyum senang melihat Andrea melakukan hal itu.

"Hei kau mau apa hah?" Tanya Sasha dengan baik menahan Chloe saat ia mencoba mencari kesempatan untuk ikut menyerag Andrea untuk menyelamatkan kedua temannya.

"Diam kau jelek!" Ejek Chloe.

Sasha tersenyum ketika Chloe mengatainya, sedetik kemudian Sasha sudah merangkul leher Chloe dan kemudian menekannya dengan lengannya. "Terima kasih atas pujiannya cantik," ujar Sasha dengan senyum.

Chloe terkejut ketika Sasha mengapit lehernya dengan lengan dan membuat Chloe kesulitan bernafas. "Sakit! jauhkan lenganmu dari leherku jalang!!" ringis Chloe sambil memukul-mukul lengan Sasha.

Tapi Sasha menghiraukan ocehan Chloe dan terus mengapit leher Chloe dengan lengannya.

"Dengan Annie! Mau aku kaya atau jatuh miskin itu bukan urusanmu mengerti?! Lagi pula itu tidak akan terjadi ketika aku adalah tunangan dari Nicholas jadi jangan coba-coba mempermalukan ku seperti tadi!!" ujar Andrea dengan nada mengancam penuh kesal.

Annie yang sedari tadi berusaha melepas cengraman Andrea langsung terhenti ketika Andrea menyebutkan nama seorang pria.

"Nicholas?"

Entah kenapa semuanya menjadi hening seketika.

Annie melihat ke arah Andrea. Hanya ada satu Nicholas yang Annie kenal, tapi tidak mungkin rivalnya ini menjadi tunangan seperti yang dikatakannya.

"Nicholas Horison?" Kali ini Sasha bertanya, karena ia sama sekali tidak pernah mendengar ini darimu.

"Tentu saja," jawab Andrea dengan percaya diri.

Semuanya kembali terdiam, antara terkejut dan tidak percaya seorang keluarga konglomerat seperti Horison bisa bertunangan dengan gadis seperti Andrea.

Karena ini Nicholas Aldrich Horison yang mereka bicarakan, most wanted pria bangsawan di kalangan sosial atas London. Sudah pasti semua orang mengenalnya.

Andrea bingung dengan keheningan ini lalu melirik keadaan sekitarnya.

"T-tapi kudengar dia itu gay, kau berbohong bukan?" Tanya salah satu dari kerumunan disana.

Andrea mematung, sial tadi ia begitu percaya diri mengatakan bahwa ia bertunangan dengan pria itu sampai melupakan fakta bahwa pria itu gay.

"Dan kau percaya dengan rumor bodoh itu?" Tanya balik Andrea.

Beberapa diantaranya menggeleng. Tentu saja tidak, mana mungkin mereka percaya bahwa pria setampan Nic adalah gay.

"Hah jangan mau tertipu dengan Andrea, aku tahu Nic benar-benar gay karena ayahku menjalankan bisnis dengannya dan sudah menjadi rahasia umum karyawan disana kalau dia itu gay," ujar Chloe membenarkan rumor tersebut.

Andrea kembali mematung, ia bingung harus mengelak seperti apa karena hal itu memang benar. Tapi Andrea tidak mau mengakui bahwa rumor itu benar begitu saja.

"Aku tidak tahu orang bodoh mana yang menyebarkan rumor itu, yang jelas aku disini sebagai tunangannya mengelak kalau rumor itu bohong!" ujar Andrea pada akhirnya memutuskan untuk berbohong.

Belum sempat ada yang menyanggah ucapan Andrea, bel tanda masuk sudah berbunyi. Lalu seorang guru dari kejauhan meneriaki kalian yang sedang berkumpul.

Andrea refleks melepaskan tangannya dari rambut Hanna dan juga tangan Annie begitu mendengar suara guru, begitu juga dengan Sasha yang melepaskan Chloe lalu membantunya membenarkan kerah bajunya yang berantakan.

"Bubar apa yang sedang kalian lakukan disini tidak mendengar bel masuk berbunyi hah?!" Omel Kate salah seorang guru yang terkenal killer pada murid yang sedang berkumpul.

Satu persatu murid disana pun mulai pergi tanpa berkata apapun lagi.

Andrea menghela nafas lega, ia terselamatkan oleh bel kampus. Karena kalau tidak, akan semakin panjang argumen yang akan ia hadapi mengenai Nic.

Andrea pun meringis merutuki 3. Kenapa juga ia harus menyebut Nic dan mengatakan bahwa ia tunangannya di saat seperti tadi.

"Andrea!" panggil Annie.

Andrea menoleh kearah Annie malas, dilihatnya pergelangan tangan Annie yang memerah dan juga rambut Hanna yang berantakan. Entah kenapa itu membuat Andrea senang melihatnya kalah seperti itu. "Apa?"

"Jangan lupakan taruhan kita besok malam!" kata Annie dengan sinis sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman Andrea.

Belum sempat Andrea menjawab, Kate sudah menyelanya. "Annie kenapa kau diam saja disitu? Cepat masuk kelas!"

Annie hanya bisa mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Andrea sambil mengentak-hentakkann kaki.

Chloe dan Hanna pun mengikuti, sembari berjalan  Chloe mengejek ke arah Sasha tanpa mengeluarkan suara. "Bitch"

Sasha dengan senyum membalas perkataan Chloe dengan mengeluarkan jari tengahnya.

"Kau juga Andrea, Sasha cepat masuk kelas!" omel Kate.

Andrea dan Sasha pun melangkah pergi saat Kate menyuruhnya masuk kelas.

"Dan kalian berdua jangan lupa datang ke ruang BK atas perbuatan kalian tadi," ujar Kate memberi tahu sekaligus mengingatkan.

Andrea dan Sasha menghentikan langkahnya lalu menoleh dan kemudian saling bertatapan, mereka tidak menyangka bahwa ada yang mengadu soal ini ke guru padahal hanya masalah kecil.

'sialan'

*

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mersiana Handayani
kampus,, dosen kali thoorrr lbh cocok.. drpd guru... kayak masih sekolahan aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status