Share

EP. 6

Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Nic yang baru saja pulang kerja langsung masuk ke kamarnya tanpa menyantap makan malam yang sudah disiapkan oleh bibi yang memasak. Semenjak orang tua Nic mengetahui bahwa anaknya penyuka sesama jenis, orang tuanya melarang dia untuk tinggal sendiri lagi. Mereka takut tanpa sepengetahuan mereka, Nic membawa seorang pria pulang untuk diajak tidur bersama. Jadi mereka memaksa Nic untuk tinggal serumah agar Nic tetap dalam pengawasan mereka.

Sesampainya di kamar Nic membuka jas yang ia kenakan dan melonggarkan dasinya yang sudah menyesakkan, semenjak ia bertemu dengan Andrea, Nic merasa harinya menjadi sangat berat. Pikirannya tidak bisa lepas dari kata-kata yang dilontarkan Andrea pada malam itu, dimana Andrea dengan lantang menghinanya didepan ibunya dan membatalkan pernikahan secara sepihak.

Ancaman Fiona untuk membujuk Andrea kembali menyetujui pernikahan juga belum Nic lakukan, Nic sangat sibuk di kantor dan Andrea juga belum menghubunginya sama sekali padahal ia bilang akan memikirkan kembali. Hal ini membuat Nic menjadi tidak bisa fokus pada pekerjaannya di kantor, untung saja ada Veronica sekretarisnya yang bisa diandalkan.

Nic lalu memutuskan untuk mandi air dingin untuk menyegarkan pikirannya, ia berniat untuk tidur cepat agar bisa berkonsentrasi untuk bekerja besok. Setelah selesai mandi Nic keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe ditubuhnya, bagian lehernya basah karena air yang menetes dari rambut Nic yang belum sepenuhnya kering. Ia menggosok pelan kepalanya dengan handuk kecil seraya berjalan menuju ke arah nakas karena mendengar ponselnya bergetar.

Nic menggerutu saat ia melihat layar ponselnya menampilkan nomor tanpa nama, siapa yang berani menghubunginya malam-malam begini. Nic adalah orang yang tidak suka diganggu pada waktu ia sedang beristirahat, jadi ia selalu mengingatkan kepada kenalannya untuk tidak menghubunginya lebih dari jam 9 malam kecuali ada hal mendesak.

Karena itu Nic mengabaikan panggilan tersebut, tapi ponselnya tidak berhenti bergetar dan membuatnya terganggu. Nic pun memutuskan untuk mengangkatnya.

“Halo?!” kata Nic dengan rasa kesal.

“Selamat malam, apa benar ini dengan bapak Nicholas?”

Mendengar suara dari seberang sana terdengar formal dan serius, Nic langsung mengubah nada suaranya. “Iya saya sendiri, ini dari siapa?’

“Saya dari kepolisian ingin memberi tahu bahwa calon isteri anda sedang berada di kantor polisi dan dia meminta bapak untuk datang sekarang sebagai walinya”

Dahi Nic mengernyit, polisi, calon isteri? Ada apa tiba-tiba polisi menghubunginya sepertinya ia tidak membuat masalah apapun yang berkaitan dengan hukum, dan tidak ada juga yang tahu bahwa Nic akan menikah. Apakah ini penipuan atau semacamnya yang akhirnya hanya ingin memeras Nic dengan meminta uang sebagai tebusan. “Anda mau mencoba menipu saya? Saya tidak punya calon isteri, jangan main-main dengan saya!” ancam Nic dengan serius.

“Tapi wanita ini bilang, dia calon isteri anda.” kemudian samar-samar Nic mendengar polisi tersebut berbicara dengan seorang wanita. “Kau mau menipu polisi ya, dia bilang dia tidak punya calon isteri!”

‘Saya tidak bohong pak! Dia calon suami saya, sini biarkan saya berbicara dengannya.’

Kemudian telepon dialihkan.

“H-halo?”

Nic mengenal suara itu. “Andrea?”

“Nic, tolong! Aku membutuhkan bantuanmu sekarang juga, aku sedang berada di kantor polisi sekarang, kumohon datanglah dan jadi waliku!” pinta Andrea. Suaranya terdengar pelan dan juga ketakutan diseberang sana.

“Kau membuat masalah apa sampai berurusan dengan polisi, hah?” tanya Nic penasaran.

“A-aku dijebak, seseorang memberiku narkoba dan sekarang aku menjadi tersangka, kumohon bantu aku!” jawab Andrea pasrah.

Nic memijat pelipisnya, ia lelah karena baru saja pulang bekerja dan ingin beristirahat, tapi Andrea malah menghubunginya dan mengatakan bahwa ia sedang ditahan polisi karena narkoba. “Astaga, kau gila?! Dan kenapa juga kau malah menghubungiku kenapa tidak menghubungi orang tuamu?”

“A-aku tidak berani, mereka pasti akan marah besar.”

“Tentu saja, siapa yang tidak marah kalau anaknya ditahan polisi karena narkoba!”

“Karena itu tolong bantu aku, aku berjanji kalau kau membantuku sekarang aku mau menikah denganmu!”

“Cih, kau mengatakan itu karena sedang terdesak bukan? Bisa-bisanya membawa pernikahan disaat seperti ini.” Nic semakin kesal karena Andrea mengungkit hal itu.

“Aku mohon Nic, kalau bisa jangan katakan apapun pada orang tuaku!”

’Hei, apa yang kalian bicarakan? Lama sekali, cepat suruh orang itu kemari!’ ucap polisi diseberang sana pada Andrea.

“I-iya sebentar lagi.”

“Halo Nic, tolong bantu aku ya, aku akan menunggumu!”

‘Tuut… tuut’

Belum sempat Nic membalas perkataannya, Andrea sudah memutuskan sambungan telepon. Nic mengacak rambutnya pelan. Baru kemarin bertemu sudah berani merepotkannya, memangnya dia siapa menyuruh Nic. Lagipula Nic juga tidak peduli mau dia ditangkap polisi atau ditahan itu bukan urusannya, ia sangat lelah dan hanya ingin beristirahat sekarang.

Nic lalu melempar handuk kecil yang berada dikepalanya ke arah sofa, ia mengganti bathrobe yang ia pakai menjadi piyama satin hitam miliknya. Kemudian Nic merebahkan tubuhnya dikasur, ia menatap langit-langit kamarnya sebelum memejamkan mata dan mencoba untuk tidur. Tapi suara Andrea yang ketakutan tadi masih terngiang ditelinganya, Nic pun bergerak untuk mencari posisi yang nyaman agar bisa tidur. Setelah mencoba beberapa kali mata Nic tetap menyalang lebar, ia tidak bisa tidur. Pikirannya terus tertuju kepada Andrea yang berkata akan menunggunya.

‘Sialan’ Nic terduduk dikasurnya dan berdecak kesal, ia lalu turun dari tempat tidur dan mengganti pakaiannya dengan cepat. Terpaksa akhirnya Nic memutuskan untuk mendatangi Andrea di kantor polisi dan menjadi wali gadis itu.

***

1 jam yang lalu.

Andrea dan Michael berhenti berlari saat suara mendengar suara tembakan, mereka refleks merunduk dan menegok ke belakang untuk melihat apa yang terjadi. Setelah mendengar instruksi dari salah satu polisi, Andrea dan Michael akhirnya diam ditempat karena tidak mau urusan ini semakin panjang jika mereka tetap berusaha kabur.

Tangan Andrea dan Michael saling bertautan, Michael melirik tangannya yang digenggam erat gadis itu lalu beralih melihat wajahnya. Andrea menundukkan wajahnya tapi Michael bisa melihat bahwa rasa takut terpancar dari tubuh gadis itu, tangan Andrea yang berada digenggamannya juga terasa dingin.

Andrea mendongakkan kepalanya lalu menatap ke arah Michael, wajahnya memucat, badannya gemetar karena rasa takutnya semakin menguasai tubuhnya. Ia lalu berkata kepada Michael, “Bagaimana ini, a-aku tidak mengira kalau ada polisi.”

“Andrea.” Suara lembut milik Michael berusaha untuk menenangkan Andrea.

Tiba-tiba saja minuman yang diberi oleh Annie tadi terlintas dipikirannya. “Minuman itu, bagaimana kalau Annie memberikan sesuatu diminuman itu.” Wajah Andrea semakin panik saat mengingat bahwa minuman yang diberi Annie sudah tidak tersegel. “Aku takut Michael.” Lirih Andrea. Keluarganya saat ini sedang ada masalah, kalau ditambah mereka tahu Andrea berurusan dengan polisi. Andrea tidak tahu bagaimana nasibnya nanti ditangan kedua orang tuanya. Ia benar-benar ketakutan sekarang, Andrea juga tidak pernah berurusan dengan polisi sebelumnya.

Michael merengkuh tubuh Andrea, membiarkan Andrea menenangkan diri didalam pelukannya. Sesekali tangan kanannya mengelus pundak gadis itu seolah memberi tahu bahwa Andrea tidak sendiri, sebelah tangan Michael mengepal menahan amarahnya. Seharusnya tadi Michael tidak membiarkan Andrea mengambil minuman tersebut, bagaimana kalau perkataan Andrea tadi ada benarnya. Bagaimana pun kalau diteliti minuman itu tampak mencurigakan, ia tidak bisa terima kalau sampai Andrea kenapa-kenapa hanya karena minuman sialan yang diberikan Annie tadi.

“Permisi.” Seorang polisi menghampiri mereka berdua,  Andrea dan Michael langsung kembali pada posisi semula dan berbicara pada polisi tersebut. Tangan Andrea tetap menggenggam erat tangan Michael memastikan pria itu untuk tetap berada disisinya.

“Ini ada apa ya Pak? Kenapa tiba-tiba ada polisi seperti ini?” tanya Michael bingung.

“Begini kami mendapat info bahwa bandar dan pemakai aktif narkoba sedang berada berkumpul ditempat ini, kami sudah menangkap penyebar narkoba tersebut di sana.” Polisi tersebut menunjuk ke arah dimana beberapa orang yang diborgol dipaksa masuk kedalam mobil polisi.

Mata Michael membelak saat melihat ke arah yang ditunjuk oleh polisi. ‘Tunggu, itu bukannya pria yang bersama Annie tadi?’

 Andrea yang melihat itu langsung menatap Michael. “Michael,” panggil Andrea tidak percaya.

Michael membalas tatapan Andrea, ia mengerti apa yang Andrea khawatirkan sekarang.

“Maka dari itu kami memutuskan untuk membawa sisa orang disini ke kantor polisi, dan memastikan kalian tidak ikut terjerat dalam jual-beli narkoba. Jadi saya mohon kerja samanya,” ucap polisi tersebut lalu mengarahkan Andrea dan Michael untuk mengikutinya.

Mereka berdua menurut dan mengikuti polisi itu, lalu mereka pergi kantor polisi menggunakan mobil yang dibawa Andrea dan diikuti oleh mobil polisi dibelakangnya. Di dalam mobil mereka sama-sama terdiam, Michael yang menyetir sesekali melirik ke arah Andrea yang sedang melamun menatap jalanan diluar. Meski Michael sudah pernah berurusan dengan polisi beberapa kali, baru kali ini ia merasa takut. Ia takut apa yang ia pikirkan sekarang terjadi kepada Andrea di kantor polisi nanti.

*

Sesampainya Nic di kantor polisi, ia segera turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam dan mencari Andrea. Entah kenapa setelah berada disini Nic merasa khawatir kepada Andrea, mungkin karena ia jarang datang ke tempat ini jadi Nic merasakan hawa yang berbeda.

“Pak Nic? Sedang apa bapak berada sini?” tanya salah satu staff di kantor polisi saat melihat Nic sedang kebingungan mencari Andrea.

Karena keluarga Horison adalah keluarga terpandang, sudah pasti banyak orang khususnya yang berkeja di pelayanan masyarakat mengenal mereka. Tak terkecuali Nic dengan rumor gaynya yang semakin membuat orang-orang mengenal dirinya.

Nic terkejut saat ada orang yang menghampirinya, ia sempat bingung ingin menjawab apa. Tapi akhirnya Nic memutuskan untuk jujur. “Saya mencari calon isteri saya, dimana dia?”

Orang tersebut berdenyit bingung mendengar Nic mencari calon isterinya, ia sempat mendengar berita kalau anak kedua dari keluarga Horison itu gay. Tapi kenapa sekarang ia menyebut calon isteri? “Maaf saya tidak tahu, kalau boleh tahu siapa nama calon isteri anda biar saya carikan.”

“Andrea, katanya dia dijebak oleh seseorang dan sekarang sedang ditangkap karena narkoba,” jawab Nic memberi tahu, sedetik kemudian dirinya menyesal telah menyebut Andrea sebagai calon isterinya. Kalau begini orang-orang akan mengira calon isterinya bermasalah, dan bukannya mmembersihkan namanya ia malah semakin membuat namanya jelek di depan orang-orang.

“Oh benar, polisi tadi menangkap bandar narkoba di area xxx yang kebetulan sedang ada perkumpulan disana. Dan beberapa orang disana dibawa kesini untuk diperiksa, anda bisa langsung ke divisi yang berurusan dengan narkotika diujung sana,” kata orang itu menjelaskan lalu memberi tahu tempat dimana Andrea berada.

Tanpa berbasa-basi lagi Nic segera berlari kecil ke arah yang diberi tahu oleh orang tadi, di ruangan itu Nic dapat melihat beberapa orang seumuran Andrea sedang diintrogasi oleh polisi dan sisanya lagi sedang duduk menunggu giliran. Nic melihat Andrea sedang duduk di depan meja sedang berbicara dengan seorang polisi.

Begitu Nic masuk, orang-orang langsung melihat ke arahnya dan bertanya-tanya apa yang dilakukan orang seperti Nic di tempat ini. Nic lalu berjalan menghampiri Andrea dan menepuk pundaknya.

“Andrea.”

Andrea langsung menoleh saat mendengar suara Nic. “Nic, syukurlah kau datang. Aku benar-benar takut kalau kau tidak mau datang membantuku,” ucap Andrea lirih. Nic bisa melihat wajah sembab dan ekspresi lega yang dipancarkan gadis itu.

“Andrea, jelaskan padaku sekarang kenapa kau bisa terlibat dengan ini semua!” kata Nic dengan emosi yang tertahan dan tidak sabar.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status