Share

Bab 62

Penulis: Flower Lidia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-25 23:44:51

“Kejar mereka! Jangan sampai lolos!”

“Tutup semua akses keluar!”

Ziva menarik napas cepat, merasakan keringat dingin menetes di pelipisnya. Bianca ada di belakangnya, wajah pucat tapi matanya tajam penuh adrenalin.

“Kita ke kiri atau kanan?!” tanya Bianca panik.

“Ke kiri! Lebih banyak lorong kecil!” jawab Ziva cepat.

Mereka berbelok tajam, hampir terpeleset, tapi berhasil menyeimbangkan diri. Suara langkah para bodyguard semakin dekat.

Tiba-tiba—dor! suara tembakan peringatan meledak, pelurunya menghantam dinding dekat kepala Ziva.

“Berhenti! Atau kami tembak!”

Bianca menjerit pelan, lalu mendorong Ziva. “Lari! Jangan berhenti!”

Ziva menoleh sekilas, melihat salah satu bodyguard mengangkat pistolnya lagi. Dengan cepat ia meraih tabung pemadam kebakaran di dinding, menarik pin, lalu menyemprotkannya tepat ke arah mereka. Asap putih tebal memenuhi lorong, membuat para penjaga batuk dan kehilangan pandangan.

“Bagus, cepat sini!” Bianca menariknya ke lorong sempit.

Mereka merunduk, berlar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 67

    Ziva menggenggam erat tangannya, menatap Reza dengan tekad bulat. “Kalau kita keluar tanpa kotak ini, semua yang kita lakukan percuma. Rahasia yang mereka sembunyikan akan tetap jadi misteri. Aku… harus mengambilnya, Reza.” Suara langkah kaki para bodyguard mulai terdengar mendekat lagi dari lorong belakang. Alarm masih meraung. Linda menatap tajam ke arah Ziva, wajahnya tegang. “Cepat putuskan! Ambil kotaknya atau tinggalkan! Kalau terlalu lama, mereka akan mengepung kita di sini!” Reza menghampirinya cepat, menahan kedua bahunya. Suaranya meledak penuh amarah sekaligus ketakutan. “Ziva! Kotak itu tidak penting! Yang penting kita keluar dengan selamat!” Air mata menetes dari sudut mata Ziva. Dia menggeleng keras. “Tidak, Reza… kau tidak mengerti.” Reza menatapnya tajam, seolah ingin mengguncang kesadarannya. “Apa yang tidak kumengerti? Kita akan mati kalau kau masih keras kepala!” Ziva menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya dengan sorot mata penuh luka. Suaranya pecah, ta

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 66

    Tanpa pikir panjang, Reza melesat lari. Nafasnya terengah, tapi setiap tikungan yang dilewatinya membuat tubuhnya semakin panas oleh adrenalin. Peluru sempat berdesing di dekat telinganya, mengenai dinding dan memercikkan serpihan beton.Tidak boleh tertangkap. Aku harus menemukan Ziva sekarang juga.Ia melompati pagar besi kecil, lalu bersembunyi sebentar di balik lemari tua saat dua penjaga berlari melewatinya. Dari balik celah, ia melihat peta kecil di dinding—denah rumah itu. Matanya cepat menelusuri arah.“Ruang bawah tanah…” gumamnya. “Dia pasti di sana.”Tanpa ragu, ia kembali berlari menuruni tangga sempit. Suara sirene dan langkah kaki terus mengejarnya dari belakang.Sementara itu, di ruang bawah tanah, Ziva menegang ketika mendengar alarm. Bianca memandangnya panik. “Mereka tahu ada penyusup! Kalau yang datang itu orang Alisya, kita tamat!”Ziva menggigit bibir, pikirannya penuh tanda tanya. Siapa yang cukup nekat menyusup ke sini?Pintu besi tiba-tiba bergetar keras, seper

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 65

    Reza berjongkok di balik pagar besi yang ditumbuhi tanaman merambat. Nafasnya teratur, tapi sorot matanya liar, penuh kewaspadaan. Di sampingnya, Linda mengeluarkan secarik kertas lusuh—peta keamanan mansion yang ia salin diam-diam.“Dua penjaga di gerbang utama. Empat lagi patroli di halaman. Plus kamera yang berputar tiap tiga puluh detik,” Linda berbisik, suaranya bergetar karena tegang.Reza hanya mengangguk singkat. “Kau yakin jalan pintu servis aman?”“Sejauh ini, iya.” Linda menatap Reza, lalu menunduk. “Tapi… kalau kita ketahuan, kita tidak punya jalan keluar lain.”Reza menoleh, menatapnya dalam-dalam. “Kau bisa mundur sekarang, Linda. Aku bisa melakukannya sendiri.”Linda menggeleng cepat. “Tidak. Aku sudah terlalu lama melihat Alisya menyiksa orang-orang tanpa bisa berbuat apa-apa. Kalau sekarang aku bisa menebusnya, aku akan lakukan.”Seketika, Reza menaruh tangannya di bahu Linda. “Kalau begitu, kita masuk bersama. Tapi janji—kalau ada bahaya besar, kau lari duluan.”Lind

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 64

    Pintu terbuka dengan keras. Suara hak tinggi beradu dengan lantai, ritmenya perlahan tapi mengintimidasi. Alisya masuk—anggun sekaligus berbahaya, seperti ular yang meluncur ke sarang mangsa. Dua bodyguard raksasa mengikuti di belakang, membawa sebuah koper hitam.Ziva menegakkan kepala, menatap lurus. Bianca di sampingnya gemetar, tapi genggamannya pada sandaran kursi menunjukkan tekad untuk tidak menyerah.Alisya tersenyum tipis. “Ah, akhirnya aku bisa bertemu dengan kalian lagi… tanpa perantara.” Ia bertepuk tangan pelan, lalu memberi isyarat.Salah satu bodyguard membuka koper, memperlihatkan isi yang membuat Bianca membelalak ketakutan: berbagai alat tajam berkilau—pisau, tang, bahkan kabel listrik.“Mainan kecilku,” ucap Alisya dingin. “Kalian tahu kan? Aku benci orang yang sok pintar dan mencoba melawan. Dan kebetulan… kalian berdua masuk daftar itu.”Ziva menahan napas, matanya tetap menusuk. “Kalau kau pikir aku akan takut dengan semua ini, kau salah besar.”Alisya mendekat,

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 63

    Dua bodyguard mendekati Bianca, menarik rambutnya kasar hingga kepalanya terangkat. Bianca berteriak, meronta, tapi ikatan di kursinya terlalu kuat.“Tidak! Lepaskan dia!” Ziva berteriak, suaranya pecah.Pria itu menunduk, wajahnya hampir menempel di Ziva. “Katakan yang aku ingin tahu… atau aku biarkan mereka menghancurkan sahabatmu di depan matamu. Aku yakin, dokter sepertimu tahu betul berapa lama seseorang bisa bertahan sebelum tubuhnya menyerah.”Ziva terdiam, dadanya naik turun cepat.“Jangan, Ziva!” Bianca memaksa bersuara di tengah tangisnya. “Jangan bilang apa pun! Biarkan mereka sakiti aku, asal kau tetap diam!”Pria itu tertawa rendah, lalu memberi isyarat. Bodyguard meninju perut Bianca keras-keras. Bianca terbatuk, darah mengalir dari bibirnya.Ziva berteriak histeris, berusaha melepaskan ikatan. “Berhenti! Aku bilang berhenti!”“Lalu bicaralah!” pria itu menekan cambuk di wajahnya. “Aku bisa buat penderitaan kalian berakhir, cukup dengan satu jawaban!”Ziva menunduk, napa

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 62

    “Kejar mereka! Jangan sampai lolos!”“Tutup semua akses keluar!”Ziva menarik napas cepat, merasakan keringat dingin menetes di pelipisnya. Bianca ada di belakangnya, wajah pucat tapi matanya tajam penuh adrenalin.“Kita ke kiri atau kanan?!” tanya Bianca panik.“Ke kiri! Lebih banyak lorong kecil!” jawab Ziva cepat.Mereka berbelok tajam, hampir terpeleset, tapi berhasil menyeimbangkan diri. Suara langkah para bodyguard semakin dekat.Tiba-tiba—dor! suara tembakan peringatan meledak, pelurunya menghantam dinding dekat kepala Ziva.“Berhenti! Atau kami tembak!”Bianca menjerit pelan, lalu mendorong Ziva. “Lari! Jangan berhenti!”Ziva menoleh sekilas, melihat salah satu bodyguard mengangkat pistolnya lagi. Dengan cepat ia meraih tabung pemadam kebakaran di dinding, menarik pin, lalu menyemprotkannya tepat ke arah mereka. Asap putih tebal memenuhi lorong, membuat para penjaga batuk dan kehilangan pandangan.“Bagus, cepat sini!” Bianca menariknya ke lorong sempit.Mereka merunduk, berlar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status