Jemima tampak sedang menunggu jawaban dari Julian dengan tatapan penuh harap.“Mau ya, ikut ke tempat kerjaku?” pinta wanita itu terlihat merajuk.“Apa ada lowongan kerja untukku?” tanya Julian ragu-ragu.“Hump!”Julian menatap curiga.“Ayolah, sungguh, tapi….” Balas Jemima tampak sulit menjelaskannya karena sudah pasti pria itu akan menolaknya.“Tapi? tapi apa?”“ADA SESEORANG YANG MENYUKAIMU, TAMPAKNYA DIA NAKSIR KAMU.” Jawab Jemima sambil menutupi wajahnya setelah selesai bicara dengan cepat, dia sungguh sangat malu.(...)Mata Julian sampai melebar, wanita gila? apa dia mau menjualku? batinnya bertanya.(...)“Baiklah, siapa?” tanya Julian setelah hening beberapa lam dan Jemima sudah kembali mengangkat wajah juga menatapnya.“Victor.”“Hah!”“Apa Kau mengenalnya?” tanya Jemima.Julian buru-buru menggeleng.“Terus kenapa terkejut begitu?” tanya Jemima lagi.“Ah, aku kira nama itu nama seorang pria, bagaimana aku tidak terkejut? haruskah aku bersikap biasa saja?” balas Julian.“Halo
Jemima berekspresi keheranan, tak percaya dengan apa yang didengarnya.“Maaf, Kamu semakin repot.” Kata Julian.“Tidak sama sekali.” Balas Jemima bahkan tak terlihat keberatan.“Ya sudah nanti aku beli, aku keluar sebentar.” Sambungnya sambil bersiap-siap.Julian bingung karena tadinya dia berpikir bahwa mereka sudah menyetujui ide gila tersebut, menyepakatinya bersekongkol, maka semuanya selesai, jadi Jemima tak perlu keluar malam-malam begini lagi.“Sudah malam Jemima, kita makan yang ada di ruangan sempit ini saja.”“Ah, maksudku rumah indah ini.” Ralat Julian setelah tak sengaja keceplosan.“Tidak, aku keluar bukan hanya untuk membeli makan__”“Lalu?” potong Julian.“Cari baju untuk Kamu besok.” Balas Jemima tersipu.Julian mangap, akhirnya dia paham.“Besok saja kita lakukan.” Pintanya.“Aku yakin Victor akan men
“Hah! a-a-apa? Kau berani menyebut pemimpinku dengan mulut kotormu itu?!” “Tentu saja? masalah?” tantang Julian. Emosi Diego benar-benar memuncak, pria itu membuka kunci mobilnya dan berniat segera keluar untuk menghajar Julian. Julian segera mundur beberapa langkah, kali ini dan mumpung tidak ada Jemima, dia akan memberikan pelajaran pada Diego yang bermulut kasar juga pedas ini. “Kubunuh Kau, gembel!” seru Diego sambil menerjangkan kaki panjangnya, maksud hati ingin menendang malah dia yang langsung kesakitan karena dengan secepat kilat, Julian menendang area kemaluannya. “Akh, akh!” teriak Diego seakan tercekak karena kesakitan yang teramat mantap di area biji kesayangannya itu. Diego tampak berjalan kesana kemari sambil memegangi area pribadinya tersebut. “SIAL! SIAL! SIAL!” umpat Diego dengan gerakan tubuh menahan sakit. “Awas, Kau gelandangan. Tunggu saja, aku akan membalasmu!” lanjutnya mengancam. Julian membalas dengan mengangguk sambil tersenyum mengejek s
“Cukup Diego, makin kesini Kau makin ngelantur. Apa perlu aku suruh Victor menendang Mu dari Hotel itu?” tanya Julian. “Hah! Kau mengancamku? apa Kau memiliki kemampuan itu?” Julian mengangguk. “Hah! memangnya siapa Kau, gembel?!” “Aku? kalau... kukatakan Dante Vascos, apa Kau percaya?” Diego sempat terdiam sejenak, tapi tak menunggu lama pria itu kembali tertawa. “Hahaha….” “Kau? Dante Vascos?” “Hey gembel! apa kurasa Kau semakin sakit?” “Selain gembel, Kau juga mungkin saja orang gila. Apa Kau punya uang untuk berobat?” “Haha… dasar sinting!” Diego terus saja mengejek Julian dengan berbagai macam kutukan, dia benar-benar tak habis pikir dengan pria paling dibencinya ini, bagaimana mungkin dia mengaku sebagai Dante Vascos? idolanya selama ini. “S
Mendengar perkataan dari Julian yang tampak lebih berani dari Victor, Diego yang dari tadi menjadi orang yang menyimak pertemuan akrab dua pria tersebut semakin penasaran.“Iya Tuan, pecatlah aku. Asal Kau kembali ke tempatmu,” terdengar Victor membalas dengan santai.“Haha… sialan Kau! masih tetap tak berubah.” Puji Julian sambil menepuk-nepuk pundak Victor.“Terimakasih, Kawan.” Lanjutnya, tampak sangat bersyukur.“Ah, terimakasih untuk apa?” tanya Victor.“Karena sebagai manusia, Kau dapat kupercaya.” Jawab Julian.Victor menghela napas dalam-dalam, “Kau terlalu baik, tak pantas dikhianati.” Katanya sambil senyum.“Ayo sebaiknya kita segera masuk.”“Aku mulai kedinginan.”Julian mengangguk.“Tuan Victor, tunggu! siapa dia sebenarnya?” tanya Diego.Victor dan Diego segera menghentikan langkahnya, Victor berbalik dan mendekat ke arah Diego.“Ah, hampir saja aku melupakan pecundang yang satu ini.” Ucap Victor.“Bangun Kau!” lanjutnya berseru.Diego segera bangun dengan terhuyung-huyun
“Benarkan… Kau gembel yang kemarin diusir itu, ayo ngaku?” tanya penjaga pintu itu lagi sambil menghadang jalan Julian hingga pria itu sedikit mundur beberapa langkah.Penjaga tersebut memandangi Julian dari atas hingga bawah dengan tangan memegang dagunya, bersikap seakan dia adalah seorang penilai fashion.“Wah, apa yang berubah?” tanyanya bicara sendirian, lalu berjalan mengelilingi Julian sambil tampak sedang memikirkan sesuatu.“Oh ya! hari ini gembel itu datang dengan setelan jas.” Lanjutnya mengejek, tampak senang karena berhasil menebaknya.Julian mendengus, menahan tawa karena tingkah konyol si penjaga pintu yang arogan itu.“Untuk apa gembel yang ganti baju ini datang lagi ke Hotel bintang lima begini?” tanya penjaga pintu tersebut.Julian menghela napas dalam-dalam, sebenarnya dia berharap bisa langsung masuk kedalam tanpa ada kendala seperti ini, namun sepertinya masuk ke Hotel ini tidakl
Hans menghela napas putus asa karena bingung dengan perubahan sikap atasannya tersebut, bukankah baru saja kemarin dia juga ikut-ikutan membully pria gembel itu?“Lihatlah dia__”Ucapan Hans terpotong oleh tatapan tajam Diego, kedua matanya bahkan seperti mau keluar dari cangkangnya. Namun, Hans tak mau tinggal diam karena dia yakin kalau atasannya itu sedang linglung.“Di-di-dia ini gembel yang kemarin Tuan marah__”“SIAL! BISA DIAM? DASAR PENJAGA PINTU SIALAN!” potong Diego lagi, suaranya kini terdengar menggelegar hingga mental Hans seketika ciut.Hans langsung terdiam tak berkutik, hanya saja hatinya tak menerima begitu saja kekalahan tersebut. Pria itu menatap jijik juga dendam ke arah Julian yang cuek saja seakan tak peduli keberadaannya, Hans sampai-sampai ingin sekali mencincang Julian jika saja tak ada Diego disana. Hans tak habis pikir dengan keangkuhan pria gembel itu juga sikap drastis Diego padanya.
David dan Hans mangap bersamaan, sementara Diego yang paham dengan reaksi itupun hanya mengangguk-anggukan kepalanya apalagi sudah berkali-kali dia juga memperingatkan Hans.“Dia pewaris tunggal kerajaan Vascos,” katanya lagi.“Orang terkaya di negara kita.” Sambungnya sekali lagi sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam Hotel.Sementara itu David, terutama Hans tampak sangat terpukul hingga tubuhnya lemas tak berdaya.“Siapa yang mengira kalau dia… dia, dia ___” Hans sampai tak bisa melanjutkan kalimatnya karena tak percaya.“Habislah aku, David.” Lanjutnya merengek tapi percuma saja karena semuanya sudah terlambat.Sementara itu, kini Julian sudah berada di dalam ruangan kerja miliknya sekaligus tempat yang sesekali dia datangi kalau mengecek keadaan Hotel tersebut. Tempat pribadi yang biasa Julian gunakan berada di lantai 8 yang disebut sky villa, ruangan itu memiliki luas lebih dari 800 meter pers