Share

3.ikut pengajian

last update Last Updated: 2023-05-31 10:40:48

Adzan maghrib pun berkumandang, segara aku dan Mas Ferdi mengambil wudhu dan menjalan kan sholat maghrib berjamaah.

Baru setelahnya aku menyiapkan makan malam untuk kita berdua. Hari ini sengaja aku memasak kan makanan kesukaan Mas Ferdi ikan mujair yang digoreng hingga kering dan sambal terasi favoritnya. Ditambah dengan lalapan gubis, timun, terong dan juga daun kemangi.

"Waduh makan malam nya istimewa sekali Ma."

"Jelas dong Pa. Makan yang banyak ya Pa, biar Mama makin semangat lagi masakin Papa."

"Makasih ya sayang. Papa beruntung sekali memiliki istri kayak Mama. Mandiri, cantik, baik dan pastinya pinter ngelayanin Papa baik dirumah maupun diranjang."

"Iiih apa an sih Pa, bisa banget ngegombalnya. Awas aja kalau Papa berani selingkuh." Ku cubit pelan perut Mas Ferdi saking gemasnya.

"Gak mungkin juga lah Papa nyia-nyia in istri se sempurna Mama." Ucapnya sambil memeluk ku dari belakang.

Dan dia pun membalas dengan mengecup mesra keningku.

"Yuk Pa, makan dulu. Sini biar Mama yang ambilin."

Kita berdua pun makan dengan lahapnya. Setelah selesai, aku dan Mas Ferdi kembali menjalankan sholat isya' dan bersiap-siap menuju masjid untuk ikut acara pengajian.

*****

"Ma, sudah siap belum?" Tanya Mas Ferdi saat membuka pintu kamar

"Belum Pa, bentar lagi."

"Gak usah cantik-cantik Ma. Nanti malah banyak yang kepincut sama Mama."

"Apa an sih Pa, Mama tuh gak mau dihina kayak pembantu lagi. Percuma dong selama ini Mama perawatan mahal-mahal kalau ujungnya dimiripin sama Bik Asih." Dengusku jengkel

"Hahahah yasudah terserah Mama aja. Kalau gitu Papa tunggu didepan ya. Sekalian mau manasi motor." 

Kemudian Mas Ferdi pun berlalu.

Setelah memoles  sedikit wajahku dengan make up natural yang membikin wajahku yang awalnya sudah cantik, makin menjadi cantik. Kini ku kenakan gamis yang memang dulu sengaja aku beli didubai saat mengikuti perjalanan dinas Mas Ferdi disana.

Gamis berwarna hitam dengan aksen mutiara didada membuat ku begitu elegan. Dan ku padukan dengan kerudung instan berwarna cream. Sesuai warna pernik-pernik yang menghiasi bajuku.

Tak lupa juga ku bawa tas jinjing merk terkenal berwana senada dengan bajuku untuk tempat dompet dan hp ku.

Kemudian, akupun berjalan menemui Mas Ferdi yang sudah dari tadi menunggu ku.

"Mas, yuuuk..." 

"Masyaallah, cantik sekali bidadariku malam ini."

Memang, begitulah sifat Mas Ferdi. Sangat suka memuji istrinya. Walau kadang menurutku sedikit lebay, hihihi.

"Mau gimana lagi Mas, takut dihina lagi. Uda yuuk berangkat nanti telat."

Akupun menaiki sepeda motor dan Mas Ferdi melajukanya menuju masjid. Syukurlah acara masih belum dimulai. Bahkan banyak kulihat jamaah ibu-ibu dan para pemuda yang baru berjalan memasuki pekarangan masjid.

Aku pun berpisah dengan Mas Ferdi dan berjalan masuk menuju tempat janaah perempuan.

 

Sialnya belum sempat aku masuk kedalam, aku bertemu dengan si mulut lemes bin julid. Siapa lagi kalau bukan Bu Sri.

"Eeh Bu Dina, ya gitu dong sebagai warga baru harus sering-sering ikutan acara kumpul-kumpul waraga kayak gini, biar saling kenal." Ucapnya sambil meaminkan tanganya yang penuh dengan emas.

Aku melihatnya saja sampai risih, bukan malah kagum. Tapi setelah melihat Ibu-ibu yang lainya juga nampak menggunakan semua perhiasanya. Bahkan sampai menggunakan kalung yang menjutai hingga dada.

Entahlah, mungkin dipikiran mereka, setiap ada acara kumpul-kunpul begini, menjadi salah satu ajang pamer juga buat mereka.

"Bajunya bagus banget Bu? Beli dimana? Cocok banget dipakai sama Bu Dina yang cantik dan putih." Puji Ibu-ibu berkerudung hitam itu padaku 

Aku pun hanya tersenyum menjawab pertaanya, tak mungkin juga aku berkata jujur padanya kalau aku membelinya didubai.

"Pasti harganya mahal ya Bu? Dilihat dari jenis kainya aja uda kekihatan loh!" Puji ibu satunya lagi.

"Halah, dipasar juga banyak model kayak gitu. Harganya pun juga murah, gak sampek 200ribu juga. Ya kan Bu Dina?"

Aku yang mendengarkan ucapan Bu Sri pun hanya bisa tersenyum kecut.

"Gak mungkin murah Bu, itu bajunya persis kayak yang dibutik-buti, yang harganya bisa sampai jutaan. Bukan kayak yang dipasar. Lagian itu ya ampun tasnya juga harganya puluhan juta." 

Bela Ibu berkerudung hitam yang nampaknya sedikit melek tentang merk dan fasion.

Ya jelas lah semua barang yang melekat padaku pasti harga nya mahal dan bermerk. Secara, sekelas Direktur masak iya pakai barang murahan, apalagi sampai barang KW.

"Kamu itu tau apa sih jeng, soal merk?" Ucap Bu Sri sinis.

Nampaknya dia tak suka kalau ada seseorang yang membelaku.

"Lagian mana mungkin juga Bu Dina mampu beli baju apalagi tas branded yang harganya sampai puluhan juta."

"Wong perhiasan aja dia cuman punyak cincin.  Mana kecil lagi." Timpalnya kembali

Aku yang mendengar ucapan Bu Sri jadi sedikit terpancing untuk membalas ucapanya.

"Maaf ya Bu, saya bukan tipe orang penyuka barang kw mirip tas Bu Sri, apalagi beli baju dipasar. Bikin kulit mulus ku alergi aja."

"Anda bilang cincin kecil, maaf banget nih. Meskipun kecil ini tuh berlian, kalaupun dibelikan emas model milik Bu Sri yang murah, bisa dapat 10 bahkan 20 model begitu. Jadi kalau bicara, tolong dipikir terlebih dahulu." Ucapku padanya 

Dan langsung berlalu meninggalkan Ibu-ibu julid bin ajaib itu. Tampak sepertinya Bu Sri marah mendengar ucapanku

"Halah, orang miskin aja belagak kaya. Dia gak tau siapa aku." Ucapnya jumawa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   63. ending

    Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   62. pindahan

    "uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   61. kena razia di hotel

    Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   60. bahan gosipan

    Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   59. keputusan

    Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   58. akibat kedatangan Bu Sri ke rumah

    Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status