Share

Part 2. Kepo

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2025-07-01 15:07:08

Part 2

Setelah Indah menyerahkan kartu debitnya, suasana di meja makan mendadak sunyi. Mata mereka membelalak, saling pandang dengan ekspresi terkejut.

"Hah? Kamu yang bayar?" Rinta akhirnya bersuara, suaranya terdengar tidak percaya.

Indah hanya tersenyum tipis. "Kenapa? Takut aku nggak sanggup?"

Ayu yang tadinya terlihat paling angkuh kini memasang wajah bingung. "Kamu… serius, Ndah?"

Pelayan sudah membawa mesin EDC dan dengan tenang, Indah memasukkan PIN. Beberapa detik kemudian, transaksi berhasil.

"Pembayaran sukses, Kak," ujar pelayan sambil menyerahkan struk.

Indah menerima struk itu tanpa ekspresi berlebihan. Sementara itu, Rina, Fina, dan yang lain tampak gelisah. Seolah-olah kenyataan bahwa Indah bisa membayar seluruh tagihan mereka adalah pukulan telak.

"Tunggu, dari mana kamu punya uang sebanyak itu?" tanya Fina, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.

Indah menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Kalian terlalu sibuk menilai seseorang dari penampilan luar," ucapnya pelan, namun penuh tekanan. "Sampai lupa bahwa tidak semua orang butuh barang mahal untuk menunjukkan keberhasilannya."

Farah tersenyum bangga mendengar jawaban Indah. Sementara yang lain masih terpaku.

Suasana jadi sedikit canggung. Namun, dengan cepat Rinta mencoba mencairkan suasana.

Rinta tertawa kecil, berusaha menutupi keterkejutannya. "Ya ampun, Ndah, jangan serius banget. Kita kan cuma kaget aja. Nggak nyangka aja, dulu kamu yang paling sederhana di sekolah, sekarang bisa traktir kita semua."

Fina ikut tersenyum tipis, meski tatapannya masih menyelidik. "Iya, iya. Tapi beneran deh, kamu kerja di mana sekarang? Kok bisa santai banget bayarin makan di sini?"

Indah menatap mereka dengan ekspresi tenang. "Aku kerja seperti biasa. Nggak ada yang spesial."

Ayu bersedekap, lalu menyipitkan mata. "Jangan-jangan kamu nikah sama orang kaya, ya? Makanya duitnya banyak?"

"Lho, tapi kan tadi Indah bilang belum nikah!"

Indah tertawa kecil. "Memangnya kenapa? Apa itu satu-satunya cara supaya seseorang bisa sukses menurut kalian?"

Mereka saling pandang, tak bisa langsung menjawab. Tapi sebelum suasana semakin canggung, Rina tiba-tiba bertepuk tangan.

"Udahlah, yang penting kita senang-senang aja malam ini! Indah ternyata baik banget, udah lama nggak ketemu, malah ditraktir. Kita harus balas budi dong!"

Ayu cepat mengangguk.

"Eh, daripada kita bahas yang nggak penting, gimana kalau kita bikin arisan?" ujarnya ceria, seolah-olah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

"Ide bagus!" sahut Fina. "Kita kan udah jarang ketemu, jadi sekalian aja ada acara rutin biar tetap kumpul."

Ayu ikut menimpali. "Tapi arisannya jangan yang kecil-kecilan, ya. Minimal 10 atau 15 juta per bulan, biar sekalian seru!"

Mereka semua tampak antusias. Hanya Indah yang tersenyum tipis, tak terlalu tertarik. Namun, karena tidak ingin merusak suasana, ia tetap mengangguk.

"Kamu gimana, Ndah?" tanya Rinta.

"Ya, boleh juga," jawabnya singkat. "Aku izin ke toilet sebentar ya!"

"Iya, Ndah, jangan lama-lama ya!" seru Fina.

"Aku ikut, Ndah!" ucap Farah, berjalan di belakang Indah

Begitu mereka masuk ke toilet, Indah merapikan hijabnya di depan cermin, sementara Farah menyandarkan tubuhnya ke wastafel, menatapnya penuh arti.

"Kamu serius mau ikut arisan?" tanya Farah pelan, suaranya terdengar hati-hati.

Indah menoleh sekilas, tersenyum kecil. "Kenapa, Far?"

Farah menarik napas dalam. "Aku cuma … nggak nyangka aja. Aku tahu kamu lebih dari mereka. Dulu kita sama-sama susah, Ndah. Kamu kerja keras, bantu ibumu jualan gorengan di sekolah, bahkan pernah hampir nggak bisa bayar uang sekolah. Sekarang tiba-tiba kamu bisa bayar makan sebanyak itu, mau ikut arisan dengan nominal segitu juga?"

Indah menatap sahabatnya itu, lalu kembali menatap bayangannya di cermin. "Far, orang bisa berubah. Situasi juga berubah."

Farah mengernyit. "Aku tahu. Dan aku yakin kamu bisa sukses. Tapi bukan berarti kamu harus membuktikan sesuatu ke mereka. Kamu nggak perlu ikut permainan mereka, Ndah."

Indah menghela napas, menoleh ke Farah dengan senyum tenang. "Aku tahu apa yang aku lakukan."

Farah masih menatapnya ragu. "Jangan sampai kamu terluka lagi, Ndah. Aku nggak mau kamu berusaha keras cuma demi diakui orang-orang yang dulu meremehkanmu."

Indah menepuk bahu Farah pelan. "Tenang aja, Far. Aku udah bukan Indah yang dulu."

Farah mengangguk, meski hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Ia tahu Indah bukan orang yang mudah terbawa arus, tapi tetap saja, melihatnya berurusan dengan orang-orang yang dulu meremehkannya, membuat Farah tak bisa tenang.

Sementara itu di meja makan, mereka pun membuat grup khusus untuk arisan dan menentukan siapa yang akan menjadi bendahara. Namun, meski tampak kompak, ternyata di belakang Indah, mereka masih membicarakan Indah.

"Eh, kalian yakin Indah bisa ikut arisan segede ini?" bisik Rinta.

"Iya, jangan-jangan tadi dia maksain bayar buat pamer doang," timpal Ayu.

"Atau jangan-jangan kartu debitnya pinjeman?" Fina menambahkan, lalu tertawa kecil.

"Tapi kok dia pede banget, ya? Gaya hidupnya masih sederhana banget, nggak keliatan kayak orang kaya." Rina berbisik sambil memeriksa lipstiknya di cermin.

Ayu mendecak. "Mungkin dia cuma sok rendah hati. Biar kelihatan beda dari kita."

"Iya takutnya dia cuma pencitraan doang, aslinya kelimpungan."

"Heh, gue kepo nih, jangan-jangan dia malah pinjam online buat ikut arisan. Hahaha!" sahut Rinta disambut tawa yang lain.

"Pokoknya ya gaes ya, kita jangan sampai kalah dari Indah. Kita ini lebih segalanya!"

Fina langsung menyenggol lengan Ayu. "Sstt sttt .... orangnya dateng tuh!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24B. Kumpulkan Data

    Beberapa hari kemudian, Reza—orang yang disewa Indah untuk mengawasi Alvin—mengirimkan laporan lengkap. Ia mengajak Farah dan Galang bertemu di tempat yang sama, sebelum mereka bertiga menyampaikan semuanya ke Indah.Reza membuka laptopnya, memperlihatkan rekaman CCTV dari parkiran rumah sakit bersalin.“Itu Alvin, dan itu ... wanita yang sama di foto dari Galang. Mereka masuk ke klinik kandungan dan keluar sekitar satu jam kemudian,” ucap Reza pelan. “Saya juga dapat rekaman mereka keluar dari apotek bawa kantong kecil. Mungkin vitamin atau obat hamil.”Farah mengepal tangan. “Berarti benar. Perempuan itu hamil ... dan mungkin Alvin ayahnya.”Galang menyandarkan punggung. “Nggak nyangka secepat ini ketahuan. Tapi bagus juga, sebelum Indah benar-benar menikah sama dia.”Reza melanjutkan, “Saya juga sudah telusuri alamat perempuan itu. Namanya Lusia. Dia tinggal di apartemen Tower 5 lantai 11. Beberapa hari yang lalu, Alvin juga datang ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24A. Mulai Terkuak

    Part 24 - Mulai Terkuak Indah menatap layar ponselnya lama, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya gemetar saat mengetik balasan. [Lang, kita harus ketemu. Sekarang.] Baru saja ia mengirim pesan itu, notifikasi lain muncul dari nama sahabatnya. [Ndah ... aku tahu ini waktunya nggak tepat, tapi aku dapet sesuatu.] Indah langsung membalas cepat, [Apa maksudmu, Far?] [Ingat waktu aku bilang mau bantu cari tahu soal Alvin? Aku nemu dia kemarin... di klinik ibu dan anak. Dia nganterin perempuan. Aku ngikutin sampe parkiran dan sempat video dari jauh. Aku nggak yakin mau kasih kamu, tapi ... kamu harus lihat sendiri.] Tak lama kemudian, sebuah video terkirim. Video buram tapi cukup jelas menunjukkan Alvin sedang berdiri di depan klinik, membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang tengah memegang perutnya. Mata Indah mulai memanas. Kedua tangannya mencengkeram ponsel

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23B. Nikah Siri

    Lusia mengerutkan kening. “Siri?”“Aku tahu ini nggak adil buat kamu. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang. Aku akan cari penghulu, akan siapkan semuanya.”Alvin mendekat, menyentuh bahu Lusia kembali. “Percayalah, Lus. Setelah semua ini beres … aku akan tempuh jalan apa pun buat kamu dan anak kita.”Sementara mereka bicara, Galang diam-diam sudah mencari tahu tentang apartemen yang Alvin masuki barusan. Ia mencatat nomor unit dan lantainya. Setelah acara selesai, ia duduk di motornya sambil membuka chat lama bersama Indah.Ia ragu sejenak. 'Langkahku benar atau tidak ya? Apa aku terlalu lancang mencampuri urusan mereka? Tapi kalau ternyata pria itu berhubungan dengan wanita lain, kasihan Indah.'Namun hal itu ia urungkan kembali saat titik-titik hujan mulai membasahi bumi.***Di Hari Berikutnya ...Lusia duduk di ruang tamu apartemennya, mengenakan dress polos warna lembut. Di hadapannya duduk seorang

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23A. Kamu Pengecut!

    Part 23"Aku hamil Mas, dan kamu harus tanggung jawab!"Alvin terdiam, napasnya tercekat. Ia menatap Lusia lama.“Kamu yakin?”“Sudah jelas-jelas aku positif. Kamu masih meragukannya?"Alvin meraup wajahnya kasar, lalu menggenggam tangan Lusia erat.“Aku… aku akan tanggung jawab. Aku janji. Aku akan biayai kamu, anak kita. Apa pun yang kamu butuh, aku sediakan.”Lusia menatapnya, suara bergetar. “Hanya membiayai saja? Kamu tidak mau menikahiku?”Alvin menunduk, pelan mengangguk. “Aku nggak bisa ninggalin pernikahan ini, Lus. Keluargaku butuh nama baik, mereka kejar harta keluarga Indah. Kalau aku pergi sekarang, semuanya runtuh.”Mata Lusia berkaca-kaca. Tak percaya dengan jawaban Alvin. “Kita tetap jalanin ini diam-diam, aku nggak akan ninggalin kamu atau anak kita. Aku akan jaga kalian. Tapi dari jauh.”Lusia tak menjawab. Ia hanya duduk diam. Hancur."Setelah ini aku antar

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 22B. Aku Hamil, Mas!

    [Dia bisa segitunya ya ... padahal kita udah percaya banget.][Berarti bener ya, dia dari awal emang udah niat kabur bawa uang arisan?][Kayaknya sih gitu. Soalnya aku juga sempet liat satu mobil box beberapa hari lalu pas lewat situ, ternyata mereka pindahan.][50 juta itu bukan uang kecil, gaes. Kita nggak bisa diem aja.][Kalau gitu, seperti yang udah disepakati, kasih dia waktu dua bulan. Kalau tiga kali nggak setor juga, kita lapor polisi aja. Ada bukti transfer kan dari masing-masing kita?][Iya, semua masih ada. Gue juga udah save bukti-buktinya.]***Beberapa minggu berlalu ....Bu Ratna datang dengan semangat membara, membawa beberapa katalog tebal penuh contoh dekorasi dan desain undangan. Suaranya nyaring mengisi ruang tamu rumah Indah saat berbincang dengan Bu Laras, seolah tak kenal lelah meski hari sudah petang."Ini, lihat nih, Dek Indah. Tema garden party ala Eropa ini lagi tren, terus i

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 22A. Kabur?

    Part 22Fina yang sebelumnya tenang kini menatap Rinta dengan pandangan tajam. "Dia beneran ninggalin kita gitu aja?" ucapnya, meski nada suaranya terkesan lebih tenang dari yang lainnya.Rinta melemparkan ponselnya ke meja, kesal. "Dia benar-benar ninggalin kita. Sialan banget, nggak tau malu!"Nora terlihat terkejut, lalu mulai menyela. "Tapi, dia nggak mungkin kabur gitu aja tanpa alasan. Mungkin ada yang salah."Fina menggeleng. "Ya mungkin Rina punya banyak masalah, tapi nggak seharusnya dia ngelakuin ini. Itu uang kita, gaes!"Suasana di villa semakin tegang. "Gue kecewa banget. Kok Rina jadi begini sih?""Tiga hari yang lalu dia masih update status di IG nya loh, kelihatannya baik-baik saja.""Coba di DM aja."Fina segera mengirim pesan di IG Rina, namun sayangnya akunnya sudah di privat dan tak bisa sembarangan orang mengirim pesan padanya. "Gaes, akun Rina sekarang diprivat, terus gak bisa kir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status